2

Berbeda dengan para mahasiswa. Sambutan dari para Dosen untuk Tiara begitu antusias. Itu karena Tiara sudah terkenal dengan kecerdasannya sehingga para Dosen menerima Tiara dengan tangan terbuka.

"Kenapa kamu tolak beasiswa itu Tiara. Itu sebagai apresiasi atas prestasi mu?" Tanya Prabu, kepala Dosen universitas tersebut.

"Saya tidak ingin terikat Pak sebab setelah lulus, saya memutuskan untuk menikah." Prabu menddesah lembut karena menyanyangkan keputusan yang di ambil Tiara.

"Kenapa begitu Tiara? Sayang sekali dengan prestasimu." Tiara tersenyum di balik masker dengan kedua tangan saling menggenggam di atas pangkuannya.

"Itu sudah keputusan saya. Em saya minta tanda terima untuk pelunasannya Pak. Sudah waktunya untuk masuk kelas." Prabu tersenyum ketika menyadari tujuan Tiara menemuinya. Dia segera menyiapkan tanda terima pelunasan pembayaran lalu menyerahkan pada Tiara.

"Maaf Bapak jadi lupa waktu karena merajuk mu."

"Tidak apa-apa Pak. Saya permisi dulu." Tiara mengangguk lalu berjalan keluar dari ruangan. Dia berjalan menyusuri koridor untuk mencari kelas sastra tanpa memperdulikan tatapan dari sekitar yang tengah melihatnya rendah.

Setibanya di kelas, Tiara duduk pada salah satu bangku namun seseorang mencegahnya sebelum Tiara sempat meletakkan tas miliknya.

"Ini tempat duduk milik Daniel!" Tiara mengurungkan niatnya dan berdiri.

"Maaf aku tidak tahu." Tiara mematung dan membiarkan Alexa menatapnya rendah.

"Kau dari planet mana? Kenapa kau memakai baju seperti itu?" Alexa tersenyum tipis lalu meraih ujung baju Tiara dan berusaha menyikap nya.

"Aku nyaman begini." Tiara memundurkan tubuhnya untuk menghindar.

"Nyaman? Hahahaha. Bukannya gerah ya." Ejek Alexa tersenyum penuh hinaan.

"Bukan kau yang memakainya jadi untuk apa membicarakan ini." Raut wajah Alexa berubah kesal saat mendengar bantahan dari Tiara.

"Aku pastikan kulitmu sangat buruk hingga kau harus menutupinya seperti ini." Alexa kembali memegang ujung baju Tiara.

"Hm tidak apa jika kau menebaknya begitu." Tiara mengangguk lalu pergi ke deretan bangku paling belakang.

"Di sini kosong." Ucap seorang gadis menepuk-nepuk meja di sebelahnya.

"Terimakasih." Tiara tersenyum di balik masker lalu duduk bersamaan dengan datangnya Daniel. Tiara hanya mampu melirik sebab dia tidak ingin terlibat masalah apalagi berhubungan dengan lelaki.

"Aku Dinda. Kamu siapa?" Tiara beralih menoleh ke Dinda.

"Aku Tiara."

"Och. Salam kenal Tiara. Em kamu anak baru?"

"Iya baru datang hari ini."

"Sama seperti ku." Tiara tersenyum dan mencoba mengabaikan keakraban yang di suguhkan Dinda." Nanti mau ke kantin bersama?" Ajak Dinda bersemangat.

"Aku tidak biasa makan siang jadi aku tidak ke kantin." Penolakan seperti sekarang seringkali Tiara lontarkan agar orang di sekitar menghindarinya.

"Oh begitu. Baik jika begitu, aku akan memesan makanan dan membawanya ke sini."

"Aku biasa sendiri." Tolak Tiara lagi.

"Sendiri itu tidak enak Tiara. Aku malah ingin punya banyak teman."

"Itu kamu bukan aku." Celetuk Tiara sangat bertentangan dengan keinginannya untuk bisa menikmati masa mudanya.

"Ya sudah. Aku akan berteman denganmu saja." Tiara menghembuskan nafas berat lalu melirik ke arah Dinda sebentar.

Kenapa memaksa sekali. Eluh Tiara dalam hati.

"Aku sulit bersosialisasi karena aku tidak cantik." Imbuh Dinda membuat Tiara benar-benar menoleh ke arahnya.

"Kamu cantik." Puji Tiara lirih.

"Terimakasih sudah menghiburku."

"Tidak Dinda. Kamu benar-benar cantik."

"Jika aku cantik. Mari berteman."

"Aku tidak memiliki banyak waktu."

"Tidak masalah. Kita bisa bertemu saat kuliah saja. Berapa nomer ponselmu?" Dinda mengeluarkan ponselnya.

"Untuk apa?"

"Untuk lebih dekat."

Pasti menyenangkan jika memiliki teman. Batin Tiara seraya mengedarkan pandangannya dan tanpa sengaja matanya menatap ke arah Daniel yang sejak tadi memperhatikan. Kenapa dia melihatku?

Tatapan Daniel sontak membuat Tiara salah tingkah hingga harus menundukkan pandangannya dan berpura-pura tidak tahu.

Daniel sendiri merasa tertarik dengan sosok Tiara karena isi hatinya tidak dapat di deteksi olehnya. Padahal dia selalu saja bisa membaca satu persatu isi hati orang yang ada di sekitarnya.

Apa dia Vampir juga. Tapi aroma tubuhnya seperti manusia.

Tatapan Daniel memicu kecemburuan para gadis yang duduk di sekitarnya. Mereka tentu bertanya-tanya, kenapa seorang Daniel malah melihat ke arah Tiara yang terlihat tidak menarik.

"Dia aneh." Ucap Alexa namun Daniel tidak menanggapi ucapannya." Lihatlah pakaian yang di kenakan." Imbuhnya mulai merasakan kecemburuan tidak berarah.

"Pasti ada tujuan dia melakukan itu." Alexa tersenyum tipis seraya memandangi paras tampan Daniel dari samping.

"Tujuannya agar terlihat aneh." Daniel beranjak dari tempat duduknya sekarang karena merasa risih dengan ucapan Alexa yang cenderung merendahkan orang lain." Kemana?" Tanya Alexa ikut berdiri.

"Mencari tempat yang jauh dari kebisingan." Daniel menjinjing tasnya lalu berjalan ke belakang dan duduk tepat di samping Tiara. Dia merasa tertarik dengan keanehan yang di rasakan pada sosok Tiara sehingga Daniel memutuskan untuk duduk mendekat. Semoga saja dengan berdekatan, aku bisa membaca isi hatinya. " Boleh aku duduk di sini?" Sapa Daniel ramah. Tiara beranjak dari tempat duduknya dan duduk di sisi kiri Dinda.

"Maaf. Aku sesak bernafas jika berada di tengah." Ucap Tiara beralasan. Dia bersikap seperti sekarang karena ingin mengindari sentuhan fisik dengan seorang lelaki.

Dinda tersenyum aneh mendengar alasan tidak masuk akal yang di lontarkan Tiara. Padahal aroma tubuh Daniel sangat harum di tambah lagi dengan parasnya yang tampan. Membuat penolakan dari Tiara terdengar ganjil.

"Apa sejenis fobia?" Daniel tidak mempermasalahkan itu dan malah merasa tergelitik untuk mengetahui jati diri Tiara.

"Ya mungkin." Jawab Tiara cepat.

"Kamu fobia di apit lelaki tampan?" Sahut Dinda membulatkan matanya.

"Entahlah." Aku tidak boleh merespon. Daddy bisa marah jika sampai tahu aku berdekatan dengan lelaki.

Dia memang manusia tapi kenapa aku tidak bisa membaca isi hatinya. Apa hatinya sedang diam? Ah itu mustahil. Manusia cenderung berbicara dalam hati.

"Siapa namamu." Tiara tidak bergeming dan malah menyibukkan diri dengan buku." Aku Daniel." Imbuh Daniel tidak juga menyerah.

"Kau tidak dengar?" Bisik Dinda ke arah Tiara.

"Aku sedang tidak ingin berkenalan. Aku hanya ingin belajar." Tiara tidak sadar jika sikapnya sekarang semakin membuat hati Daniel di liputi rasa penasaran.

"Jangan terlalu kaku."

"Aku benar-benar ingin belajar."

"Dia mahasiswi populer di sini." Bisik Dinda ingin menyadarkan Tiara jika apa yang terjadi di hadapannya adalah kesempatan emas.

"Hm." Tiara membereskan bukunya. Dia berniat akan pergi namun suara Daniel mencegahnya.

"Tetap di situ. Aku berjanji tidak akan bertanya lagi." Ucapan Daniel membuat Tiara mengurungkan niatnya, apalagi Dosen sudah memasuki ruangan.

Apa benar jika Tiara ingin menutupi kulit buruknya. Dinda melirik sebentar dan memperhatikan penampilan Tiara.

Untuk pertama kalinya. Aku membuat seorang gadis tidak nyaman hingga membuatnya harus menghindar. Aku benar-benar ingin tahu siapa kamu sebenarnya? Apa kamu manusia atau dari bangsaku? Kenapa aku tidak bisa membaca isi hatimu.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Dona Sita

Dona Sita

kyk bella yg hatinya gak bisa didengar oleh edward cullen

2023-01-24

0

Cansa°

Cansa°

Telusuri terus Daniel, dia sebenarnya Angel loh

2022-06-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!