Wilson

Hari ini hari Kamis, sepulang sekolah Catherine sudah standby di ruang musik. Sebentar lagi ekskul musik dimulai. Dia sudah duduk di kursi piano ketika kemudian sosok itu muncul.

"Hai, Cat!" sapa Wilson lalu berdiri di samping Catherine.

"Jam segini sudah kesini?" tanya Catherine tidak percaya.

"Iya, aku mau lihat kamu main piano!" jawabnya sambil tersenyum. "Boleh request?"

"Tentu, selama aku bisa akan aku mainkan!" jawab Catherine sambil tersenyum.

"Minta Canon in D-nya Johann Pachelbel boleh?" ujarnya sambil tersenyum.

Catherine balas senyum, itu instrumen kesukaannya. Ia hanya mengangguk pelan lalu dengan perlahan ia mulai menekan tuts-tuts piano itu. Nada merdu nan indah mengalun memenuhi ruang itu. Hati dan pikiran Catherine sontak begitu jernih.

Wilson menyimak dengan seksama permainan piano Catherine, sesaat ia tersenyum, ia sangat menikmati alunan musik itu, hingga kemudian Catherine menyelesaikan permainannya.

"Keren!" puji Wilson tulus sambil bertepuk tangan. "Oh ya, aku boleh bilang sesuatu nggak?" tanya Wilson sambil bersandar di tembok.

"Boleh, Koko mau bilang apa?" Catherine mulai menyimak, ia menatap wajah Wilson yang tampak serius itu.

"Cat ... aku suka sama kamu sejak kita bermain drama dulu itu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?"

Deg!

Catherine tercengang luar biasa, ia menatap Wilson tanpa berkedip. Serius kah apa yang dikatakan kakak kelasnya itu? Wilson mencintai dirinya? Dan ingin menjadikan Catherine pacarnya?

"Ko ... Koko serius?" tanya Catherine tidak percaya.

"Sangat ... sangat serius, Cat! Mau ya jadi pacarku?" Wilson meraih tangan Catherine lalu menggenggam nya erat.

Catherine menatap dalam mata itu, tidak tampak dusta di sana, ia tersenyum lalu mengangguk cepat.

"Iya, aku mau!" jawabnya dengan wajah memerah.

Wilson tersenyum, ia mencium tangan Catherine dalam genggamannya itu. Catherine hanya tersipu malu, wajahnya memerah, ketika kemudian Wilson mendekatkan wajahnya, ia tidak bisa berkutik, ia malah memejamkan matanya, hingga kemudian bibir basah itu mengecup bibirnya dengan lembut. Hembusan nafas itu terasa begitu dekat ketika bibir mereka beradu.

Wilson mencium bibirnya? Ini ciuman pertama Catherine, dan rasanya ... kenapa senikmat ini? Wilson buru-buru melepaskan ciumannya, matanya menatap lurus ke dalam mata Catherine.

"Terimakasih, Sayang. Mulai detik ini kamu milikku!"

***

Wilson masih setia menunggu Catherine menyelesaikan eksulnya. Ia duduk di depan ruang musik sambil bermain game online, hingga kemudian beberapa anak melangkah keluar dari ruangan itu. Wilson buru-buru memasukkan Smartphone nya, ia bergegas berdiri, menanti sosok itu keluar.

"Lho, kamu belum pulang, Ko?" Catherine tampak terkejut, ia tidak menyangka bahwa Wilson akan menunggui dirinya sampai eskul selesai.

"Keluar makan yuk, sekalian merayakan hari jadi kita." Wilson tersenyum dengan begitu manis.

"Sebentar ...," Catherine mengecek Smartphone miliknya, ternyata sang papa dan sang mama tidak bisa menjemput, sungguh momen yang tepat.

"Kebetulan mama papa nggak bisa jemput, Ko." ujar Catherine dengan senyum mengembang.

"Oke nanti aku antar, pamit sekalian kalau kita mau makan di luar dulu, biar tidak dicari, Sayang."

Paras Catherine kembali memerah, ia dipanggil sayang? Ahh ... kenapa begitu indah jika Wilson yang mengucapkan kata itu?

"Oke siap!" jawab Catherine dengan wajah memerah, ia bergegas mengirimkan pesan ke mamanya, bahwa ia akan makan diluar dulu.

"Kita mau makan dimana?" tanya Wilson ketika mereka mulai melangkah keluar.

"Yoshinoya gimana? Aku pengen ala ala Jepang." jawab Catherine bersemangat.

"Boleh, itu Pak Ujang di sana. Ayo!" Wilson meraih tangan Catherine, lalu membawa gadis itu mendekati mobil pribadinya.

***

"Biasanya kalau mau ujian gitu pada kompak putus sama pacar, Koko kenapa malah cari pacar?" tanya Catherine ketika mereka berdua sudah duduk di resto makanan Jepang itu.

"Kenapa harus putus? Selama bisa bagi waktu dan fokus sama ujian nggak masalah kan?"

"Benar juga sih!" Catherine tersenyum, lalu kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Kamu belajar yang sungguh-sungguh, biar nilai rapot mu selalu bagus." nasehat Wilson sambil tersenyum manis.

"Pasti, jangan khawatir!" Catherine terkekeh, rasanya hari itu ia begitu bahagia. "Koko mau lanjut kemana?" Ia memang masih kelas sepuluh, dan sosok di depannya itu sudah kelas dua belas.

"Aku bidik FK UGM nih. Moga bisa lolos via nilai rapot."

"Wah keren. Pasti bisa deh, siapa sih yang nggak kenal sosok Wilson Liem?" puji Catherine tulus, bukannya memang begitu? Terkenal paling jenius seangkatan, mana ganteng lagi. Ahh ... Catherine benar-benar merasa sangat beruntung!

"Pernah denger nggak diatas langit masih ada langit?"

"Pernah!"

"Nah, itulah prisnip yang selalu aku pegang, aku tidak boleh cepat puas dengan apa yang sudah aku peroleh."

Catherine menatap laki-laki itu penuh takjub. Ia makin simpatik dan kagum dengan sosok yang perhari ini sudah resmi jadi kekasihnya itu.

"Kamu hebat!" puji Catherine tulus.

"Jangan berlebihan, tidak ada manusia yang sempurna, Sayang." Wilson terkekeh, ia menatap lurus mata kekasihnya itu. "Kamu rencana mau lanjut ke fakultas apa?"

"Hukum sih pengennya, atau ke Ekonomi paling." jawab Catherine singkat.

"Menurutku sih kamu cenderung cocok ke hukum."

Catherine menatap sosok di depannya itu penuh tanda tanya, benarkah? "Koko tahu dari mana?" Catherine tertawa.

"Pas kamu lagi pelajaran PKN aku nggak sengaja lewat di depan kelas kamu, lihat kamu debat sama beberapa teman saat itu. Keren tahu!" jawab Wilson sambil tersenyum.

"Hahaha hanya debat kusir itu, Ko!"

"Tapi keren, serius deh. Aku aja angkat tangan kalau suruh debat atau presentasi macam itu. Jadi menurutku sih kalau mau masuk hukum cocok banget kamu, besok siapa tahu jadi pengacara sehebat Elza Syarief, atau Hotman Paris Hutapea itu."

"Amin deh, amin!" Catherine terkekeh, memang sih dia ada cita-cita jadi pengacara kondang macam beliau-beliau itu. Mereka adalah inspirasi Catherine.

"Lalu mau ambil kuliah dimana?" tanya Wilson lagi.

"Belum tau sih, masih lama kali aku, Ko!" Catherine tersenyum kecut, masih juga kelas sepuluh.

"Harus dipersiapkan juga, Sayang! Kau tahu aku persiapan untuk FK UGM ini sejak kelas satu SMP!"

Mata Catherine terbelalak, dari kelas satu SMP? Yang benar saja! Tapi betul juga sih harus dengan matang, masuk FK itu tidak gampang.

"Nggak berminat ke UGM?" tanya Wilson lagi.

"Belum tahu Ko, serius belum mikir sampai situ." Catherine benar-benar gemas, ia belum memikirkan sampai kesana. Jadi mana dia tahu minat kampus mana, pengen kuliah dimana.

"Oke, berarti PR mu nanti dirumah mikir besok mau ke kampus mana, kalau bisa sih UGM aja ya!"

Catherine menaikkan alisnya, kenapa harus UGM? "Kenapa harus di UGM?" tanyanya penuh penasaran.

"Biar kita nggak LDR!"

Terpopuler

Comments

Naoki Miki

Naoki Miki

haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
Cuss bacaa jan lupa tingglkan jejaak🤗
tkn prfil q aja yaa😍
vielen danke😘

2020-10-24

0

Nna Rina 💖

Nna Rina 💖

crt ini emg dr awal ya..... kyknya msh jauh dr prjodohan 😁

2020-09-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!