Sosok aneh

"Tenang, pokoknya sekarang kita pergi dari tempat ini!" Rendra berusaha meyakinkan.

Adel tak bergeming dia tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Tidak mungkin kan orang yang sudah meninggal kini kembali datang ke hadapannya seperti sedia kala apalagi penampilan Rendra yang tidak berubah tepat seperti 4 tahun yang lalu.

"Siapa?" Getar nada bicaranya terdengar keluar dari mulut Adel yang mungkin saat itu setengah mati merasa takut.

Rendra semakin bingung, dia tahu apa yang dipikirkan Adel tentangnya. "Pokoknya kamu harus percaya, aku Rendra!" Ucapnya bersikeras meyakinkan Adel.

Saat Rendra mendekat tapi Adel malah bergerak menjauh. Menandakan jika Adel tidak bisa langsung menerima kedatangan Rendra dari kematiannya yang tiba-tiba. "Maaf aku tiba-tiba, tapi akan aku ceritakan semuanya yang penting sekarang kamu ambil Hp dan kita pergi dari sini. Sebelum mereka datang lagi!" Ucap Rendra yang meski dia yakin jika kata-katanya tidak akan mudah Adel percaya.

"Jangan mendekat! Kamu siapa? Rendra suamiku sudah meninggal, siapa sebenarnya kamu?" Bentak Adel terlihat gelisah dan berusaha untuk menjauh melindungi dirinya.

Tiba-tiba suara geruduk dari atas atap rumah, spontan sepasang mata Adel mengikuti arahnya hingga seseorang sudah berdiri tegak di hadapan Adel dan Rendra. Seorang lelaki berpakaian asing dan lusuh juga warna mata putih dengan kulitnya yang pucat seperti hantu.

"Setan!" Teriak Adel ketakutan dan spontan langsung mendekat ke arah Rendra dengan berlindung di balik punggungnya.

Adel mengendap dan menyembunyikan tubuh mungilnya di balik punggung Rendra yang tegap dan lebar. Sekilas melihat postur tubuh orang yang mirip Renda dari jarak dekat seperti kembali membawa ingatan Adel tentang sesuatu yang tidak asing lagi, Adel tahu betul postur tubuh dari suaminya itu meski sudah lama dia tidak melihatnya.

"Pergi dari sini! Sudah ku bilang kan jangan mengganggu mereka!" Bentak Rendra terdengar marah.

Adel hanya bisa mengintip dan menutup mulut meskipun banyak percakapan di antara merek yang terdengar.

"Serahkan sekarang juga!" Jawabnya seperti tak mengindahkan peringatan Rendra.

Jantung Adel berdegup kencang untuk pertama kalinya dia melihat hantu yang begitu nyata.

"Lari sekarang!" Ucap Rendra membuyarkan pikiran Adel dan menarik tangannya melangkah menuju ke pintu yang akan membawanya langsung keluar.

Tapi keduanya langsung terhenti lagi, sepasang mata Adel melihat sosok lelaki menyeramkan yang sudah tepat berada di hadapannya menghalangi.

"Sejak kapan dia di sana?" Gumam Adel meski dari bisikannnya itu terdengar jelas oleh Rendra.

"Serahkan dia dan kita semua bebas!" Ucapnya terdengar seperti negosiasi yang entah untuk apa.

"Pergi sekarang!" Rendra masih berusaha memberikan peringatan.

Tiba-tiba terdengar suara tertawaan riuh dari banyak orang.

Mendengarnya membuat hati Adel terhenyak kaget. Bola matanya bergerak ke arah suara dan kini sudah melihat banyak orang bersama lelaki tadi.

Adel hanya bisa melotot takut memandangi banyak orang yang mungkin sekarang tidak akan membiarkannya lolos.

Decik suara kesal terdengar dari arah samping, saat berbalik Adel melihat tangannya yang mungkin spontan tanpa sengaja dari tadi sudah tertaut pada lelaki itu. Adel langsung menarik tangannya dengan cemas.

"Sudah ku bilang kan jangan datang lagi ke sini!" Ucap Rendra setengah membentak.

"So jadi pahlawan. Padahal kamu sendiri mau kan kalau bisa bebas dari tempat ini?" Timpalnya masih tak mengindahkan peringatan Rendra.

"Sekarang lebih baik kamu serahkan dia dan urusan kita selesai." Ucapnya lagi yang langsung membuat Adel mematung kaku menahan hebat jantungnya yang berdegup karena takut.

"Kalian bukan hanya mau itu kan?" Balas Rendra langsung tersenyum sinis.

Adel kembali dibuatnya tak mengerti, tapi untuk sekarang tidak ada alasan baginya untuk mengikuti lelaki yang di hadapannya itu seperti Rendra, Adel tahu hanya lelaki itu yang akan menyelamatkannya keluar dari situasi seperti ini.

"Menjadi manusia lagi bukankah itu yang kita mau kan?"

Rendra tak mendengarkannya. Dia berjalan tanpa ragu mendekat ke arah banyak orang yang saat itu sudah menghalangi satu-satunya jalan dari pintu di depan.

Adel berusaha menahan langkah Rendra dan juga tangannya yang sulit dilepaskan, apakah mungkin lelaki di hadapannya tidak berniat untuk hidup? Bukannya cepat pergi atau menghindar yang dilakukan sekarang malah mendekat.

"Kamu sadar dong! Hei orang asing!" Ucap Adel berusaha menarik perhatian Rendra. Bahkan Adel masih berusaha keras untuk melepaskan diri dia tidak mau jika harus mati di tangan orang-orang menyeramkan seperti mereka.

Beberapa kali Adel melihat senyum mereka yang menantang dan memandang sepele ke arah Rendra, Adel tahu apa itu artinya mungkin memang benar dia tidak bisa keluar hidup-hidup. Dan sekarang tidak ada jalan keluar kan?

Adel masih berusaha menahan perasaan cemasnya, dia mencoba mencerna kejadian ini dengan logika yang mungkin langsung menolak telak kenyataan ini. Matanya kembali memastikan melihat orang-orang yang berdiri di hadapannya dengan sudut pandangnya sebagai manusia biasa. Mereka semua bukan manusia. Begitulah kesimpulan yang dirasakan oleh hatinya yang paling jujur, Adel hanya bisa menelan pahit ludahnya sendiri, selain dari pikiran itu dia tidak bisa berpikir jalan keluarnya.

Tapi Rendra kembali menyeret kakinya untuk tetap berjalan tepat di samping Adel. Tangannya yang digenggam erat kembali mengingatkan Adel pada Rendra yang dulu ketika sedang bersamanya, dan sekarang kenangan itu terulang, rasanya perasaan haru langsung menyelimuti hati Adel yang dingin. Dia memang tidak mencintai Rendra, entah mengapa saat bersama Rendra Adel selalu menyia-nyiakan nya termasuk dengan perbuatan tak terpujinya hingga harus melahirkan Viona dari rahimnya. Kali ini matanya terasa berat menahan embun yang mungkin akan segera meluncur keluar, entah mengapa perasaan itu mengalir saat ini dan rasanya dia sangat bersalah telah melepaskan tangannya dari Rendra, dan kini meskipun kenyataan mengatakan bahwa Rendra sudah meninggal tapi dalam wujudnya yang tiba-tiba muncul itu tidak menyurutkan kesedihan dan rasa haru seperti rasanya sudah tuntas membasuh perasaan rindu akan sosok Rendra selama 4 tahun.

"Kalian semua tidak nyata." Ucap Rendra yang membuat mata Adel membulat. Dan suasana tiba-tiba menjadi hening tak bergeming. Adel penasaran meskipun dia masih berjalan dengan tangan yang digenggam erat oleh Rendra dia masih sempat memastikan ke sekitar, mengedarkan indera penglihatannya ke arah dimana orang-orang tadi berjajar di sana. Dan kini Adel tak melihat ada satupun orang seperti tadi.

Perasaannya tak sabar terus bertanya-tanya, padahal sebenarnya dia sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan kehidupan nyatanya saat itu.

"Kamu jaga Vio ya, dan juga Arin. Viona sudah menunggu di luar gerbang." Tutur Rendra dengan nada santai berbicara pada Adel, seolah tidak ada kecanggungan meskipun sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu lagi.

Tiba-tiba saat menepi di gerbang yang menuju hutan Rendra melepaskan tangannya, dia diam tanpa mengatakan apapun tapi matanya terus melihat ke arah Adel seolah sedang memberitahunya sesuatu. Terakhir Rendra tersenyum lebar hingga dia langsung hilang di hadapan Adel.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!