Berlibur

Catherine pagi ini sudah duduk di meja makan bersama Rama dan Ayesha. Setelah ini mereka akan mulai pada kesibukan masing-masingnya. Rama pergi ke kantor, Catherine pergi ke kampus, dan Ayesha pergi ke sekolahnya. Mereka duduk dalam diam, hingga kemudian Rama memulai perbincangan.

"Cat, besok ke Bali yuk!"

Catherine terkejut hingga tersedak. Ia menatap Rama yang begitu tenang duduk di kursinya itu.

"Ke Bali?" tanya Catherine, ia takut kalau ia salah dengar.

"Iya, anggap saja honeymoon kita lah." Rama menatap Catherine yang tampak terkejut itu.

"Ayesha ikut?"

Rama tertawa, "Kalau kamu mau Ayesha ikut, ya kita berangkat bertiga."

"Hanya bertiga?" kenapa dua baby sitter Ayesha tidak diajak?

"Iya, memang mau berapa orang sih? Harusnya malah kita cuma berdua lho. Masa honeymoon mau rame-rame." Rama terkekeh, rame-rame pun nggak masalah sih sebenarnya, toh ini bukan honeymoon yang sebenar-benarnya honeymoon.

"Oh, baiklah. Kita pergi bertiga."

Rama hanya mengangguk pelan. "Kalau begitu siap-siap lah, nanti sore kita berangkat sepulang aku kerja. Mumpung besok Sabtu Minggu kamu libur kuliah."

Catherine tidak banyak menjawab, ia hanya mengangguk pelan sambil menghabiskan sarapannya. Sejenak ia melirik Rama dikursinya. Sosok itu begitu tenang, tanpa banyak bicara. Wajahnya begitu damai, tapi kenapa Catherine belum mampu menumbuhkan getar-getar itu dihatinya? Kenapa Catherine belum mampu mencintainya?

***

"Cat, kata Ando kamu sudah nikah, itu benar?" tanya Yohana ketika siang itu mereka makan bersama di kantin.

Catherine hanya mengangguk lalu memamerkan cincin di tangan kanannya. "Ini cincin nikahku." sungguh kemunafikan yang hakiki bukan? Diluar pamer ke sana sini ia sudah menikah. Dirumah jangankan melayani kebutuhan batin suaminya, dipeluk suaminya pun, Rama harus izin dengan membawa seratus mawar merah, bukan main!

"Siapa suamimu? Kenapa menikah muda?" Yohana benar-benar penasaran, Catherine masih dua puluh tahun. Dan dia tampak sedang tidak hamil. Jadi untuk apa menikah sedini ini?

"Permintaan orangtua sih." jawab Catherine singkat.

"Kalian dijodohkan?" tebak Yohana yang masih sangat penasaran.

"Bisa dibilang begitu."

"Dengan?"

"Rama Astungkoro."

Yohana kini paham, kenapa Catherine harus menikah semuda ini, dengan posisi dia yang masih kuliah. Rupanya dengan pengusaha kaya raya itu! Astaga! Siapa sih yang tidak kenal Rama Astungkoro? Ia masuk jajaran pengusaha muda kaya raya diusia yang masih cukup belia. Dan istrinya tak lain dan tak bukan gadis cantik yang ada dihadapannya ini? Teman kuliahnya sendiri.

"I see that!" komentar Yohana sambil tersenyum kecut.

"So, you want to ask something again?" Catherine tersenyum kecut, harus menjelaskan apa lagi dia tentang pernikahan yang ia lakoni ini?

"No, no, it's enough!"

Catherine tertawa, sejenak hatinya merasa pedih. Kenapa harus begini sih jalan hidupnya? Pikirannya kembali teringat akan Wilson. Kekasihnya itu. Ia sudah dalam tahap skripsi, dan harusnya sebentar lagi Wilson melamarnya! Namun sayang takdir berkata lain, Catherine harus menikah dengan Rama, dan itulah kenyataannya!

***

"Pak, langsung pulang saja ya!" perintah Catherine pada supir pribadinya. Ia harus sudah berkemas karena sejak tadi Rama terus mengirim pesan untuk dia agar bersiap-siap. Tiket pesawat sudah ready, begitu pula hotelnya.

Pikiran Catherine melayang jauh, apa yang akan terjadi nanti di sana? Antara dia dan suaminya itu? Apakah kemudian ia akan menyerah? Pasrah Rama menyentuhnya, mengoyak benda yang masih ia jaga betul-betul sampai saat ini?

Wajah Catherine sontak memerah, ia menggelengkan kepalanya. Ia belum siap! Terus terang ia belum siap jika harus melakukan itu dengan Rama. Bayangan laki-laki itu menyentuh tubuhnya sungguh membuat Catherine merinding seketika!

"Mbak baik-baik saja?" tegur Pak Udin sambil meliriknya dari kaca spion.

"Ah, nggak apa-apa, Pak. Saya baik-baik saja." kilahnya sambil tersenyum.

"Kata Bapak nanti mau berangkat ke Bali ya?"

"Iya Pak, mumpung besok saya libur."

"Wah, selamat berlibur kalau begitu mbak, mudah-mudahan nanti pulang langsung jadi."

Catherine mengerutkan dahinya, jadi? Apanya yang jadi?

"Jadi gimana, Pak?" tanya Catherine sambil tersenyum kecut.

"Adik buat Non Ayesha dong. Kan Bapak sama Mbak mau honeymoon bukan?"

Seperti tersengat listrik Catherine membeku di tempatnya. Jadi? Adik buat Ayesha? Astaga kepala Catherine jadi pusing.

"Ah iya pak, doakan saja." jawab Catherine asal. Bagaimana mau jadi? Didoakan dalam bentuk apapun kalau Catherine belum pernah dan belum mau disentuh oleh Rama, kapan dia bisa hamil? Inseminasi buatan? Astaga!

Catherine kembali termenung. Ia jahat sekali, istri yang jahat, durhaka. Mungkin kalau ia konsultasi ke ustad, ia akan didapat ceramah panjang lebar karena mengabaikan suaminya, tidak memberikan hak suaminya itu. Namun bukankah Rama sendiri yang bilang bahwa ia tidak akan memaksa Catherine?

Tapi, kalau pun dipaksa Catherine juga tidak akan mau kok, sebodoh amat Rama suaminya, kan ia juga tidak ingin sebenarnya dinikahi laki-laki itu!

Catherine menghela nafas panjang, bisikan Rama subuh kemarin ketika ia habis menunaikan sholatnya kembali menggema di telinganya. Membuat hatinya kembali pedih, rasa iba itu memang mulai muncul, namun rasa untuk mencintai sosok itu sama sekali belum mau muncul!

Catherine masih berharap bisa berpisah dan lepas dari Rama. Kembali pada Wilson, kekasihnya. Namun bukankah Rama sudah bilang bahwa ia tidak akan melepaskan dirinya sampai kapan pun?

Sepertinya ia harus melakukan sesuatu agar Rama memutuskan untuk melepaskan dirinya? Tapi apa? Pacaran dengan laki-laki lain? Bisa-bisa malah jadi masalah besar. Rama punya banyak uang dan kuasa, itu sama saja menjerumuskan laki-laki yang hendak ia pacari itu dalam kesialan.

Tiba-tiba bayangan Ayesha muncul dalam benak Catherine, kenapa rasanya ia tidak ingin jauh-jauh dari gadis kecil itu? Kenapa rasanya ia terus ingin tetap bersama dengan anak Rama dengan almarhumah istrinya? Apalagi anak itu sudah sangat terbiasa dengan nya. Lebih manja kepadanya daripada ayahnya sendiri.

Wajah polos Ayesha ketika siang kemarin tidur bersamanya benar-benar membuat hati Catherine damai. Ia ingin terus merengkuh tubuh mungil itu, membelai rambutnya, mencium pipi gembulnya. Kenapa sulit untuk mencinta ayahnya?

Sekali lagi Catherine dalam sebuah kebimbangan, dilema yang begitu mendalam. Tidak ingin hidup dengan ayahnya, tapi tidak bisa jauh dari anaknya, apa-apaan ini?

***

"Sudah dibereskan kamar saya?" tanya Rama pada manajer hotel miliknya yang ada di Bali itu.

"Sudah, Bapak jangan khawatir."

Rama hanya mengangguk pelan, nanti sore ia sudah harus berangkat.

"Bapak tidak perlu extra bed?" tanya suara itu mengejutkan dirinya.

"Extra bed? Untuk apa?" tanya Rama sambil mengerutkan keningnya.

"Bapak liburan dalam rangka bulan madu bersama istri bukan? Dan Nona kecil ikut, apakah Bapak tidak perlu extra bed?"

"Tidak, tidak usah. Saya berangkat nanti sore, jangan lupa jemputannya!" Rama bergegas menutup teleponnya. Untuk apa extra bed? Mereka tidak akan melakukan apa yang ada dalam pikiran orang-orang!

Rama tersenyum kecut, entah sampai kapan akhirnya ia bisa memiliki penuh Catherine, menyentuh sampai ke dalam gadis itu, namun Rama sudah bertekad bahwa ia akan menunggu, sampai kapanpun itu!

Terpopuler

Comments

Yoseva Ratte Alo

Yoseva Ratte Alo

sabar Rama

2020-10-07

1

Nna Rina 💖

Nna Rina 💖

yg sabar ya rama...

2020-10-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!