Upaya Rama

Rama meraih tasnya, lalu dengan wajah sumringah ia keluar dari ruang kerjanya. Ia melempar senyum ke semua karyawannya yang masih ada di kantor, lalu bergegas turun melalui lift ke lantai dasar.

Ia mengendorkan dasinya itu, rasanya ia sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah. Meskipun Catherine belum mau sekalipun ia sentuh, namun kehadiran gadis itu membuat ia sangat semangat untuk pulang ke rumah. Ia sangat ingin melihat wajah istrinya itu. Ia sudah merindukannya.

"Jam segini sudah pulang, tumben Pak?" sapa satpam yang berjaga di depan.

"Sudah kangen istri nih!" jawabnya sambil nyengir lebar.

Satpam itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Rama bergegas melangkah ke mobilnya, Pak Edi yang sedang duduk sambil merokok itu terkejut, baru jam lima bosnya itu sudah mau pulang? Kok tumben?

"Ini sudah mau pulang, Pak?" tanya Pak Edi kaget.

"Iya dong, mampir beli bunga dulu ya, buat si Cat." gumannya lalu tersenyum penuh arti.

Pak Edi hanya mengangguk patuh lalu masuk ke dalam mobil. Ia bergegas menghidupkan mesin mobilnya. Dia melirik bos muda itu dari spion. Tampak sangat jelas wajah itu begitu berseri-seri dan berbinar. Ia paham betul itu wajah-wajah bahagia.

Ia menepikan mobilnya di sebuah toko bunga segar. "Di sini, Pak?"

"Iya, saya turun sebentar ya." Rama bergegas turun lalu tampak sibuk memilih bunga-bunga segar yang terpajang di etalase.

"Bunganya, Mas!" pemuda itu muncul sambil tersenyum.

"Bisa buatkan buket bunga sekalian?" tanya Rama sambil sibuk memilih mawar.

"Bisa, mau berapa?" tanya pemuda antusias.

"Saya mau semua mawar yang merah!" guman Rama tegas.

Pemuda itu tampak sangat terkejut, namun raut bahagia terpancar disana. Ada seratus tangkai mawar merah, dan pria dengan kemeja biru itu mau beli semuanya?

"Ini ada seratus ma ...."

"Iya, saya mau semuanya!"

Pemuda itu bergegas mengambil seluruh stock mawar merahnya lalu mulai merangkai mawar itu dengan cekatan. Gila, buat siapa sih? Istrinya ulangtahun? Atau malah buat ngelamar calon istrinya? Ah sebodoh amat, yang jelas datangannya laris.

"Ini, Pak!" ia menyerahkan buket mawarnya.

"Berapa?" tanya Rama sambil merogoh saku celananya.

"Lima ratus ribu rupiah, Pak."

Rama hanya mengangguk, lalu menyerahkan lima lembar seratus ribuan itu. "Terimakasih." gumannya lalu berbalik dan masuk ke dalam mobil.

"Banyak amat, Pak?" tanya Pak Edi heran.

"Biarin lah, sekali-kali bikin seneng istri, Pak." wajah Rama berseri-seri, rasanya ia ingin segera sampai di rumah.

"Langsung pulang berarti ini, Pak?" Pak Edi sudah membawa mobil itu melaju.

"Iya, langsung pulang ya!"

***

Catherine sedang menyisir rambut Ayesha dan mengikatnya itu ketika sosok Rama muncul dengan buket bunga mawar merah itu. Catherine tercengang luar biasa, untuk apa Rama membawakan bunga itu?

"Hallo kesayangannya papa, lagi pada ngapain?" Rama tersenyum lebar, melihat dua gadis kesayangan itu sedang bercengkrama di ruang atas.

"Ini Mama sedang ngikat rambut Ayesha, Papa tumben bawa bunga buat siapa?" tanya Ayesha sambil mengerutkan keningnya.

"Buat mama dong, memang buat siapa lagi?" Rama menyerahkan buket bunga itu pada Catherine yang membeku di tempatnya duduk.

"Hmmm kayak orang pacaran!" komentar Ayesha sambil memanyunkan bibirnya.

"Eh, memangnya tidak boleh?" tanya Rama sambil tersenyum kecut.

Ayesha hanya nyengir lebar, ia kemudian melirik Catherine yang wajahnya tampak memerah itu.

"Ciee ... wajah mama merah banget!" goda Ayesha yang tahu betul bagaimana perubahan wajah mamanya itu.

"Ahh ... apaan sih!" Catherine tampak gugup, ia melirik Rama yang tersenyum manis kepadanya itu.

"Iya mama wajahnya merah banget ya pah?" Ayesha tersenyum lalu memeluk ayahnya.

"Iya tuh, sama merahnya sama mawar yang dia pegang." komentar Rama sambil mencium pipi anak gadisnya itu.

"Enggak ah! Jangan begitu dong!" Catherine tersenyum malu, sebegitu merah kah wajah Catherine hingga Ayesha dapat melihat perubahannya.

"Ihh ... mama malu ya?" Ayesha sangat bersemangat menggoda mama tirinya itu.

"Sudah, sana Ayesha sama Mbak Gina dulu, ya!" perintah Rama sambil mengelus rambut Ayesha.

Ayesha mengangguk pelan, lalu dengan patuh ia mendekati baby sitternya. Rama melambaikan tangannya, lalu menggeser duduknya mendekati Catherine yang masih membeku di tempatnya duduk.

"Aku cuma asal beli tadi, aku harap kamu suka." guman Rama lirih.

Catherine mengangkat wajahnya dan menatap wajah itu. Wajah itu begitu teduh, dan senyumnya begitu manis. Ahh ... hati Catherine jadi makin merasa bersalah.

"Sayang ... kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Rama sambil mengelus lembut kepala Catherine.

"Su ... suka! Aku suka. Terimakasih." Catherine tersenyum ia menatap dalam-dalam mata yang tengah menatapnya itu.

"Sama-sama, boleh minta satu hal?"

Catherine tercekat, apa memangnya yang mau diminta oleh suaminya itu? Minta malam ini Catherine melakukan kewajibannya sebagai istri? Atau ...,

"Aku ingin sekali memelukmu, sebentar saja, apakah boleh?" pintanya dengan tatapan yang sangat menyayat hati itu.

Catherine tak lepas dari tatapan itu, ia hanya mengangguk pelan. Hingga kemudian Rama merengkuh tubuhnya, memeluknya erat-erat.

"Terimakasih, aku sangat senang akhirnya dapat memeluk tubuh istriku." guman Rama lirih.

Sontak air mata Catherine menetes. Ia seolah ditampar dengan ucapan Rama barusan. Sindiran kan itu? Atau bagaimana? Tapi memang benar bukan? Ini kali pertama Rama memeluknya! Catherine sekuat tenaga menahan isaknya, hingga kemudian ketika Rama hendak melepaskan pelukan itu, Catherine mencegahnya, ia meraih tubuh laki-laki itu, mendekapnya erat.

"Tolong, untuk saat ini biarkan tetap seperti ini." desis Catherine sambil sekuat tenaga menahan isaknya.

Rama hanya mengangguk pelan, ia kembali melingkar kan lengannya memeluk tubuh Catherine. Rasanya begitu damai. Apakah Catherine juga merasakan hal yang sama? Sebuah rasa damai dan nyaman yang menyeruak dalam diri Rama? Apakah ia juga merasakannya?

"Aku mencintaimu, Cat! Sangat mencintai mu!"

***

Catherine masuk ke dalam kamar. Ia meletakkan buket mawar itu di kasur, lalu jatuh terduduk bersandar di lantai. Air matanya tumpah, ia benar-benar dalam kebimbangan. Kata-kata Rama tadi masih membekas di hatinya. Bukan salah Rama jika tadi ia seolah menyindir Catherine, ia tidak salah. Catherine lah yang salah, ia tidak bisa menjadi istri yang baik, tidak bisa melakukan tugas dan kewajibannya sebagai istri dengan baik.

Tapi apakah itu kesalahan Catherine? Bukan! Ia juga tidak ingin hidup seperti ini. Ia tidak ingin menjadi istri yang tidak berguna seperti ini, salah siapa yang memaksanya menikah? Ia tidak mau menikah dengan laki-laki itu. Ia hanya mau Wilson!

Catherine membiarkan air matanya meleleh, rasanya dadanya begitu sesak. Harus sampai kapan ia seperti ini? Ia juga tersiksa, bukan hanya Rama yang tersiksa karena punya istri yang tidak bisa melayaninya, tapi Catherine juga! Ia juga tersiksa karena harus hidup dengan laki-laki yang tidak pernah ia harapkan sebelumnya!

Terpopuler

Comments

Nna Rina 💖

Nna Rina 💖

semangat rama...

2020-10-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!