Hantu yang dilihat Viona

"Kak bangun! Kak Adel!" Arin terus menggoyangkan tubuh Adel yang sudah tertidur dari semalam di ruang keluarga.

"Emm." Respon Adel menggeliat, sepertinya sangat malas untuk membuka mata.

"Kak! Itu supir Kok gak sampe dari malam? Kakak!" Arin mulai kesal karena Adel tidak juga bangun.

"Mama! Mama!" Terdengar suara Viona dari arah kamar.

"Vio sini!" Arin melambaikan tangan berharap Vio segera mendekat.

"Mama susah dibangunin." Jelas Arin.

Viona sudah membuka matanya dengan jelas dan langsung melihat Adel yang masih tertidur. "Mama bangun!" Dia langsung memukul punggung Adel saat mendekat.

"Aduh kalian!" Keluh Adel saat mendapat pukulan dari Viona.

"Mama susah bangun!" Viona manyun protes dengan tingkah Adel.

"Kebiasaan ah Vio bangunin Mama nya! Baru juga jam berapa ini mama kan ngantuk." Jelas Adel masih tiduran di bawah lantai yang beralaskan kasur lipat.

Melihat Mama nya yang menggerutu kesal Vol hanya diam dan tidak menggubrisnya.

"Tante, Vio lapar!" Viona memegang perut dan wajah yang terlihat mengernyit kesakitan.

"Kak. Vio lapar." Ucap Arin pada Kakaknya.

"Udah kamu aja yang nyiapin sarapan. Itu ada roti isi dan lain-lain, lihat aja sendiri!" Adel menunjukkan ke arah kresek makanan yang dia bawa semalam.

Arin dengan malas mengambil makanan dan Viona mengikutinya.

"Vio mau nasi goreng buatan Ibu." Ucap Vio, dia memang terbiasa sarapan nasi goreng yang dibuatkan oleh Sarah.

"Gimana dong nasinya gak ada nih, Vio kan baik ya harus bersyukur dengan semua makanan yang ada." Puji Arin sambil tersenyum membujuk Viona.

Viona hanya menganggukkan kepala tanda setuju.

"Tante lihat Papa gak?" Tanya Viona di tengah kegiatan sarapan. Arin yang ingin menyuapkan rotinya langsung terdiam dan menarik napas.

"Papa gak ada Vio dari kemarin juga gak ada." Ucap Arin dengan yakin.

"Kok Papa gak pulang lagi ya, gimana kalau bener hantu kemarin yang makan Papa?" Dengan tingkah polosnya Viona bertanya.

"Mana bisa hantu gitu. Udah ya! Vio sekarang jangan nanyain papa lagi!" Arin tersenyum lagi berharap Vio juga tidak sedih karena kehilangan ayah yang mungkin hanya bisa dilihat olehnya.

Viona tidak menjawab, dia masih diam kadang-kadang melihat ke arah lain dan ke arah pintu depan.

"Kak Adel tidur terus gak bangun-bangun. Padahal udah siang gini. Gak ada niat banget mau bawa jalan-jalan kek atau apa." Gumam Arin, melihat dengan kesal ke arah Adel.

"Udah belum sarapannya?" Tiba-tiba Adel berbicara terlihat bangun dan sedikit membuka mata. Arin terperanjat berpura-pura tidak memperhatikannya dari tadi.

"Mama makan!" Seru Viona berlari ke arah Adel sambil mengambil sepotong roti di tangan.

Viona langsung menyodorkan sepotong roti yang sudah penuh gigitan di setiap ujungnya.

"Ah Vio, Mama gak mau. Makan sama Tante ya, Mama mau mandi dulu." Sambil membetulkan posisi duduknya Adel mengggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan, meregangkan otot leher, dan dua tangannya.

Viona masih duduk diam bahkan saat Adel pergi ke arah kamar mandi.

"Vio sini lanjutin dulu makannya!" Seru Arin yang masih sibuk melahap satu persatu potongan roti.

Arin melihat ke arah Vio yang masih diam saja dari tadi. "Lagi lihatin apa? Vio sini!" Ucap lagi Arin untuk kedua kalinya.

Viona masih tidak merespon ajakan dari tantenya itu.

Suara geruduk dari langit-langit rumah tiba-tiba terdengar lagi, spontan sepasang mata Viona dan Arin mengikuti arah suara dari arah atas kepalanya.

"Rin itu suara apaan?" Teriak Adel dari dalam kamar mandi yang belum menyalakan kran air. "Kedengaran keras sampe sini."

Arin langsung diam terhipnotis dengan suara yang tidak aneh lagi, sebelumnya Arin dan Viona tahu suara apa itu.

Arin hanya bisa saling pandang menatap Viona yang sama terkejutnya. Suara seperti banyak orang berlari dan arahnya tepat pergi ke dalam gudang.

Beberapa detik suara itu hilang kemudian sebuah ketukan dari pintu gudang kembali membuat Arin merasa jantungan. Arin langsung berlari ke arah Viona yang sudah terlihat ketakutan. Memegang tubuh Viona dengan kedua tangannya.

Di hadapan Arin pintu terlihat bergerak seperti berusaha dibuka oleh seseorang dari dalam.

"Rin ribut banget." Komentar Kakaknya yang keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk kimono. Spontan mata Adel dari kejauhan langsung memperhatikan ke arah pintu, dia berjalan mengendap ke arah Arin. "Itu ada orang?" Tanya Adel berbisik yang kini jaraknya sudah dekat dengan Arin dan Viona.

"Aaaaaaaaaa....." Teriak Viona dengan suara yang melengking membuat kepanikan terlukis di kedua mata Arin dan Adel.

"Vio!" Ucap Adel.

"Keluar kak! Keluar!" Ucap Arin.

Mendengar perkataan Arin yang panik membuat Adel mengikutinya di belakang. Tepat di ambang pintu depan Adel melihat dengan kedua matanya sendiri pintu gudang terbuka dengan sendirinya.

"Cepat kak!" Ucap Arin bersusah payah sambil menggendong Viona.

"Kemana?" Adel bertanya.

"Papa... papa!" Ucap Viona menunjuk ke arah gerbang yang dari seberang gerbang adalah hutan lebat.

Viona terus menunjuk sambil memanggil "Papa." Dia bahkan memberontak membuat Arin menurunkan Viona.

"Vio jangan kemana-mana!" Beruntung dengan sigap Arin kembali merangkul tubuh Viona.

"Papa... Papa! Itu!" Viona masih bersikeras menunjuk ke arah yang sama.

Arin bingung apalagi Adel yang lebih bingung darinya. Tapi setelah kejadian kemarin malam kembali muncul ke dalam pikiran, sekilas Arin mengerti apa yang dimaksud oleh Viona. Mungkin Ayahnya memang ada di sana.

"Cepat Kak kita pergi ke sana!" Ucap Arin terburu-buru sambil menunjuk ke arah yang tadi ditunjuk oleh Viona.

"Ke sana? Yang bener kamu!" Protes Adel.

"Cepet Kak!" Pinta Arin yang ternyata tidak mudah membuat Kakaknya itu mengerti.

Aaaa.... hantu!

Teriak lagi Viona membuat keduanya terkejut dan langsung memperhatikan Viona.

Arin sudah menggendong Viona dia berlari sigap tapi ada yang tertinggal, Adel terlihat sulit menggerakkan kakinya.

"Rin, kok ini susah banget!" Komentar Adel yang mulai takut.

"Rin bantuin!"

"Tante hantunya itu!" Ucap Viona sambil menunjuk ke arah Adel yang terus berusaha menarik kedua kakinya.

"Bantuin Rin cepet!" Seru lagi Adel yang semakin cemas.

"Tante hantu!" Ocehan Viona.

Arin semakin bingung apa yang akan dilakukannya saat itu. Adel masih terlihat sama kesusahan di sana dan Viona ketakutan terus mengoceh soal hantu, mungkin maksudnya adalah hantu yang sama mereka lihat kemarin malam.

"Rin, ini sakit! Aduh!" Celoteh Adel semakin panik dan bertambah kesakitan.

"Mama!" Rengekan Viona terdengar karena mungkin hanya dia yang tahu apa yang dilakukan hantu itu pada kakaknya.

"Vio pergi ke sana sama Papa, ajak papa bantuin Tante ya!" Ucap Arin sambil membuka gerbang dan membiarkan Viona yang masih kecil harus dia percaya masuk ke dam hutan melewati gerbang itu.

Viona mengangguk tanda mengerti.

"Kakak!" Teriak Arin yang langsung berlari menghampiri Adel.

"Gimana ini?" Gumam Arin dalam hatinya.

"Rin, ada yang pegang kedua kaki kakak!" Jelas Adel yang dari kedua matanya sudah terlihat berembun mungkin akan menangis.

"Ayo Kak gerakin kakinya!" Perintah Arin.

"Susah banget, gimana ini Rin?" Jawab Adel.

Saat Arin ingin melangkah dia merasakan sesuatu yang sama, sebuah tangan kasar dan besar menahan kakinya. "Kok aku juga gak bisa gerak gini." Keluh Arin mulai panik.

"Kamu jangan bercanda!" Adel seolah tak percaya jika Arin juga mengalami h yang sama.

Dan setelah 5 menit berlalu secara bersamaan Arin dan Adel merasakan kakinya yang mulai enteng bisa digerakkan.

"Loh Rin!" Ucap Adel saat melihat ke arah Arin yang juga balas menatapnya heran.

"Pergi kak!" Ucap Arin menyeret tangan Kakaknya untuk segera pergi dari tempat itu.

Ketika keduanya berbalik matanya langsung menatap Viona yang hanya tenang-tenang saja di luar gerbang itu.

"Cepet kak!" Arin memperingatkan lagi dan segera berlari mendekat ke arah Viona.

"Papa ulah kalahin hantunya!" Puji Viona saat Ibu dan Tantenya sudah mendekat.

Adel melotot tak mengerti.

"Ah ia Vio. Sekarang kita kemana?" Ucap Arin terlihat salah tingkah di depan kakaknya.

"Papa? Papa yang mana?" Tanya Adel tak tahan penasaran.

"Tuh!" Vio menunjuk ke arah yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri dengan mulutnya.

Adel langsung mengedarkan penglihatannya tapi tak satupun yang dia lihat di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!