Insiden di perjalanan

"Gak jelas banget si Andre itu. Mau ngapain dia." Batin Arin. "Jadi malu kan." Sesal Arin yang masih tidak bisa melupakan kejadian itu.

Tiba-tiba saat santai berbicara sendiri dalam hatinya suara teriakkan Adel membuat Arin langsung terperanjat dan segera melihat ke arah Adel.

Arin langsung membulatkan mata, dia pikir kakaknya sudah menabrak sesuatu karena dari arah kaca depan tampak gelap dan tidak ada apapun. Saat sudut mata Arin menangkap ke arah samping dia mendapatkan sesuatu yang lebih mencengangkan. Benar saja dimana-mana gelap. Bagaikan saat ini dia berada pada sebuah ruangan hampa entah dimana.

Seketika perasaan Arin tak berirama dengan baik, otaknya tidak bisa mencerna apa uang sedang terjadi sebenarnya. Bahkan saat kakaknya berteriak ketakutan semua suara itu tampak tak terdengar baginya. Arin hanya melongo bingung tanpa sulit untuk mengatur napasnya yang kian detik berlalu semakin sesak. Bayangan tentang perdebatan hatinya tadi sekarang baginya sudah menjadi kenyataan. Semua terjadi pasti karena ulah setan itu.

Beberapa saat Arin baru bisa menarik kembali kesadarannya itu, mencoba untuk tenang dan melakukan sesuatu yang sekiranya tidak lebih mengacaukan keadaan saat itu.

"Rin, setan! Setan! Gimana, Rin!" Teriak kakaknya panik sambil menunjuk ke arah kaca depan saat itu tepat di hadapannya.

Arin memastikan dan menelitinya dengan hati-hati, tapi dia kecewa karena tak melihat satu bentuk atau bayangan apapun. Baginya yang terlihat saat itu hanya hitam pekat saja.

"Gimana kita? Rin!" Adel semakin histeris. Ditambah dengan suara tangisan Viona yang membuat suasana semakin terasa genting.

Tidak tahu apa yang bisa dilakukannya, mengapa Arin merasa hanya dirinya yang tidak bisa melihat sesuatu yang membuat kakaknya itu sampai takut histeris.

"Setan!" Teriak Adel seolah kembali menarik kesadaran Arin.

"Kak ayo cepet ambil kemudinya, kita terus jalan kak!" Seru Arin tak kalah terbawa oleh suasana.

Dan dengan tatapan mata yang bingung, tangan Adel gemetar saat dia berusaha kembali duduk dan memegang kemudi supir, tampak dari ekspresinya yang ragu-ragu juga.

"Cepat kak kita pergi!" Teriak Arin yang saat itu seolah hanya dia saja yang bisa berpikir dengan waras.

Sambil memejamkan mata Adel berusaha mengumpulkan keberanian yang entah akhir seperti apa, tapi suara Arin masih terus menggema di gendang telinganya membuat dia harus bisa.

Tangisan Viona saat itu tiba-tiba menjadi pecah tanpa diharapkan oleh siapapun. Arin yang lebih merasa panik, hatinya yang sangat kacau begitupun pikirannya yang tak bisa berkompromi dengan keadaan. Tapi bagaimanapun dia harus lebih kuat agar Viona merasa aman di dekatnya.

"Rin! susah banget. Gimana gak jalan?" Masalah terus bertambah.

Arin berbalik dan melihat ke arah Adel yang sedang berbicara tentang keluhannya itu. Matanya langsung membulat, dia sekarang mengerti bagaimana situasinya saat itu dan perasaan takut yang tak terbendung dalam perasaan Adel.

Dan kali ini Arin tak bisa berkata apapun lagi, tak ada yang perlu diragukan dari penglihatannya. Pasti ada sesuatu yang tampak nyata dan tak kasat mata baginya. Seperti kejadian itu ketika hanya Viona yang bisa melihat Ayahnya sendiri dan kejadian dari villa memang belum berakhir. Persis seperti yang dia takutkan sebelumnya.

Arin mencoba berpikir lagi lebih logis, dia tidak ingin masuk kedalam jebakan setan yang membutakan matanya.

Tapi tiba-tiba yang terlihat dalam benak hanya bayangan Mas Rendra yang muncul. Sempat dia kembali merasa kaget, mengapa Mas Rendra yang muncul. Baru setelah menit berlalu dia sadar kembali jika satu-satunya jalan untuk keluar dari masalah ini sama seperti waktu itu, melibatkan Mas Rendra untuk bisa lepas dari ancaman setan-setan ya g mengganggu sekarang. Tapi masalahnya dia tidak bisa melihat apapun, tidak memiliki kemampuan seperti Adel dan Viona sekarang.

Tapi jika bukan dia siapa lagi yang bisa menyelematkan nasibnya sekarang.

Mau tak mau Arin kembali berpikir tentang cara yang bisa dilakukannya. Jika seperti dalam sebuah film dia akan butuh cara khusus atau ritual untuk memanggil roh, seperti itu kan kiranya jika untuk menghadirkan Mas Rendra diantara mereka. Tapi ritual seperti apa yang bisa dilakukannya?

Seketika Arin mematung, sekarang rasanya sudah tidak ada jalan baginya. Karena satu-satunya cara yang dia pikirkan hanya berasal dari tontonan film yang pernah dia lihat, itu lebih konyol kan.

"Papa!" Rengek Viona yang ucapannya itu jelas terdengar sekali.

Arin langsung memperhatikan Viona yang masih menangis ketakutan dan terus memanggil Ayahnya. Memang wajar jika anak sedang ketakutan pasti yang dia ingat dan panggil adalah kedua orang tuanya.

Perasaan Arin semakin tak tega, dari arah depan terdengar Adel yang masih berusaha untuk terus menginjak pedal gas, sangat semangat sekali dan tanpa putus asa. Melihat semua perjuangan Arin berharap jika sekarang ada jalan keluar secepatnya.

Tiba-tiba mobil terasa melaju meski saat itu suasana yang terlihat masih sama. Arin langsung menatap Adel yang saat itu juga kebetulan langsung melihat ke arahnya. Adel tampak bingung apalagi Arin saat itu.

"Kak terus maju aja, pelan-pelan jalanin mobilnya." Arin langsung memberitahukan inisiatif yang langsung terlintas di benaknya saat itu.

Tak lepas dari banyak harapan yang terus Arin baca dalam hatinya. Semoga keadaan ini bukan pertanda buruk, semoga mereka semua selamat dan bisa kembali pulang ke rumah, dan semoga saja tidak akan terjadi sesuatu lagi yang lebih dari sekarang.

Dan keajaiban itu memang ada. Tidak ada keajaiban yang terjadi tanpa sebuah harapan yang diyakini, begitulah yang dirasakan Arin hingga senyuman lebar terlukis di bibirnya. Kali ini rasa syukur tak akan pernah ia lupakan. Satu hal yang bisa ia dapatkan dalam masalah ini, yaitu untuk selalu optimis.

Senyuman akhirnya mengembang terlihat dari ketiga orang yang sekarang ini ketiganya sudah bisa melihat kembali cahaya yang memperlihatkan jalanan dan pemandangan lain di luar kaca mobil.

Rasanya sangat tidak bisa dipercaya, tapi jika semua sudah terjadi hal apa lagi yang akan dia tampik? Ari. tak memiliki alasan akan setiap ketakutannya lagi. Sekarang dia harus menggunakan ketakutannya itu menjadi sikapnya yang akan selalu hati-hati dan mempersiapkan segala hal.

Ternyata dalam menit berlalu ke belakang Arin sudah bisa tahu bagaimana perasaan saat sudah diambang maut seperti tadi. Ngeri rasanya. Apalagi Adel dan Viona, keduanya melihat sesuatu yang tidak pernah bisa disaksikan oleh Arin, entah apa tapi sangat membuatnya penasaran apalagi Adel yang berulangkali mengoceh tentang setan membuat Arin merasa tak menentu saja.

"Akhirnya kita sampai!" Seru Adel saat itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!