Pagi itu Catherine bangun dengan perasaan aneh tidak seperti biasanya. Rasanya ia tidak tenang meskipun ia berada di rumahnya sendiri. Rasanya ia benar-benar tidak nyaman dan ingin segera pergi keluar dari rumahnya. Entah berlama-lama di kelas, main kerumah Tania, atau kemanapun asal tidak di rumah.
Catherine selalu mengunci dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Bahkan ketika ia mandi sekalipun, pokoknya ia tidak pernah membiarkan pintu kamarnya dalam keadaan tidak terkunci! Ia benar-benar takut!
Hari Senin itu, ia sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Ia tidak lagi memakai rok abu yang mini dan sesak. Ia memutuskan membeli lagi rok yang baru, yang lebih besar. Dan kemeja sekolahnya pun ia beli baru, semua serba besar agar tidak terlalu pas di badannya, supaya tidak menonjolkan lekuk-lekuk tubuh.
"Cat, hari ini diantar Papa ya!" sapa Agus ketika Catherine sudah bergabung di meja makan.
'Mam*us!' Catherine mendengus dalam hati, ia hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Ia segera meraih selembar roti tawar dan mengoles permukaan roti dengan Ovomaltine favoritnya.
"Kamu nggak makan nasi?" tanya Nina yang heran Catherine hanya makan selembar roti.
"Biar Bi Jum bungkus buat bekal saja, Ma." jawab Catherine lalu segera melahap rotinya.
"Oke sebentar," Nina meletakkan sendoknya. "Bi ... tolong siapkan bekal buat Cat ya!"
"Baik, Nyonya!"
Catherine hanya diam sambil mengunyah rotinya, ia melirik Agus sekilas. Papa tirinya itu fokus pada piringnya, tidak ada mata jelalatan yang seperti di sinetron-sinetron atau cerita-cerita orang. Ia tampak biasa aja. Ahh ... namun Catherine tidak boleh lengah! Ini baru hari pertama! Tidak bisa untuk patokan bahwa semuanya akan baik-baik saja!
"Cat, nanti kalau siang Papa nggak bisa jemput, dan Mama juga sedang sibuk, kamu naik ojol aja ya!" Agus meneguk air putih dalam gelasnya, lalu menepikan piring kosong itu.
"Iya nggak apa-apa, Pa." memang apa yang mau Catherine jawab? Mau marah-marah menolak gitu? Yang benar saja!
"Berangkat sekarang?" tanya Agus sambil melirik arlojinya.
Catherine menghela nafas panjang, ia meneguk susu di gelasnya, lalu mengangguk.
"Ini bekalnya, Non." Bi Jum muncul sambil menyodorkan tas bekal Tupperware itu pada Catherine.
"Makasih ya, Bi." ucap Catherine tulus.
"Sayang aku sama Cat berangkat dulu ya!" Agus mencium kening Nina, dan itu membuat perut Catherine jadi mulas, pikirannya melayang kemana-mana.
"Kalian hati-hati ya!"
***
"Sudah bisa nyetir mobil?" tanya Agus pada Cat dalam perjalanan ke sekolah gadis itu.
"Belum, Pah. Sama Mama belum diajarin." jawab Catherine singkat, ia benar-benar gugup, kikuk, dan takut!
"Besok kalau Papa ada waktu luang biar Papa yang ajarin kamu. Jadi nanti kalau kamu ada acara sama teman-teman kamu, dan mama papa sibuk kan kamu bisa pergi sendiri pakai mobil." suara itu terdengar tulus, namun hati Catherine masih ragu. Benarkah tulus atau hanya jebakan?
"Terimakasih, Pah. Selonggarnya Papa saja. Kan Papa sibuk." guman Catherine yang mencoba menolak secara halus.
"Iya nih, memang akhir-akhir ini akan sangat sibuk, tapi ya cobalah nanti Papa lihat ada waktu luangnya kapan." Agus tersenyum, hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada jalanan.
Tidak ada lirikan mesum, bahasan yang bersifat porno, dan tingkah yang aneh. Apakah memang benar laki-laki ini laki-laki yang baik? Atau semua ini hanya pancingan? Ahh ... Catherine tidak boleh lengah! Ia harus tetap waspada.
"Nanti kamu pulang sekolah jam berapa, Cat?" tanya Agus ketika gadis itu hanya diam.
"Jam setengah tiga, Pa."
"Wah jam sibuk itu, nanti ojol aja ya nanti." Agus sama sekali tidak meliriknya. Matanya fokus ke jalanan. Dan jujur itu membuat Catherine sedikit merasa aman.
"Oke, nggak masalah, Pa." jawab Catherine singkat, ia masih begitu canggung dan gugup!
"Nah sampai!" ujar Agus lalu menepikan mobilnya.
Catherine segera melepaskan sabuk pengamannya, lalu hendak membuka pintu.
"Nggak Salim sama Papa nih?" tegur Agus ketika gadis itu terburu-buru hendak keluar.
Cathe tersenyum masam, ia kemudian mengulurkan tangannya dengan jantung yang berdetak tidak karuan itu. Tidak ada yang terjadi, ketika tangan itu sudah beradu dengan jidat Catherine semuanya usai, tidak ada adegan remas-meremas tangan seperti di sinetron-sinetron! Tidak ada!
"Catherine masuk dulu, Pah!" pamit Catherine sambil tersenyum canggung.
Agus hanya tersenyum dan mengangguk pelan, sedetik kemudian mobil itu sudah melaju, meninggalkan Catherine yang masih terpaku di tempatnya berdiri.
"Hai Cat, gimana ayah baru kamu?" tanya Alin yang juga baru saja turun dari mobilnya.
"Baik sih sejauh ini." jawab Catherine apa adanya.
"Dia nggak *****-***** kamu gitu kan? Nggak lirik-lirik mesum gitu? Atau ngomong yang porno-porno gitu?" cecar Alin penasaran.
"Enggak lah, gila apa! Jangan sampai ih amit-amit!" Catherine menggeleng kepalanya cepat ketika bayangan film biru itu kembali terlintas di pikirannya. Apaan sih pagi-pagi sudah kotor saja pikirannya!
"Semoga tidak kejadian yang tidak-tidak ya, Cat." guman Alin lirih.
"Iya semoga, aku juga berharap bahwa semua akan baik-baik saja."
"By the way nama papa tiri kamu siapa?" tanya Alin ketika mereka mulai masuk kedalam kelas.
"Agus Susanto namanya." Catherine sudah meletakkan tasnya di meja.
"Yang punya perusahaan konveksi itu bukan sih? Yang buat piyama-piyama sama baju bayi itu ya?" tebak Alin tepat sasaran.
"Betul, kok kamu tahu?" Catherine penasaran, darimana gadis itu tahu bisnis papa tirinya itu?
"Cece aku resseler produk dia, Cat! Dia memang baik sih kalau kata Cece aku." Alin menjelaskan. "Tapi tetap waspada ya!"
Catherine menghela nafas panjang, tentu! Ia akan selalu waspada! Ia tidak ingin hal buruk itu menimpanya! Tidak! Kalaupun ia harus melakukan hal-hal seperti dalam film yang ada di flashdisk Binsar itu, ia ingin melakukan nya ketika sudah waktunya nanti. Dengan suami sahnya, dengan laki-laki yang ia cintai!
Bukan dengan laki-laki yang tidak ia cintai, apalagi dengan papa tirinya sendiri! Iih ... sontak tubuh Catherine merinding luar biasa! Wajahnya memanas mengingat tiap adegan dalam film itu.
"Cat!" panggil Alin ketika Catherine hanya terpaku di mejanya.
"Eh ... kenapa?"
"Kamu melamun?" tanya Alin sambil memandangi Catherine dengan seksama.
"Ahh ... tidak! Aku hanya teringat almarhum papaku." ujar Catherine berbohong! Ingat almarhum papanya apaan? Bayangan adegan film itu terus menari-nari di kepala Catherine!
"Kamu yang sabar ya! Terus doakan buat papamu, agar tenang di sana." Alin tersenyum, di elusnya tangan Catherine dengan lembut.
Catherine hanya mengangguk pelan, seandainya papa masih ada, tentu ia tidak harus merasakan ketakutan ini. Tidak harus!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
DenMaz Bowie
bagus ceritanya
2022-11-18
0
Ndhe Nii
kebanyakan nonton akhirnya parno sendiri..
2021-12-17
0
Nna Rina 💖
ditunggu up selanjutnya.. chayo
2020-09-08
3