Kemanakah Viona

*****

"Hallo Del!" Suara diseberang telpon ketika baru saja Adel menjawab telpon yang masuk ke hp nya.

"Gimana Bu?" Seru Adel yang masih sibuk menyusuri jalan memerhatikan satu persatu nomor ruangan yang menempel di pintu. Kebetulan sekali karena semua staf sibuk dia tidak mempunyai kesempatan untuk bertanya.

"Udah ketemu belum?" Tanya Ibunya.

"Belum, Adel masih cari ruangannya." Terang Adel.

"Pokoknya kabarin ya!" Ibunya memperingatkan.

"Ia, pasti. Nanti aku telpon lagi." Adel langsung menutup telpon. Dia cukup kesulitan memang, bukan hanya karena rumah sakit yang baru saja dia kunjungi tapi antara staf di tempat itu cukup sibuk karena pasien yang keluar masuk.

Adele menggelengkan kepala dan langsung menyusun lagi semangatnya untuk berjalan sesuai arahan terakhir yang dia dapat dari seseorang. Di ruangan lantai bawah hanya itu kan.

Tinggal satu ruangan terakhir, dan tidak mengecewakan. Ruang UGD yang terus dicarinya dari tadi sudah ada di depan mata. Dia segera bergegas mengecek di balik pintu yang masih tertutup.

*****

"Vio udah kenyang makannya?" Tanya Arin menatap Vio yang sudah diam dan berhenti mengunyah. Sisa makanan juga tidak disentuh lagi oleh tangannya.

Vio mengangguk membalas pertanyaan Tantenya.

Sejenak Arin diam, matanya melihat ke berbagai arah di tempat itu. Hanya ada mobil yang berlalu lalang di seberang dan juga kesibukan orang-orang. Sebuah pemandangan yang tidak asing jika sedang berada diantara kesibukan di pinggir jalan.

Sekarang hanya tinggal berdua, dia dan seorang anak kecil yang lebih suka diam saja. Entah mengapa sikap dan kebiasaan Vio tidak berubah dari sejak bayi, dia selalu anteng sendiri. Tapi sejak kejadian itu sekarang Arin bisa menduganya mungkin Viona memang anteng karena ada seseorang yang mengajak bermain, sesuatu yang tidak dilihatnya. Arin masih bisa membayangkan selama kejadian di villa, tentang Viona yang selalu mengoceh papa nya. Pertanyaannya apakah Memang Mas Rendra kakak iparnya itu benar mengikuti Viona? Entahlah jika harus diingat-ingat malah membuat bingung sendiri. Apapun itu, semoga saja benar Mas Rendra bukan yang lain. Mengingat cerita di film horror roh jahat terkadang memang selalu mengganggu anak kecil, Arin tak berharap itu terjadi pada keponakannya.

Lamanya melamun tetap saja tidak membuat waktu terasa singkat berjalan, setiap detiknya masih terasa lama. Arin cukup penasaran melihat Adel yang tak kunjung datang, sekarang apa yang akan dilakukannya untuk membuang rasa bosan karena dia sendiri tidak tahu harus seberapa lama lagi.

Arin kembali memperhatikan

Samar terlihat dari kejauhan matanya menangkap sosok orang yang tidak asing, berjalan mendekat hingga hanya tersisa beberapa jarak lagi. Arin segera membuang wajah, lebih tepatnya menghindari tatapan dari orang itu. Arin tidak berharap jika Andre tiba-tiba saja menyapa.

Perasaannya tak menentu, kadang merasakan berdebar dan rasanya hilang kewarasannya. Atau kadang dia seperti melihat orang yang baru saja dikenalnya membuat Arin gugup dan terus membuang wajah.

Hatinya terus sibuk berdiskusi tanpa sadar saat berbalik dia sudah kehilangan sosok Andre, mungkin dari tadi. Tak peduli seolah untuk apa mempermasalahkan Andre, dia mau ada dimana pun mungkin tidak berpengaruh kan.

Arin kembali sadar saat dia merasa tangannya diguncang beberapa kali lagi. Matanya langsung melihat ke arah Viona yang sudah manyun, akhirnya dia harus sadar kalau Viona masih kecil dan dia butuh sedikit bermain untuk menghilangkan kejenuhan.

Mata Arin terus beredar mengamati satu persatu tempat yang tidak jauh hanya di sekitar rumah sakit. Akhirnya ada sebuah rumah makan di seberang dan Arin sudah ingin berinisiatif pergi ke sana. Saking semangatnya Arin sudah membayangkan apa saja yang akan dia lakukan di tempat itu, selain makan dan bermain dengan keponakan selucu Viona.

"Vio, sekarang..." Tiba-tiba perkataan Arin terhenti dan mata yang langsung memperlihatkan perasaan cemas, beredar ke semua penjuru mencari sosok anak kecil yang seharusnya tidak jauh dari tempat itu.

Rasanya dia sekarang sudah sesak untuk bernapas, kemanapun melihat sampai ujung penglihatannya dia tidak melihat Viona di sana.

Arin langsung berlari menyusuri jalanan yang ada di sekitar rumah sakit, dia juga tak melewatkan tempat ketika tadi bersama Viona duduk di taman. Tapi rasanya sia-sia saja karena Viona tak kunjung terlihat.

Membayangkan bagaimana reaksi Kak Adel saat tahu bahwa Viona hilang, selain itu seluruh keluarganya di rumah pasti akan menyalahkan dirinya.

Arion berulangkali memandangi telpon genggam dengan ragu-ragu. Harusnya sekarang dia melakukan sesuatu untuk menolong Viona dengan cepat menemukannya, tapi harus kemana lagi?

Tak ada pilihan Arin segera memilih nama kontak dan satu nama pertama yang akan dihubunginya tentu saja Adel, dia harus yang pertama tahu bahwa masalahnya ini sangat rumit.

Dengan tak sabar Arin menelpon dan beruntung dia tidak menunggu lama karena Adel sudah mengangkat telponnya.

"Ngapain nelpon?" Tanya Adel dengan nada cetus seperti biasanya.

"Aku kehilangan Viona, Kak!" Meski awalnya ragu dan terus penuh pertimbangan, tapi Arin dengan lantang dan tanpa basa-basi langsung mengatakannya.

"Em. Viona udah sama aku." Tiba-tiba jawaban Adel membuat Arin tercengang, dia masih menganggap jika itu mungkin sekedar candaan.

"Vio gak ada kak!" Tegas lagi Arin.

"Ngaco kamu, Vio udah sama aku. Sana pergi saja cari makan aku lapar!" Timpal Adel masih tidak langsung ditanggapi.

Beberapa saat Arin diam, dia butuh waktu untuk mencerna perkataan Adel. "Vio kok sama kamu, Kak? Emangnya sekarang kakak lagi dimana?" Tanya Arin penuh selidik.

"Aku masih di rumah sakit lah." Adel terdengar langsung menjawab.

"Kok bisa, kan anak kecil gak boleh masuk ke sana." Komentar Arin terdengar heran.

"Udah deh bukan urusan kamu kan. Pokoknya Viona aman sama aku, sekarang kamu mending cari makan dulu!" Perintah Adel.

Arin tak cukup puas dengan jawaban dari kakaknya itu. "Aku ke sana aja ya!" Seru Arin.

"Jangan-jangan. Udah deh kamu cari makan duku." Perintah lagi Adel seolah dia memang sengaja tidak menginginkan kedatangan Arin saat itu.

"Viona aman yah. Yasudah aku cari makan duku!" Jawab Arin singkat dan langsung menutup telpon.

"Ngaco banget, dia kan yang ngaco masa anak kecil bisa masuk ke dalam? Gak mungkin kan." Batin Arin yang terus berdebat dengan hatinya. Dia juga tidak tahu dimana persis tempat kakaknya itu sekarang, jadi tidak mungkin dia menyusul ke sana.

Arin masih sedikit heran sekaligus bingung. Dengan siapa sebenarnya Viona pergi ke sana? Dan juga waktu yang di jeda hanya sekian menit saja, jika bagi anak kecil tentunya tidak cukup waktu untuk berjalan ke dalam rumah sakit dan menemukan orang-orang di sana.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!