"Vio sama siapa ya ke dalam rumah sakit. Kok aneh. Kan anak kecil gak boleh masuk rumah sakit." Batin Arin yang masih tidak bisa lepas dari rasa penasaran.
#####
"Beruntung banget adik aku gak banyak tanya." Ucap Adel seraya menutup telpon dan memasukkannya ke saku celana. "Kamu kok sembarangan bawa anak aku Andre? Kan aku bingung harus jelasin ke Arin." Gerutu Adel yang tidak terima dengan sikap Andre.
"Lagian aku gak tahu loh Adik kamu yang mana, anak kamu jalan-jalan sendiri kan aku jadi khawatir." Timpal Andre yang beralasan.
"Udah deh, sekarang kamu balik sebentar lagi si Arin kesini dan pasti dia akan diam aja." Paksa Adel yang masih merasa tidak nyaman saat Andre masih betah bersamanya.
"Kan kangen. Lagian aku pengen ketemu adik kamu, boleh kan?" Celoteh Andre.
"Ngimpi kamu. Udah deh cepet balik sebentar lagi pasti dia nelpon!" Adel masih berusaha memaksa Andre untuk segera pulang.
"Kita udah lama loh, aku cuman mau kenal sama adik kamu aja. Udah gitu gak lebih!" Andre masih kekeh juga.
"Tapi gak sekarang!" Adel langsung memburu perkataan Andre dan tak mau kalah.
"Kapan lagi? Cuman Adik kamu kan, itu gak masalah!" Andre mulai berdebat.
"Kamu gak tahu diri banget sih, kayak gak tahu keluargaku gimana. Cepetan pulang!" Bentak Adel yang berusaha mempengaruhi Andre.
Sedetik Andre diam matanya hanya mengabsen mata Adel yang balik menatapnya. "Oke, aku pulang. Kamu jaga diri baik-baik ya!" Sedikit kecewa akhirnya Andre harus mengurungkan niat dan mengalah untuk pergi. Entahlah hubungan mereka seperti apa, yang pasti Adel tidak selalu berharap agar dirinya bisa bertemu dengan keluarganya.
"Nanti aku telpon!" Seru Adel berusaha meredakan kekecewaan Andre.
Perkataannya hanya dibalas dengan lambaian tangan kemudian Andre cepat berlalu dan hilang tak terlihat di ujung mata.
Akhirnya Adel bisa bernapas lega, setidaknya dia memang tidak berniat untuk memperkenalkan Andre pada keluarga meskipun hanya Arin. Entah mengapa dia berasumsi jika keluarganya tak akan menerima Andre, karena alasan latar belakang pendidikan, pekerjaan, keluarga, dan usia. Ya, memang usia mereka hanya terpaut 2 tahun lebih tua Andre. Dan Andre jauh di bawah mendiang suaminya yang sudah meninggal. Tapi hubungan ini hanya tetap menjadi pelipur, saat Adel kesepian, sedih, kecewa dengan keluarganya. Andre selalu menjadi tempat terakhir yang dia tuju untuk meluapkan semuanya.
Adel tersadar saat Viona terus memanggilnya.
"Vio jangan bilang sama Tante Arin ya! Sama Oma dan Eyang juga. Pokoknya Vio jangan bilang siapa-siapa. Om tadi temen Mama." Adel berusaha membuat anak usia 4 tahun agar mengerti, meski dia harus harap-harap cemas karena orang bilang jika anak kecil tak akan pernah bisa berbohong. Entahlah dia sudah tidak bisa mengatasi masalahnya ini, tentang Andre biar dia sendiri yang menyimpannya sampai waktu sendiri yang membuat dia sampai ke hadapan keluarganya.
"Mama, dia temen Mama." Ucap Viona membuat Adel segera membulatkan mata.
"Ia dia teman." Ucap Adel meyakinkan Viona lagi. "Udah yuk kita cari Tante Arin sekarang!" Ajak Adel sekaligus dia berusaha mengalihkan perhatian.
Viona menurut apalagi jika itu adalah perkataan Mama nya sendiri.
######
"Sekarang makanan udah dibeli, bingung banget apa harus nungguin Kakak di luar atau masuk rumah sakit aja?" Batin Arin yang masih menatap satu kresek makanan yang tadi dia beli di tempat makan.
Saat bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, tiba-tiba Arin kembali melihat sosok Andre yang baru saja keluar dari rumah sakit sedang berjalan menuju ke arahnya. Tapi sayang Arin tak sempat berbalik hingga Andre sudah dulu menangkap basah saat dia berdiri. Alhasil membuat Arin salah tingkah.
"Eh. Arin!" Seru Andre setengah berteriak.
Arin masih bersikap seolah tadi dia tidak melihat Andre, dia diam saja saat namanya disebut karena tak perlu lama Andre sudah berlari dan mendekat ke arahnya.
"Wah gak nyangka banget sih ketemu sama Arin disini. Kebetulan yang hebat!" Puji Andre. Mungkin mata Andre memang tidak bisa membedakan bagaimana reaksi Arin saat itu, yang jelas Arin tidak bisa tenang dan nyaman saat Andre berbicara padanya apalagi di tempat terbuka.
"Diam terus sih. Kamu ngapain disini?" Tanya Andre dengan percaya dirinya.
"Kepo banget!" Bentak Arin dengan manyun dan wajah jutek. Memang seperti itu sikapnya, Arin tidak bisa bersikap baik pada lelaki manapun termasuk Andre.
"Galak banget. Aku ikut ya!" Andre malah sengaja menawarkan diri.
"Ih. Mau ikut kemana? Gak boleh!" Arin tak ingin basa-basi lagi dia berusaha melangkahkan kakinya satu langkah, tapi lagi-lagi Andre masih bersikeras ingin mengikutinya.
"Ikut ya! Aku ikut! Kita kan teman, kamu masih tetep aja galak." Protes Andre yang mungkin menurutnya itu cara dia menggoda Arin untuk menyenangkannya.
"Gak mau banget! Cepetan pergi! Siapa yang teman? Aku teriak maling ya!" Ancam Arin berusaha untuk mengusir Andre saat itu.
"Eh jangan dong. Kamu masih gak mau temanan sama aku. Yasudah aku pergi, pokoknya kaga diri baik-baik Arin nanti kita ketemu di perkuliahan Minggu depan!" Dengan santai Andre berpamitan. Beruntung karena Arin bisa lepas dari Andre. Dia juga tidak ingin jika keluarganya ada yang tahu. Ahwa Arin sebenarnya punya teman cowok, tapi seingatnya memang teman cowoknya ada banyak kan tapi entahlah dia tidak ingin jika itu Andre.
Arin kembali berjalan tanpa sadar dia sudah memasuki halaman rumah sakit dan seketika saat matanya menangkap pintu masuk rumah sakit dia langsung tertegun heran. "Udah di sini lagi, tadi kan niatnya mau nunggu." Batin Arin. Dia sedikit kesal pasti karena pikirannya terganggu oleh Andre tadi jadi dia tidak bisa fokus kan.
"Arin!" Sebuah teriakkan terdengar lagi dan itu adalah suara dari Adel.
Arin berbalik menengok ke kiri dan kanan mencari sumber suara.
"Gua di sini!" Ucap Adel seraya menepuk bahu Arin.
Saat berbalik Arin melihat Kakaknya itu sudah menggandeng Viona.
"Astaga Vio, Tante khawatir banget. Kamu sama siapa sih pergi ke Mama?" Seru Arin segera berbicara dengan keponakannya itu.
"Teman." Jawab Viona ketus.
"Tadi Viona kesini sama aku kok, udahlah jangan dibahas kita sekarang balik ke mobil." Adel segera menyerbu perkataan Viona sebelum Anaknya itu sempat menjelaskan bahwa dia tadi bersama Andre.
"Bohong nih!" Komentar Arin sambil menatap tajam ke arah Kakaknya.
"Udahlah, kamu mau balik sekarang gak?" Elak Adel yang masih berusaha tidak membahas.
"Jelasin dulu dong aku kan ingin tahu, tadi Vio bilang teman loh." Kekeh Arin pada kakaknya itu yang sudah berjalan lebih dulu di hadapannya.
"Balik dulu ke mobil!" Seru Adel yang tidak berniat untuk berdebat di luar seperti itu.
Dengan malas Arin menghentikan ocehannya karena dia harus menuruti Kakaknya, atau dia malah ditinggal pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments