Rumah sakit di tempat sebelumnya

Arin menatap Adel yang selalu tidak bicara banyak. Padahal dia merasa jika saat ini Kakaknya itu sedang menyimpan banyak hal yang tidak ingin dibeberkannya.

"Makan dikit banget kak!" Tegur Arin saat melihat Adel yang tidak terlalu menuliskan menu makan yang ingin dipesannya. "Takut gemuk ya?" Tebak Arin, candaannya masih tak diindahkan oleh Adel.

"Fokus apa sih, orang bicara dari tadi juga." Batin Arin kesal. "Padahal aku baik kan, anaknya aja aku yang pegang, mana ada kakak inget Viona." Gerutu Arin yang tidak berani berkomentar lagi saat Adel sudah mendiamkannya dengan dingin.

"Tolong jangan lama ya, saya lagi terburu-buru!" Ucap Adel saat menyerahkan tulisan di buku kecil orderan.

Arin kembali sibuk dengan Viona memainkan hp dan tak peduli lagi kalau Kakaknya saat itu ada, anggap saja Adel tidak ada. Entah mengapa Arin selalu tidak terima dengan sikap dingin dari Adel dia merasa selalu yang paling diandalkan terutama untuk urusan Viona. Tapi apa yang didapatkannya? Sekarang saja Adel seolah tak menganggap Vio dan dirinya ada kan? Adel sibuk memainkan hp dan mungkin sedang berkirim pesan.

"Andre masih belum bales. Sibuk aja terus!" Gerutu Adel dalam hati. Dia masih menantikan Andre dan berharap chat wa nya cepat dibalas. "Siapa lagi ya yang bisa diandalkan di sana? Kayaknya gak ada." Batin Adel yang masih sibuk menarik beranda di layar hp nya.

Ting.

Suara pesan wa masuk.

"Aku di rumah biasa lagi santai. Emangnya kamu mau balik lagi kesini, wah kebetulan jadi ada temen deh buat bobo malam." Balas Andre diakhiri dengan emoticon tertawa. Adel tidak mempermasalahkannya, lagi pula dia memang terbiasa kan berhubungan dengan Andre, rasanya dia harus cepat balik lagi menemui Andre.

"Mama!" Panggil Viona membuyarkan lamunan Adel yang dari tadi dia terus tersenyum-senyum senang.

Adel menatap Viona dan spontan matanya mengingatkan lagi tentang Rendra. Bagaimana bisa setiap kali melihat Viona Rendra muncul lagi. Adel langsung membuang wajahnya ke arah lain. "Vio sama Tante dulu, Mama sibuk ya!" Ucap Adel sama sekali tak melihat ke arah Viona.

Arin langsung mengalihkan perhatian menatap Adel dengan kesal, rasanya dia ingin sekali langsung menghardik Adel dengan makiannya, bagaimana bisa Adel yang seorang ibu kandung tapi malah menyuruh anaknya untuk pergi kasar seperti itu. "Vio sini! Vio sama Tante aja." Teriak Arin hingga Viona yang manyun langsung berbalik memperlihatkan wajah ke arahnya. "Vio makan yang banyak banget, nanti gendut kayak mama!" Ledek Arin sambil tertawa. Usahanya berhasil karena Viona dengan senang langsung tertawa kecil. Padahal membahagiakan Viona sangat sederhana kan? Sebegitu sulitkah?

Sedangkan Adel yang masih sibuk mengetik chat yang akan siap dikirimnya.

"Kak pesanan udah Dateng, pulang yu!" Ajak Arin masih tidak bisa membuat Kakaknya menoleh. "Kak!" Bentaknya, dan Adel langsung berbalik menatap Arin sinis.

"Bicara yang bener sama kakak sendiri, gak sopan banget." Gerutu Adel sambil mengambil pesanan dan langsung pergi ke arah kasir untuk membayar.

Arin bukan tidak bisa membalas perkataan kakaknya. Dia bisa saja membentak, mencela, menghardik. Tapi rasanya untuk apa? Hanya membuang tenaga.

Akhirnya Arin hanya mengikuti kakaknya itu segera pergi ke dalam mobil.

"Pokoknya kakak capek banget. Vio jangan rewel ya apalagi nangis gara-gara bosan di mobil." Adel langsung memperingatkan sesuatu yang tidak disukainya pada Viona sekaligus Arin yang hanya membalas perkataan Adel dengan menganggukkan kepalanya.

Pintu mobil terbuka, pertama Viona yang masuk ke dalam mobil dulu lalu Arin menyusul.

Deru mobil tak lama terdengar dan mesinnya langsung hidup, Adel terlihat bersemangat membawa laju mobilnya pergi dari depan restauran. Tak apa baginya jika harus memutar balik arah pulang, setelahnya dia akan bertemu dengan Andre, kan?

Suara musik mendayu membuat kuping Arin sakit saja, dia tidak suka dengan musik yang menurutnya terlalu ribut. Saat menatap Viona yang sangat mengantuk tapi matanya masih setengah terbuka. "Viona pasti susah tidur karena terlalu berisik." Batin Arin menebak.

"Kak! kecilkan volumenya dong! Berisik!" Protes Arin hingga menggoyahkan jok kursi di depannya. Tapi tidak dihiraukan juga. Rasanya tidak berguna jika harus terus berbicara pada Adel yang sedang larut dalam alunan musiknya. Arin langsung merangkul tubuh Viona yang masih kecil, dipangkunya ke dalam pangkuan Arin hingga dia berusaha menenangkan Viona agar cepat tidur.

"Bahagia banget ya denger musik dan hanya Kakak yang bisa nikmatin musiknya, Vio kan malah keganggu gini." Arin hanya bisa mengungkapkan kekesalannya dalam hati, dia tidak ingin mengganggu Adel yang sibuk dengan kesenangannya itu. Apapun terserah yang terpenting Adel tidak marah-marah lagi.

Ting..

Suara dering hp Arin terdengar menandakan chat yang masuk melalui Wa.

Arin segera meraih hp nya dan melihat pesan yang masuk dari "Andre" Tidak ada gunanya Arin tidak tertarik dengan basa-basi yang dilakukan Andre. Ujung-ujungnya sama kan hanya bicara yang gak penting.

"Kamu jangan tidur terlalu malem ya, jaga diri baik-baik sampai ketemu di perkuliahan nanti." Ejaan Arin saat membaca wa dari Andre, tanpa sadar Arin mulai tersipu dan tersenyum kecil. Mendapatkan perhatian dari lawan jenis itu bukan hal yang wajar kan? Arin juga tidak pernah diperhatikan oleh seorang lelaki lain selain Andre yang selalu saja bersikap seolah penasaran jika tidak sehari saja menanyakan kabar. Padahal hanya basa-basi tapi sudah membuat sesaat Arin bisa bahagia.

Arin langsung menutup hp nya tanpa membalas satu pesan pun dari Andre. Seingatnya sudah hampir berlangsung satu tahun, Andre yang selalu berusaha baik ingin dekat tapi Arin yang selalu mendiamkannya. Dan entah mengapa setelah selama itu Arin merasa hatinya mulai menerima sikap baik Andre, dia tidak bisa membayangkan jika ada lelaki lain di luar sana yang bisa membahagiakan hingga membuat Arin tersenyum.

"Yang lagi kasmaran." Ledek Adel. Arin langsung menangkap suara Kakaknya itu dan pasti maksud perkataannya sedang ditujukan untuknya. Arin menoleh dan baru tersadar jika suara musik sudah tidak terdengar lagi.

"Sok tahu banget." Kilah Arin bersikap seperti menolak tuduhan dari Adel yang sebenarnya kenyataan dari sikap Arin dengan maksud hatinya selalu berbeda-beda.

"Semoga bisa cepet nikah ya!" Goda Adel untuk pertama kalinya bisa bercanda dan tersenyum puas.

Tak terasa waktu terus berlalu, Viona sangat nyenyak tidur di pangkuan Arin.

Viona memang baik, anak kecil yang sangat mengerti situasi di sekitarnya. Dia bahkan bersikap baik pada Ibu yang selalu mengabaikannya Tapi tidak masalah selama Arin bisa menyambut baik dengan senyuman, seperti itu juga sudah cukup.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!