9

Noa langsung duduk setelah melihat kedatangan Lucas. Kedua kakinya di turunkan lalu berjalan menghampiri Lucas yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Tidak bisa tidur?" Noa memeluk tubuhnya erat dan langsung di balas sebuah dekapan hangat.

"Aku memang menunggumu sayang." Noa melepaskan pelukannya lalu mulai membuka kancing kemeja Lucas." Sudah lama kita tidak melakukannya." Noa baru tersadar dari kesalahannya karena sudah terlalu sering mengabaikan kebutuhan biologis Lucas.

"Itu bukan masalah besar. Aku mencintai mu bukan karena itu saja."

"Itu kewajiban sayang."

"Aku tidak ingin membebani mu." Noa mengusap lembut dada yang masih tegap seperti sejak awal bertemu.

"Aku tidak terbebani. Aku hanya kehilangan selera."

"Aku mengerti Baby." Lucas mendongakkan kepalanya merasakan hangatnya bibir Noa yang mulai mencumbu leher dan pundak nya.

"Apa aku terlihat tua di matamu sayang."

"Kamu masih sangat cantik. Jangan pernah berfikir seperti itu."

"Aku tidak bisa awet muda seperti dirimu."

"Jika kamu binasa. Aku berjanji akan tetap setia."

"Jaga anak kita. Jika dia sudah menemukan tambatan hati yang tepat. Aku izinkan kamu menikah lagi." Lucas menddesah lembut. Dia kehilangan selera karena seringnya mendengar ucapan Noa yang menyuruhnya menikah lagi.

"Jika kamu berniat seperti itu. Kenapa kamu lakukan ini." Lucas mengucapkan dengan nada begitu lembut. Walaupun merasa kesal, dia tidak ingin membuat hati Noa terluka karena ucapannya.

"Tidak mau? Ya sudah." Noa mendorong dada Lucas lembut dan menjauhkan wajahnya dari sana.

"Bukankah aku yang seharusnya kesal? Kamu melukai perasaan ku Baby. Berapa kali aku harus menyakinkan mu jika kamu akan menjadi satu-satunya untukku."

"Bagaimana aku bisa percaya pada ucapan itu jika umurku mungkin tersisa puluhan tahun sementara kamu." Hati Noa tiba-tiba bergemuruh. Terungkap sudah tujuannya mengatakan itu berulang ulang. Noa hanya berusaha menghibur dirinya sendiri yang memiliki umur lebih pendek daripada Lucas.

"Aku melewati 900 ratus tahun sendirian. Apa itu tidak bisa menyakinkan perasaanmu?"

"Itu karena kamu belum tahu rasanya."

"Rasa apa?" Noa melirik malas kemudian berpaling.

"Menurutmu apa sayang? Itu sesuatu yang kamu sukai. Kamu selalu lupa diri jika sedang melakukannya denganku." Lucas tersenyum dan mengerti dengan arah pembicaraan Noa.

"Kita sudah jarang melakukan itu sepuluh tahun terakhir. Belum cukup bukti jika aku tidak mengutamakan sentuhan fisik?" Lucas menghampiri Noa lalu memeluknya dari belakang. Kepalanya di tundukkan dan mencium lembut puncak kepalanya." Apa kamu masih memikirkan itu sepanjang waktu?" Imbuh Lucas bertanya. Pembahasan soal ini sudah kerapkali terjadi tapi itu tidak cukup untuk menyakinkan perasaan Noa.

"Ketakutan itu sekarang bertambah sayang. Aku takut, kematian lebih dulu datang sebelum kita bisa menemukan Angel." Lucas yang tidak yakin akan keberadaan Angel. Tidak dapat berkomentar lagi. Ingin sekali dia berteriak agar Noa tidak terlalu menggantungkan harapannya.

"Jika memang Angel masih hidup. Tuhan akan mempertemukan kalian."

Noa tidak bergeming. Sesungguhnya dia juga merasa tidak yakin dengan keberadaan Angel. Tapi dia hanya ingin mencoba yakin. Jika Tuhan akan melindungi anaknya.

🌹🌹🌹

Keesokan harinya...

Tiara membuka matanya perlahan dan melihat Alex sudah duduk di sofa kamarnya. Tirai jendela sedikit terbuka walaupun hanya sebagian. Tujuannya agar Tiara bisa menikmati hangatnya sinar matahari pagi ini.

"Pagi." Suara berat Alex menyapa. Tiara menyikap selimut kemudian duduk.

"Pagi Daddy." Jawab Tiara dengan raut wajah lesu. Dia merasa kesal pada kesibukan Alex yang tidak pernah punya sedikit waktu untuknya.

"Maaf. Semalam Daddy tidak bisa pulang tapi pagi ini bisa mengantarkan mu ke kampus."

"Hm ya." Alex beranjak dari tempat duduknya lalu meletakan ponsel ke pangkuan Tiara." Kenapa?" Tanya Tiara mendongak.

"Ponselmu terus saja berbunyi. Apa kamu melanggar aturannya?" Cepat-cepat Tiara memeriksa ponselnya dan terdapat banyak panggilan dari Dinda.

"Hanya satu teman. Dia memaksa."

"Seorang gadis?" Tiara mengangguk pelan bersamaan dengan ponsel yang kembali berdering." Angkat dan keraskan suaranya." Tidak banyak bicara, Tiara langsung menerima panggilan tersebut.

"Apa kamu masih tidur?

Suara Dinda menyapa sehingga Alex bernafas lega. Dia semakin tidak khawatir karena selama ini Tiara sangat bisa di percaya.

"Baru bangun. Lupa untuk tidak menghubungi ku sembarangan.

Alex memperhatikan gerakan bibir ranum milik Tiara. Terkadang dia merasa tidak sabar ingin segera memiliki Tiara seutuhnya.

"Aku hanya senang bisa memiliki teman. Apa Daddy mu marah?

"Tidak.

"Syukurlah. Cepat mandi lalu kita bertemu di kampus.

"Hm ya.

"Sampai jumpa nanti.

Dinda mengakhiri panggilannya. Tiara beralih menatap Alex yang juga tengah menatapnya.

"Di mana rumah temanmu?"

"Aku tidak tahu Daddy." Tiara menggeser tubuhnya agar lebih dekat. Tangannya meraih lengan Alex seraya bersandar lemah di pundaknya." Bagaimana kita bisa saling mengenal jika Daddy selalu sibuk berkerja." Protes Tiara begitu haus dengan perhatian.

"Kita sudah saling mengenal dengan baik."

"Tidak." Tiara mengeratkan genggaman tangannya." Aku masih merasa asing dengan Daddy. Sampai saat ini aku masih tidak tahu letak perusahaan Daddy." Alex tersenyum. Perlakuan Tiara yang seperti ini sangat dia sukai.

"Tugasmu hanya belajar lalu kita menikah. Aku tidak ingin kamu ikut memikirkan masalah perkerjaan."

"Apa setelah menikah Daddy akan tetap sibuk? Aku tidak mau jika begitu. Aku ingin Daddy ada waktu untukku agar aku tidak jenuh berada di sini."

"Ada Bibik Elena sayang."

"Itu tidak cukup."

Aku belum merasa puas untuk membalaskan kekesalanku sayang. Setelah aku mendapatkan kepuasan, aku berjanji akan selalu bersama mu.

"Kita harus saling memahami satu sama lain sebelum menikah." Tangan Alex meraih dagu Tiara lalu mengangkatnya sedikit.

"Daddy sangat senang melihatmu ingin di perhatikan. Tapi Daddy benar-benar sibuk." Saliva Tiara tertelan kasar. Tidak dapat di pungkiri jika lelaki yang di sebut Daddy masih sangat tampan dan dewasa.

Tanpa sadar kedua tangannya beralih mengalung pada leher Alex. Dia tidak ingin Alex menyudahi kegiatan yang di anggapnya sangat di perlukan sebelum menikah.

Cantik sekali. Dia bahkan lebih cantik daripada Noa. Tapi kenapa aku masih tidak bisa melupakan kekesalan ku padanya agar dendam ini tidak lagi mengusik.

"Kenapa Daddy diam? Apa aku tidak membuat Daddy berselera." Bibir merah Tiara kini menempel lembut pada pipi Alex sehingga membuat pemiliknya melenguh.

"Kamu masih terlalu kecil sayang." Hasrat Alex terkoyak. Ingin mellumat bibir itu namun dia tidak ingin terlalu gegabah.

"Menikah saja dengan wanita dewasa." Tiara beranjak sehingga membuat nafas berat Alex terbuang kasar.

"Aku ingin menunggu mu dewasa. Bukankah kamu juga ingin begitu."

"Paling tidak luangkan waktu untuk ku Daddy. Aku ingin menikah dengan lelaki yang ku kenal bukan orang asing." Tiara berjalan melewati Alex lalu masuk ke dalam kamar mandi.

"Bagaimana mungkin aku bisa sering datang jika nyatanya pekerjaan menjadi raja sangat mengikat. Ah entahlah.. Mau atau tidak, kamu harus menikah denganku jika waktunya tiba." Alex berjalan keluar kamar lalu menghampiri Elena yang terlihat tengah menyiapkan sarapan.

"Dia semakin melawan." Ucap Elena setelah menyadari kedatangan Alex.

"Dia hanya perlu perhatian."

"Bukan hanya perhatian, tapi kebebasan."

"Kau terlihat semakin perduli padanya."

"Dia ku rawat sejak kecil. Aku bahkan tidak pernah menyentuh Patresia dulu." Ini kali pertama Elena merawat seorang bayi dari kecil sehingga kasih sayang untuk Tiara terasa begitu dalam.

"Ku fikir kau tidak punya hati."

Awalnya aku memang kesal dengan anak itu. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai menyanyangi nya melebihi rasa sayangku pada Patresia.

"Berikan sedikit kebebasan agar dia tidak jenuh jika memang kau lebih memilih menggapai ambisi daripada memiliki nya."

"Itu bukan ide yang bagus. Aku takut dia tertarik dengan manusia lain."

"Jika takut segera menikah."

"Aku tidak bisa. Aku masih terlalu sibuk dengan urusanku tapi aku juga tidak ingin dia di miliki orang lain."

"Paling tidak biarkan dia berteman dengan beberapa teman perempuan." Alex terdiam lalu duduk lemah di kursi makan.

"Kau bisa memastikan dia hanya berteman dengan perempuan?" Jika aku menikahi Tiara sekarang, perkerjaan ku selama puluhan tahun akan berakhir sia-sia. Aku ingin mencari kepuasan dulu..

"Dia bukan anak pembangkang. Dia sangat penurut bahkan takut untuk melanggar aturan yang kau buat." Alex mengangguk seraya menatap Tiara yang tengah menuruni anak tangga." Aku mengajaknya berbelanja kemarin. Dia sangat senang. Tambahkan sedikit waktu agar dia tidak merasa bosan." Imbuh Elena berbisik.

"Pukul berapa kamu keluar kampus?" Tanya Alex seraya membalikkan piring yang ada di hadapan Tiara.

"Tidak menentu. Tapi aku pastikan tidak sampai lewat jam 2." Alex beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah laci. Dia mengambil satu bendel uang dan meletakkannya di hadapan Tiara.

"Daddy akan menambahkan waktu hingga pukul lima. Pakai uang ini untuk bersenang-senang dengan teman perempuan mu. Ingat! Hanya perempuan. Jika kamu berdekatan dengan teman laki-laki, tidak akan Daddy izinkan kamu keluar rumah." Tiara tersenyum dengan raut wajah tidak percaya.

"Daddy serius?"

"Iya. Aturannya tetap berlaku."

"Aku ingat itu Daddy. Aku tidak pernah lupa." Manik Tiara menatap ke arah Elena tengah mengacuhkan jempolnya.

"Bukan hanya kau yang akan Daddy hukum. Tapi Bibik Elena juga."

"Aku berjanji tidak akan melanggar. Terimakasih Daddy." Tiara mengecup sebentar pipi Alex kemudian melanjutkan makan.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

sifat buruk mu Alex tak pernah berubah..Elena senang nya akhir ya kamu bisa menyayangi seseorang

2022-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!