Pacar Kamu?

Catherine sedang asyik di kamarnya ketika tiba-tiba sosok itu membuka pintu kamar Catherine yang lupa ia kunci. Sontak Catherine terkejut luar biasa, bisa-bisanya dia lupa mengunci pintu? Apa yang akan ia lakukan? Catherine sudah panik, tubuh dingin seketika!

"Cat, dicari temanmu dibawah. Cepat turun!" ujar Agus sambil tersenyum.

"Baik, Pah!" guman Catherine bergegas bangkit, sosok itu tak berkata-kata lagi, kemudian ia menutup pintu kamar Catherine dan melangkah pergi.

Catherine menghela nafas lega, memang siapa sih yang datang kemari hari Minggu ini? Dengan penuh penasaran ia bergegas turun ke bawah, menemui siapa gerangan yang datang pagi ini.

"Hai Cat!" sapa sosok itu yang sudah duduk di sofa bersama Agus.

"Lho Ko, ada apa?" tanya Catherine terkejut, Wilson datang kemari?

"Mau ngajak jalan-jalan aja sih, kamu free?" tanya Wilson sambil tersenyum.

"Tentu free lah, sejak tadi cuma rebahan di kamar aja. Ajak keluar biar ada kegiatan, daripada nggak produktif, Wil." sahut Agus sambil ikut tersenyum.

"Kalau gitu boleh Wilson ajak jalan-jalan sebentar, Om?" guman Wilson sopan.

"Boleh, asal hati-hati, jangan macam-macam lho ya! Kalian masih sekolah!"

"Baik Om, saya akan selalu ingat pesan Om."

"Cat, kamu nggak mau tukar bajumu?" tanya Agus ketika Catherine hanya diam mematung di ujung tangga

"Oh ... eh ... iya sebentar!" Catherine tersenyum kikuk, ia bergegas kembali naik dan masuk ke kamarnya.

Kenapa Wilson bisa secepat itu akrab dengan papa tirinya itu? Astaga! Catherine menggelengkan kepalanya cepat, ia kemudian bergegas mengganti kaos oblong dan celana training panjangnya. Sebentar ... Catherine sejenak tertegun, ia mau pakai baju apa ya? Catherine sibuk mengamati satu persatu baju yang ada di lemarinya. Lalu pilihannya jatuh pada Sabrina warna Dongker itu.

Setelah mengganti pakaian dan sedikit memulas wajahnya dengan bedak dan lipgloss Catherine bergegas kembali turun, menemui Wilson yang tengah mengobrol sambil sesekali tertawa bersama papa tirinya itu.

"Sudah siap?" tanya Agus ketika menyadari kehadiran Catherine.

"Sudah, Mama dimana Pah?" tanya Catherine yang tidak melihat sosok mamanya dari tadi.

"Kamu lupa ini hari apa?" bukannya menjawab Agus malah balik bertanya.

"Hari Minggu." jawab Catherine sambil mencoba mengingat sesuatu, tapi apa? Apa hubungannya hari Minggu dengan mama?

"Mama mu sejak tadi pagi sudah berangkat arisan, Cat!"

Astaga! Oh iya Catherine lupa! Tiap hari Minggu mama selalu pergi arisan dengan teman-teman sosialita nya itu. Artinya ia sejak pagi hanya bertiga di rumah bersama Bi Jum dan Agus? Ya ampun!

"Sudah sana segera berangkat, nanti biar Papa yang bilang ke mama!"

Catherine hanya mengangguk pelan, ia kemudian mencium tangan Agus, dan berpamitan.

"Ingat jaga diri baik-baik ya! Kamu masih sekolah, Cat!" bisik Agus sambil sebelum Catherine melangkah pergi.

Catherine hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Memangnya ia mau ngapain sih? Kan cuma jalan-jalan.

"Saya izin ngajak Catherine jalan-jalan ya, Om." kini Wilson yang mencium tangan Agus dengan sopan.

"Iya, hati-hati. Sudah ada SIM kan?" tanya Agus sebelum mereka keluar dari rumah.

"Tentu sudah, Om!"

***

"Papa tirimu ramah ya." guman Wilson ketika mereka sudah dalam perjalanan. Ia kali ini membawa mobilnya sendiri, tanpa supir pribadi.

"Iya begitulah, cuma aku jarang ngobrol sama dia."

"Kenapa?" Wilson menoleh, menatap Catherine yang kini duduk disampingnya itu.

"Jarang dirumah, pulang kerja sudah malam, paling cuma ngobrol di meja makan aja."

"Dia nggak pernah macam-macam gitu kan?" tanya Wilson was-was, bagaimana pun Agus hanya papa tiri, dan kekasihnya itu begitu cantik!

"Nggak, dia sopan kok. Nggak pernah pegang-pegang juga, ya sewajarnya lah. Paling cuma aku cium tangan tiap berangkat sekolah."

"Syukurlah. Tapi kalau dari segi kacamata ku sih dia memang baik." guman Wilson dengan analisanya.

"Semoga begitu, jujur kadang aku takut!"

"Aku paham, soalnya bagaimana pun meskipun dia sudah jadi suami mamamu, dia tetap orang lain. Dia bukan siapa-siapa mu, hanya karena ikatan pernikahan dengan mamamu lah kemudian dia bisa jadi papamu." Wilson tersenyum, lalu meraih dan meremas tangan Catherine dengan lembut.

"Tunggu aku lulus jadi dokter ya, biar kamu bisa aku bawa pulang, bawa keluar dari rumah itu."

Sontak Catherine terkejut, belum ada sebulan pacaran dia sudah membahas pernikahan? Bukan main! Catherine hanya tersenyum dengan wajah memerah.

"Berapa tahun?"

"Beri aku enam tahun!" jawab Wilson mantab.

"Enam tahun?" Catherine memekik keras. Nggak sepuluh tahun sekalian ini?

"Iya, enam tahun besok itu aku baru bisa lulus dengan gelar dokter. Kalau hanya tiga setengah tahun, baru dapat gelar sarjana kedokteran." jawab Wilson sambil tersenyum kecut. "Memang kamu sudah ngebet mau nikah?" godanya sambil melirik gadis itu.

"Oh ... bukan ... bukan begitu, hanya kaget aja kok lama banget sih sekolahnya?" Catherine gugup, gila apa dia masih pengen senang-senang. Belum ingin cepat-cepat jadi istri dan ibu.

"Itu baru dokter umum lho, dokter spesialis mah perlu sepuluh tahunan buat lulus." guman Wilson santai.

'Sepuluh tahun?' gila! Fix memang benar sejak dulu Catherine tidak pernah memasukkan dokter sebagai cita-citanya. Karena ia tidak akan pernah sanggup jika harus sekolah lagi selama itu, tidak!

***

Catherine sudah kembali pulang, sore itu rumah begitu sepi, memang pada kemana? Ia celingak-celinguk mencari orang-orang, tapi nihil. Rumahnya benar sepi. Ia bergegas melangkah ke dapur, di sana ada Bi Jum yang sedang meracik bahan masakan.

"Bi ... ini pada kemana sih?" tanya Catherine sambil melangkah menghampiri wanita yang sudah lama mengabdi pada keluarganya itu.

"Ibu pergi senam, Non. Kalau Bapak lagi bercocok tanam di belakang."

'Bercocok tanam?' Catherine segera melangkah ke halaman belakang, di dekat kolam renang itu, ia melihat sosok Agus tengah memindahkan beberapa bunga ke dalam pot.

"Pah, Catherine pulang!" sapanya seraya mendekat.

"Oh, kamu sudah pulang? Mana Wilson?" tanya Agus lalu meletakkan sekopnya.

"Dia sudah balik Pah, di depan sepi. Aku kira Mama Papa pergi." jawab Catherine lalu duduk di batu yang ada tak jauh dari Agus.

"Wilson pacarmu ya?" tanya Agus sambil tersenyum.

"Eh ... dia bilang begitu sama Papa?" tanya Catherine terkejut.

"Tidak sih, tapi kamu lupa kalau Papa pernah muda?" Agus kembali serius dengan tanaman dan pot dihadapannya.

"Memang seperti orang pacaran ya, Pah?" tanya Catherine dengan wajah memerah.

"Pacaran pun nggak apa-apa sih, selama tahu batas-batas wajar, tahu norma-norma yang harus dipegang. Papa nggak larang." Agus menata pot itu di dekat lampu taman. "Yang penting sekolahmu tetap jalan, nilai tetap bagus!" Agus menatap lurus ke dalam mata Catherine.

Catherine tersentak, sorot mata itu seperti sorot mata yang begitu ia rindukan. Sorot penuh kasih sayang yang begitu, tulus yang sudah lama tidak ia lihat dari figur seorang ayah. Hati Catherine tersentuh, sejenak ia tersenyum.

"Catherine paham Pah, terimakasih."

Terpopuler

Comments

IdaDaliaMutiara

IdaDaliaMutiara

semangat cath, aku baru mampir lgi sehh, sengaja dikumpulin hihihii

2020-11-16

1

Nna Rina 💖

Nna Rina 💖

semangat cath...

2020-09-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!