di rumah sakit

Suasana di dalam mobil menjadi hening, meski keramaian berjajar di sepanjang jalanan tapi mengapa bisa membuat mata Arin berat dan ingin terlelap tidur.

"Aduh." Keluh Arin saat kepalanya tersungkur ke jok kursi di depannya. Pasti Adel sengaja mengerem mobilnya tiba-tiba.

"Udah gak ngantuk lagi kan? Enak banget bisa tidur." Hardik Adel kepada Arin yang masih mengusap keningnya, hampir saja dia dibuat jantungan karena kejahilan Adel. Viona juga langsung terbangun dan matanya mungkin masih samar berusaha meraih pandangannya di sekitar.

"Turun! Udah sampe." Seru Adel yang sudah lebih dulu membuka pintu mobil, kemudian diikuti Arin dan Viona yang langsung dipangku Arin saat akan turun.

"Vio gak apa-apa kan?" Tanya Arin saat melihat sudut bibir Viona yang manyun. Anak kecil saja bisa marah apa Kakaknya tadi tidak berpikir tentang Vio.

Arin tak ingin banyak berkomentar bagaimanapun dia harus tenang. Saat sudah turun dari mobil dia diingatkan lagi dengan panggilan perutnya karena selama perjalanan tidak sempat makan, apalagi Vio yang tertidur pulas.

"Kak! Tunggu!" Teriak Arin menghentikan langkah Kakaknya yang masih berjalan.

Adel menoleh menatap Arin yang terlihat kesulitan.

"Lapar, kasihan Vio dong. Kita makan dulu yu!" Ajak Arin.

"Udah kalian aja Kakak kan harus cepet-cepet cari ruangan Mang Supir." Adel tidak mengindahkan permintaan Arin, dia terburu-buru bukan karena peduli dengan supir yang mengalami kecelakaan, tapi karena ingin sesegera mungkin kembali bertemu dengan Andre.

"Lapar tau! Aku sama Vio lapar!" Rengek Arin terlihat marah.

"Rese banget." Gerutu Adel dalam hati. "Yasudah cari tempat sana dan cepet makan, tunggu aku di luar saja kan Vio gak bisa masuk ke rumah sakit." Terang Adel akhirnya membiarkan Arin menunggu di luar.

"Makanannya di dalem mobil Kak!"

Mendengarkan Arin yang super ribet, bagi Adel yang tidak mau ambil pusing dan anti ribet. "Gimana sih? Katanya lapar tapi makanan ditinggalin di dalam, ngaco!" Gerutu Adel yang sudah emosi. Padahal hanya seperti itu saja Arin tidak meminta lebih kan pada kakaknya.

Arin tak membalas Omelan Adel yang sudah tampak cemberut dan kesal itu, yang penting dia bisa makan bersama Vio.

Adel membuka kunci mobil, membiarkan Arin mengambil sendiri makanannya.

"Sekarang udah ya jangan nyusahin terus. Sekarang pergi!" Saran Adel saat melihat makanan sudah di tangan Arin.

"Uang! Aku mau uang." Balas Arin yang masih menunggu pemberian kakaknya itu.

"Ambil nih semua." Adel menyerahkan dompet yang dia pegang dan tanpa peduli lagi langsung berjalan menuju rumah sakit. Arin hanya bisa menatapnya saja dan mengubur dalam-dalam perasaan kesal yang tidak pernah ingin dia sampaikan. Yang terpenting uang sudah ada dan dia bisa pergi mencari tempat makan bersama Vio.

"Kok kita gak ikut Mama?" Tanya Vio saat berjalan di pinggir jalan dengan tangan yang dipegangi oleh Arin.

"Mama ada urusan, Oma yang minta ke rumah sakit. Vio gak bisa ikut kan masih kecil." Terang Arin pada Viona ya g dari tadi hanya bisa menatap Adel, mungkin hatinya ingin sekali berbicara bahwa dia ingin bersama Adel, tapi Viona tidak mempunyai keberanian itu.

"Iya, Tante!" Ucap Vio singkat yang langsung kembali menundukkan kepala melihat ke arah jalan.

Arin melihat ke seluruh jalan yang luas di depannya, dia berharap bisa menemukan tempat duduk untuk makan.

"Vio mau makan di bawah pohon itu? Tamannya bagus ya!" Seru Arin sembari mengacungkan jari ke arah taman yang ada di kawasan rumah sakit, itu masih di luar gerbang.

Tiba-tiba Arin merasa ada sebuah panggilan yang masuk untuknya.

"Andre." Eja Arin yang spontan langsung mengerutkan dahi. "Ngapain dia nelpon tumben." Batin Arin yang masih melihat nama "Andre." Muncul dari layar nya. Tidak berapa lama Arin masih mengabaikan Andre yang saat itu masih berusaha menelponnya.

"Vio, kita foto sebentar ya!" Ajak Arin mengarahkan kamera depan pada ponsel yang dia pegang. Saat satu hitungan mundur tiba-tiba panggilan Andre tetap muncul juga. Arin terdiam menatap heran, untuk apa sebenarnya Andre menelpon.

"Ngapain nelpon?" Teriak Arin di balik hp nya saat panggilan terpaksa dia terima. Suara malas Arin sudah cukup bagi Andre agar kapok dan tidak mengulangi lagi telpon yang tidak penting.

"Galak banget sih." Protes Andre, mentalnya mungkin sedikit terpukul karena sikap Arin yang masih cuek.

"Suka-suka dong." Arin masih saja jutek.

"Vio, makan ya!" Arin tidak terlalu mementingkan panggilan yang masih berlangsung, dia masih saja sibuk menyuapi Viona.

"Lagi sama ponakan ya?" Tanya Andre basa-basi.

"Kedengarannya gimana emang?" Timpal Arin ditelpon. Meskipun sebelah tangannya sibuk memegang Hp tapi Arin tidak diam dan membiarkan Viona makan sendiri.

"Lagi ngapain emang? Aku mau ke rumah boleh?" Tanya Andre yang spontan membuat Arin membulatkan mata.

"Mau apa? Gak usah datang ke rumah lagian siapa yang mau ketemu sama kamu!" Arin tak ingin jika teman lelakinya datang ke rumah apalagi Andre, orang yang dia kenal hanya karena kebetulan satu kampus dan satu kelas. Jangan bermimpi Andre bisa datang meskipun itu hanya untuk kepentingan kampus.

"Aku mau ngasih tugas kampus, kayaknya kamu gak buka grup wa deh. Perkuliahan juga kayaknya tanggal masuk diubah." Andre dengan santai menjelaskan.

"Orang tinggal buka wa aja, jadi kamu gak perlu datang ke rumah." Larang Arin yang masih keras agar Andre tak pernah memberanikan diri untuk datang ke rumahnya.

"Yasudah pokoknya kamu baca grup, terus nanti aku pasti datang ya!"

"Gak ngerti banget, aku kan gak perlu intinya gak mau kamu datang. Aku juga gak di rumah so tahu banget." Arin masih terdengar galak, memang gayanya seperti itu jika berbicara dengan lawan jenis dan tak aneh jika sampai usia ini dia masih jomblo.

"Lagi dimana emang?"

"Kepo! Udah ah." Tanpa pamit Arin bersemangat menghentikan obrolan mereka berdua. Jika setelah bicara kalau dirinya gak lagi di rumah itu cukup kan membuat Andre agar tak lancang datang ke rumah. Dia memang lelaki gak waras saja, udah ditolak berkali-kali masih saja ngotot.

"Tante, Vio kenyang." Ucap Vio menunjukkan perut buncitnya.

Arin langsung tertawa karena merasa lucu, tingkah Viona memang menggemaskan.

****

"Ruangan supir tadi kalau gak salah kata staf di sana lewat sini." Batin Adel masih mengamati satu persatu pintu ruangan yang dilaluinya. Adel terasa lelah, yang benar saja untuk menuju ruang IGD itu perlu berjalan sejauh ini?

"Mbak!" Teriak Adel saat seorang perawat terlihat berjalan dari arah berlawanan.

"Aku cari ruangan UGD dimana ya?" Tanya Arin memperlihatkan kebingungannya.

"Bukan lewat sini kak, harusnya kakak dari lantai bawah, UGD ada di lantai bawah." Terangnya membuat Adel langsung kaget. Bukan main setelah cape berjalan sejauh ini dia harus salah jalan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!