Rama masuk ke dalam kamarnya dan tertegun mendapati Catherine sedang bersandar duduk di lantai sambil beruraian air mata. Rama dengan perlahan melangkah mendekati istrinya, lalu jongkok tepat di hadapan gadis dua puluh tahun itu.
"Ada apa? Kau bisa cerita dengan suamimu ini." gumannya lalu duduk di samping istrinya yang masih sesegukan itu.
Namun Catherine membisu, ia masih berusaha menenangkan dirinya sendiri. Berulangkali ia menyeka air matanya, namun ia gagal. Air matanya terus menerus menetes.
"Kamu tidak bahagia?" tanya Rama dengan hati pedih.
Catherine menggeleng pelan, dan itu sudah Rama prediksi. Ia belum bisa membuat gadis itu melupakan sosok calon dokter itu, ia belum bisa membuat Catherine menerima dan mencintai dirinya sebagai suami.
"Aku mencintaimu, Cat!" desis Rama pilu.
Catherine hanya mengangguk kali ini, lalu kembali terisak dan meneteskan air mata. Rama meraih Catherine dalam pelukannya dan meledak lah tangis Catherine. Ia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Rama, membuat Rama menghela nafas panjang dan berwajah sendu.
"Maafkan aku, Cat. Maafkan aku jika cintaku melukai mu. Namun terus terang, aku tidak akan melepas mu. Aku akan tetap berusaha membuatmu mencintai ku. Kapan pun itu aku akan menunggu mu. Karena yang aku inginkan hanya kamu."
Catherine tidak menjawab, tidak pula menggelengkan kepala atau mengangguk. Ia membisu dengan Isak tangis itu dalam pelukan Rama.
"Aku percaya, Cat. Suatu saat cinta itu akan tumbuh di hatimu, dan aku percaya kelak kau akan tahu betapa dalam aku mencintaimu."
***
Catherine terbangun, ia melirik jam dinding yang tergantung di kamar. Sudah pukul dua, ia mengerjapkan matanya dan tidak menemukan Rama di sisinya. Kemana Rama? Ia kemudian bangkit dan melangkah keluar kamar. Jam segini masa sih Rama sudah berangkat kerja? Mana mungkin! Ke kamar Ayesha? Mungkin saja.
Catherine melangkah hendak menuju kamar Ayesha ketika ia menyadari ruang kerja Rama lampunya menyala. Mungkin kan ia kesana? Dengan perlahan Catherine melangkah mendekati ruangan khusus milik Rama itu, ia menempelkan telinganya, sunyi. Tidak ada aktivitas apapun, hingga kemudian Catherine tertegun luar biasa ketika mengintip melalui lubang kunci dan menemukan Rama sedang khusuk bersimpuh di sana. Dia sholat?
Catherine tertegun luar biasa, Rama tidak tampak religius, ia malah tidak tahu kalau laki-laki itu bisa sholat. Ia pikir ia termasuk golongan Islam KTP alias hanya tercetak di kolom KTP saja status agamanya, namun ternyata laki-laki itu bisa sholat? Dan sekarang ia sedang bersembahyang di sana? Tak terasa mata Catherine memanas. Laki-laki itu begitu baik, kenapa ia tidak bisa membalas cintanya? Menerima takdirnya ini, kenapa?
Catherine berbalik dan sontak lari ke kamarnya, ia tidak mau ada yang melihatnya menangis lagi. Rama sekalipun. Catherine menutup pintu kamar, dan jatuh terduduk di balik pintu yang sudah ia tutup itu. Air matanya kembali menggenang. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Catherine terdiam cukup lama, hingga kemudian ia heran kenapa Rama tidak kunjung kembali ke kamar? Karena penasaran Catherine kembali melangkah keluar, sepi. Tidak ada aktivitas yang terjadi di rumah besar ini. Ia dengan perlahan kembali melangkah menuju ruangan pribadi Rama, lampu itu masih menyala. Belum sampai ia di depan pintu, sayup-sayup terdengar suara Rama sedang melantunkan ayat-ayat suci. Rama bahkan bisa mengaji? Catherine membeku di tempatnya berdiri. Laki-laki itu benar-benar penuh kejutan.
Sekali lagi Catherine memilih untuk kembali ke kamarnya daripada masuk dan menemui suaminya itu di sana. Hatinya makin bimbang, makin kalut. Apa sih kurangnya Rama? Sisi lain hatinya mulai memaki dirinya. Rama laki-laki yang baik, tidak arogan, tidak suka memaksa, ya meskipun ia memaksa menikahi Catherine dan berujar bahwa dia tidak akan melepaskan Catherine, namun untuk urusan lain bahkan untuk kewajiban yang harusnya Catherine lakukan itu pun ia tidak pernah sekalipun memaksa Catherine. Ia begitu sabar, begitu hangat dan ramah, serta satu fakta lagi yang Catherine tahu, rupanya sosok Rama cukup taat dalam kewajibannya pada Sang pencipta.
Namun sisi lain hatinya memberontak. Ia hanya mencintai Wilson! Cintanya masih utuh untuk laki-laki itu, tak peduli ia sekarang sudah resmi menjadi Nyonya Rama Astungkoro, namun hati kecilnya berharap kelak ia bisa lepas dari Rama, keluar dari rumah besar ini dan kembali pada kekasihnya, Wilson! Dan bukankah Wilson sudah berjanji akan mengambil dia suatu saat nanti? Dia hanya perlu menunggu saat itu datang!
Dan meninggalkan laki-laki sebaik Rama? Meninggalkan Ayesha? Mengingat gadis kecil itu sontak air mata Catherine kembali menetes. Ia sudah sangat menyayangi sosok itu. Gadis kecil cantik nan manja itu lah yang menjadi penghibur hatinya selama terkurung di sini.
Ia sudah jatuh cinta dengan sosok cantik menggemaskan itu. Tapi kenapa sangat susah membuka hati untuk bapaknya? Bagaimana caranya mencintai Rama? Kenapa begitu sulit?
Catherine tersentak ketika ia mendengar suara langkah kaki, ia langsung bergegas naik ke ranjang, menutup tubuhnya dengan selimut dan pura-pura lelap dalam tidurnya. Pintu kamarnya pun terbuka, lalu kembali tertutup. Rama sudah kembali! Jantung Catherine berdegup lebih kencang.
Rama naik ke pembaringan, lalu mengelus lembut pipi Catherine.
"Kau tahu kenapa aku sama sekali tidak mau melepasmu? Karena sejak melihatmu dan aku minta petunjuk dalam dua raka'at sholat malam ku, aku selalu menyebut dan meminta kamu langsung pada Tuhan."
"Dan ketika kemudian aku hendak melamarmu, kembali dua raka'at istiqaroh yang menjadi jawaban bahwa kau memang wanita yang kelak akan menjadi ibu dari anak-anakku." guman Rama lirih sambil mengelus lembut kepala Catherine.
"Namun tampaknya tiga tahun menunggu, meyakinkan diri, berdoa, minta petunjuk yang mahakuasa masih belum cukup untuk memilikimu seutuhnya, Cat. Aku masih harus berusaha meyakinkan dirimu, hatimu bahwa kaulah yang terus hadir dalam mimpiku setelah aku selesai melakukan sembahyang ku." Rama tersenyum kecut, ia kemudian mencium kening Catherine dengan begitu lembut, lalu menarik selimutnya dan kembali tidur.
Cukup lama Catherine terdiam dalam posisinya, hingga kemudian ia dengan perlahan membuka matanya. Rama sudah kembali terlelap. Wajah itu begitu damai. Membuat hati Catherine teriris pedih.
Apa yang Rama katakan tadi benar-benar menusuk dalam hatinya. Dia tiga tahun menunggu, berdoa untuk memilikinya? Dan sekarang Catherine malah belum sama sekali bisa menerimanya! Sungguh apa yang dengar itu sangat mengiris pedih hati Catherine.
Benarkah kekuatan sholat sebegitu dahsyat hingga bisa memberi jawaban seperti apa yang Rama katakan barusan? Benarkah demikian? Catherine menghela nafas panjang, ia sekali lagi melirik Rama yang sudah kembali terlelap itu.
'Maafkan aku ....'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Etha Oldrezzta
semangat up kak
2020-10-03
0
bunda dad
kk elza ter the best 😍
2020-10-03
0
Nna Rina 💖
dahsyatnya cinta rama
2020-10-03
0