Perubahan Agus

Pagi ini Celine sudah siap dengan seragamnya, ia turun ke bawah untuk bergabung dengan kedua orangtuanya di meja makan.

"Pagi Ma ... Pa ...," sapanya lalu duduk di kursinya.

"Pagi, sudah siap sekolah lagi kan?" tanya Nina sambil tersenyum, ditangannya sudah ada selembar roti tawar yang sudah diolesi dengan selai.

"Siap dong!" ujarnya dengan semangat, ia sudah kelas sebelas sekarang, dan tahun depan sudah kelas dua belas.

"Meskipun nggak ada Wilson, tetap semangat ya!" goda Nina sambil menyodorkan roti isi selai itu ke hadapan Catherine.

"Ih ... Mama apaan sih?" wajah Catherine sontak memerah, Nina hanya terkekeh lalu kembali meraih sehelai roti tawar.

"Hari ini aku diantar siapa?" tanya Catherine yang sudah mengunyah roti isinya itu.

"Biar Papa yang antar ya!" guman Nina, ia pun mulai mengunyah roti miliknya.

"Oke, siap!" Catherine masih asyik mengunyah rotinya, ia melirik sekilas Agus yang tampak lain itu. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu, tapi apa?

"Nanti pulang jam berapa, Cat?" tanya Agus yang nampak sangat lain itu.

"Kayak biasanya paling, Pah. Nanti semisal Papa nggak bisa jemput, gampang deh, Cat naik ojol aja."

Agus tersenyum simpul, di mata Catherine senyum itu begitu aneh, begitu lain, dan tidak seperti yang selama ini Catherine kenal. Ada apa?

"Berangkat sekarang?" tanya Agus lalu mendorong piring dihadapannya, tanda ia sudah selesai sarapan.

Catherine hanya mengangguk pelan, ia kemudian meneguk susu di gelasnya. Dan bangkit.

"Catherine berangkat dulu, Ma!" Catherine mencium pipi Nini lalu mencium tangannya.

"Hati-hati ya, semangat belajarnya."

Catherine hanya mengangguk lalu mulai melangkah meninggalkan meja makan. Agus lebih dulu melangkah keluar. Catherine pemasaran, sebenarnya apa yang sedang dipikirkan oleh papa tirinya itu? Tidak biasanya Agus seperti ini. Ia tampak sedang banyak pikiran dan bersedih. Tapi kenapa?

Pertanyaan itu makin menjadi-jadi ketika di sepanjang perjalanan Agus hanya teridam dan kedapatan melamun ketika berhenti di lampu merah.

"Pah ...." panggil Catherine lirih.

"Eh ... iya, ada apa?" Agus nampak terkejut.

"Papa baik-baik saja kan?" tanya Catherine, matanya menatap lurus ke mata Agus.

Agus mengindari tatapan itu! Iya ia langsung menundukkan wajahnya, "Papa baik, cuma sedikit pusing memikirkan pekerjaan, Cat. Jangan khawatir."

Catherine hanya mengangguk pelan, namun ia tidak puas dengan apa yang ia dengar itu. Ia yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi, tapi apa? Mereka sudah sampai di depan sekolah Catherine, ia bergegas melepas sabuk pengamannya, lalu mengulurkan tangan untuk berpamitan.

"Cat ...." panggil Agus sambil membuka kaca jendela mobil ketika Catherine sudah keluar dan hendak masuk ke sekolahnya.

"Iya, Pah?"

"Belajar yang sungguh-sungguh ya, jadi anak yang baik?" ujarnya sambil tersenyum.

Catherine hanya mengangguk, lalu kembali melangkah masuk ke dalam sekolahnya.

Agus menatap sosok itu dengan mata berkaca-kaca. Gadis yang baru genap berusia tujuh belas tahun itu memang bukan anaknya, namun ia sudah menganggap dan menyayangi gadis itu seperti anak kandung sendiri. Dia merawat dan memperhatikan gadis itu sepeti anaknya sendiri. Sontak matanya berkaca-kaca, dadanya terasa amat sesak.

"Maafkan Papa, Cat ...." gumannya lirih disertai dengan lirihnya air mata itu.

***

Flashback ....

"Apa maksudnya, Pak?" tanya Agus pada pengusaha muda dua puluh tujuh tahun itu.

"Saya menginginkan putri Bapak." gumannya lirih sambil duduk bersandar di kursinya.

Agus mengerutkan dahinya, pedofilia kah CEO muda itu? Sehingga ia tertarik pada anak tirinya?

"Maaf, saya hanya bapak tirinya, saya tidak berhak menentukan dengan siapa dia menikah kelak, dan dia sendiri pun sudah memiliki kekasih." guman Agus sambil menahan emosi.

"Baru pacar kan? Baru cinta monyet! Saya tidak keberatan menunggu dia sampai usianya pas untuk menikah. Di hotel kemarin sweetseventeen dia bukan? Berarti tiga tahun lagi." gumannya enteng.

"Tapi saya tidak berhak memaksanya, begitu pula Anda."

"Tapi Anda bisa membujuk istri Anda, bukan? Atau malah sebenarnya Anda naksir sama anak tiri Anda itu sendiri? Sehingga Anda melarang saya yang ingin menikahinya itu?"

Emosi Agus memuncak, ia menyayangi Catherine seperti anaknya sendiri!

"Saya menyayangi dia seperti anak kandung saya sendiri! Dan saya tidak pernah ada maksud dan niatan seperti apa yang Anda tuduhkan pada saya!"

"Kalau begitu tidak masalah bukan kalau saya ingin menikahinya? Saya punya niatan baik terhadapnya. Saya mencintainya." sosok itu bangkit dari kursinya. "Istri saya meninggal dua tahun yang lalu ketika melahirkan putri saya, semenjak itu saya belum pernah tertarik lagi pada wanita, dan ketika melihat putri Bapak, entah mengapa saya begitu ingin memilikinya."

"Dia sudah punya pilihannya sendiri, saya tidak bisa memaksanya." Agus sontak teringat pada Wilson, calon dokter yang begitu sopan itu. Hati Agus mendadak pedih.

"Saya tidak peduli! Saya hanya ingin dia!" sosok itu mengultimatum, ia menatap keluar dari jendela besar yang ada di ruang kerjanya ini.

"Nikahkan dia dengan saya, maka akan saya jamin usaha konveksi Bapak akan melesat pesat, dan jika Bapak tidak menyetujui permintaan saya, maka mohon maaf, saya bisa melakukan spspun." nada suara itu begitu santai, namun terdengar sangat menyeramkan di telinga Agus.

Mata Agus memerah, ia benar-benar tidak mengerti, apa yang dilihat sosok itu dari Catherine? Dia memang cantik! Namun ia masih belia! Dan sosok itu, ia sudah begitu matang! Agus menundukkan kepalanya, perlahan pertahanannya jebol. Air mata itu menetes dari matanya.

'Maafkan Papa, Cat ...."

***

Catherine masih berpikir keras, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa akhir-akhir ini Agus tampak murung dan bersedih? Tidak biasanya papa tirinya itu seperti ini. Mikir tentang pekerjaan? Memang apa yang terjadi dengan usaha konveksi papanya itu? Semua tampak baik-baik saja bukan?

Ahh ... Catherine sangat penasaran, Agus tipikal orang yang ceria, pembawaannya selalu penuh senyum dan enak dilihat, tapi akhir-akhir ini ia sangat lain! Kalau masalah dengan mama sih sepertinya tidak, karena mama pun juga tampak baik-baik saja. Tapi ada apa?

"Yang ditinggal ke Jogja murung aja." guman Aling yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya itu.

"Ahh ... bukan cuma mikir Wilson sih, mikir papaku juga." guman Catherine sambil menopang dagu.

"Papamu? Papa yang mana?" tanya Aling bingung, papa Catherine kan ada dua!

"Papa Agus, dia tampak lain akhir-akhir ini."

Aling menatap Catherine lekat-lekat, "Kamu nggak diapa-apain kan?"

Catherine melirik kesal ke arah sahabatnya itu, "Tidak, dia tidak pernah berlaku kurang ajar kepadaku, hanya saja aku heran akhir-akhir ini sikap dia berubah."

"Berubah gimana?" tanya Aling penasaran.

"Dia murung terus, kayak lagi ada pikiran gitu. Dan aku penasaran sebenarnya ada apa?"

Terpopuler

Comments

DenMaz Bowie

DenMaz Bowie

awal konfliknya br dimulai

2022-11-18

0

Nna Rina 💖

Nna Rina 💖

cath mulai dipesan 😆

2020-09-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!