Catherine menatap takjub bayangan dirinya di cermin. Ballgown ala Princess Belle berwarna kuning itu sangat cantik berpadu dengan tubuh dan kulitnya. Hari ini usainya tepat tujuh belas tahun. Papa mamanya sepakat mengadakan pesta sweet seventeen di hotel yang dulu mereka gunakan untuk menggelar pesta pernikahan.
Sebenarnya sih Catherine tidak berharap akan dirayakan dengan sedemikian mewah macam ini, namun orangtuanya memaksa. Dan akhirnya dia tidak dapat menolak.
"Ayo Cat, acara akan segera dimulai!" Nina membuka pintu kamar hotel yang dipesan untuk tempat makeup dan ganti baju Catherine.
Catherine hanya mengangguk, ia kemudian bangkit lalu melangkah keluar menuju ballroom yang sudah di dekorasi dengan pernak-pernik ala Disney Princess dan balon-balon itu.
Catherine benar-benar bahagia, terlebih ketika ia melihat Wilson pun sudah rapi dengan setelah jas dan dasi kupu-kupunya. Astaga, ini adalah pesta ulangtahun terindah dalam hidup Catherine!
***
"Cat ...." panggil Wilson ketika mereka berdua melangkah ke kolam renang yang terhubung langsung ke ballroom.
"Kenapa, Ko?" tanya Catherine sambil melirik sosok yang kini sudah satu tahun memacarinya itu.
"Aku lolos." guman Wilson lirih.
Catherine tersentak, ia dapat mendengar dengan jelas apa yang tadi Wilson katakan.
"Serius? Kamu serius lolos?" wajah Catherine brigtu gembira, akhirnya cita-cita sang kekasih itu dapat tercapai.
"Iya, aku lolos. Terimakasih ya sudah selalu memberiku semangat, mendukungku." Wilson meraih tangan Catherine, menggenggamnya erat-erat.
"Kok sedih?" Catherine tahu itu wajah sedih Wilson.
"Aku rasanya nggak sanggup jauh dari kamu." gumamnya lirih.
Catherine menatap mata itu, ia pun sebenarnya sama. Ia akan jauh dari sosok itu, namun demi cita-cita kekasihnya itu, ia rela.
"Sama, namun semua demi cita-cita kamu."
"Kamu segera nyusul ya, masuk UGM." tangan Wilson menggenggam erat tangan Catherine, matanya memerah.
"Doakan ya!" Catherine hanya mengangguk pelan.
"Jaga diri baik-baik, ingat ada aku di sana yang selalu jaga hati buat kamu." guman Wilson yang sontak membuat wajah Catherine memerah.
"Pasti, kamu juga jaga diri ya! Jaga hati bener-bener lho!" ancam Catherine dengan wajah memerah itu.
"Aku janji!" Wilson tersenyum, ia melepaskan genggaman tangan itu, lalu merogoh saku jasnya. "Aku harap kamu suka."
Catherine terperajat ketika kotak itu dibuka dan nampak cincin dengan kristal berbentuk bunga itu terpasang begitu cantik di sana.
"Buat aku?" tanya Catherine dengan mata berkaca-kaca, Wilson memberinya cincin?
"Iya, maaf bukan cincin berlian mahal yang kuberikan. Aku harap kamu suka. Ini bukti keseriusan ku, kita pegang janji kita baik-baik ya?"
Catherine hanya mengangguk sambil menitikkan air mata, Wilson mencabut cincin itu dari tempatnya, lalu menyematkan cincin itu di jari manis Catherine. Cincin itu tampak begitu cantik di jari Catherine. Air matanya menitik.
"Besok aku sudah harus berangkat, untuk cari kost, registrasi dan lain-lain." guman Wilson lalu menggandeng tangan Catherine dan membawanya melangkah menyusuri kolam renang.
"Hati-hati ya, maaf aku tidak bisa ikut mengantar. Jadi kapan kita bisa ketemu lagi?" tanya Catherine dengan wajah murung.
"Aku kabari secepatnya, aku juga tidak tahan lama-lama pisah sama kamu."
Sekali lagi Catherine mengangguk pelan. Bagaimana pun ia tidak boleh egois, ia harus percaya dan membiarkan Wilson pergi meraih mimpinya, menjadi dokter seperti impiannya.
***
"Kok lesu sih?" tanya Agus ketika Catherine hanya duduk malas di ayunan belakang rumah.
"Wilson ke Jogja, Pah." jawab Catherine malas.
"Lho, acara apa?" tanya Agus yang sedang memperhatikan bunga-bunga yang kemarin ia tanam.
"Dia diterima di sana, Pah. Di fakultas kedokteran UGM."
"Wah, hebat dong bisa masuk FK. Kamu rencana besok mau ambil fakultas apa?" tanya Agus lalu menyemproti bunga-bunga itu dengan semprotan air.
"Fakultas hukum, Pah." jawab Catherine sambil terus mengayunkan ayunan itu.
"UGM juga?" tanya Agus lalu menoleh.
"Kayaknya sih juga begitu." Catherine masih sibuk mengayun ayunan itu.
"Belajar yang sungguh-sungguh kalau gitu. UGM itu keketatannya lumayan padat." pesan Agus yang masih serius dengan semprotan air itu.
"Pasti, Pah. Doakan ya."
Agus meletakkan semprotan itu, lalu melangkah mendekati ayunan itu. "Sebagai orangtua, tidak perlu kamu minta, sudah pasti selalu Papa doakan, Cat. Terus belajar, Papa percaya kamu mampu."
Catherine tersenyum, ia hanya mengangguk pelan. Dengan lembut Agus mengelus kepala Catherine. Mendadak dering ponsel di saku celana Agus berdering. Agus merogoh ponselnya, lalu mengerutkan dahinya.
"Kenapa, Pah?" tanya Catherine yang menyadari perubahan wajah papa tirinya itu.
"Nomor tidak di kenal, Cat. Sebentar." Agus bergegas mengangkat panggilan itu. "Hallo."
Catherine menyimak sang papa tiri yang sedang menjawab telepon itu. Beruntungnya dia, papa tirinya sangat sopan, baik, tidak kurang ajar, dan benar-benar seperti ayah kandungnya sendiri!
Catherine semula sempat takut, sangat takut. Ia kadang curiga bahwa semua sikap manis itu hanya jebakan saja, namun sampai sejauh ini semua tetap baik! Sangat baik malah.
Catherine tersenyum, ia sangat berterimakasih pada Tuhan karena selalu melindunginya, memberi semua hal-hal baik untuknya. Dan bahkan ketika ia harus tinggal satu atap dengan laki-laki yang menikahinya mamanya itu, ia tetap baik-baik saja. Tidak seperti yang semua teman-temannya takutkan. Sungguh maka nikmat mana lagi yang ia dusta kan?
***
Catherine sedang mengerjakan tugas liburannya ketika kemudian Smartphone miliknya bergetar. Nama Wilson tergambar di sana. Sontak wajah Catherine kembali cerah.
"Hai ...." sapanya pada wajah yang tergambar disana.
"Lagi apa nih? Ini kost baruku." ujar Wilson memamerkan kamar kostnya yang masih kosong itu, hanya berisi ranjang, lemari, dan meja belajar.
"Jauh kah dari kampus?" tanya Catherine kepo.
"Sepuluh menit lah kalau naik motor, Sayang."
Catherine tersenyum memandang wajah itu, ia tak sabar kelak akan melihat sosok ganteng itu memakai jas dokternya. Pasti sangat tampan.
"Aku tunggu di sini ya, belajar yang rajin!" pesan Wilson sambil tersenyum.
"Pasti, aku tadi sudah izin papa, dia mendukung aku ambil FH UGM."
"Benarkah? Jadi Om Agus juga setuju?" tanya Wilson dengan mata berbinar.
"Iya, mulai besok sudah di daftarkan bimbel juga buat persiapan, nanti kurus musikku agak dikurangi jadwalnya. Fokus ke mata pelajaran." cerita Catherine panjang lebar.
"Syukurlah, aku sangat bahagia ternyata selama ini yang aku takutkan tidak pernah terjadi. Kamu beruntung, Cat."
Catherine tersenyum, ia menganggukkan kepalanya cepat, "Aku bersyukur selalu beruntung, salah satu keberuntungan ku yang lain adalah bisa memiliki kamu."
Wajah Wilson memerah, Catherine dapat melihat nya dengan jelas. Ia tersenyum, sangat suka dengan sosok itu.
"Cat ...." panggil Wilson ketika Catherine hanya tersenyum.
"Apa Sayang?"
"I Love you ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
nunik nurwahyuni
Catherine Wilson model ya 😊
2020-12-19
1