Ayesha

"Hai ...." sapa Catherine pada gadis kecil yang sedang bersama dua orang baby sitter-nya itu.

"Itu lho Non dipanggil Mama." guman salah satu baby sitter berambut pendek itu.

"Iya, sini yuk sama Mama." guman Catherine sambil tersenyum manis.

Gadis itu tampak takut-takut, sejenak ia tampak bertukar pandang dengan baby sitter-nya. Matanya bulat dan jernih dengan pipi tembam yang sangat menggemaskan. Sungguh gadis ini benar-benar cantik.

"Ikut jalan-jalan, Mama yuk!" ajak Catherine sambil tersenyum. Mama? Ahh ... kenapa indah sekali panggilan itu?

Sejenak gadis itu kemudian mengangguk pelan, lalu menghambur ke gendongan Catherine. Cukup berat rupanya, namun Catherine berusaha tetap kuat menggendong sosok menggemaskan itu.

"Kalau cari saya sama Nona, kami ada di kolam renang ya!" pamit Catherine pada dua orang baby sitter itu sambil tersenyum.

"Baik Nyonya!"

Catherine dengan perlahan melangkah keluar dari restauran sambil menggendong Ayesha. Gadis itu masih tampak cukup canggung dengannya.

"Ayesha kok diam aja?" pancing Catherine sambil tersenyum.

"Di televisi ibu tiri biasanya jahat." guman gadis itu begitu polos.

"Begitu ya?" Catherine tersenyum. "Kalau Mama memutuskan untuk tidak jahat bagaimana?"

"Kenapa begitu?" Ayesha benar-benar sangat lucu.

"Karena Mama sayang Ayesha, dong! Memangnya semua ibu tiri harus jahat?" Catherine menatap dua mata bulat yang tengah menatapnya itu.

Ia hanya menggelengkan kepalanya perlahan. Pipi gembulnya seakan-akan meminta untuk di cubit dengan gemas.

"Mama serius sayang sama Ayesha?"

"Iya, kenapa? Apa tidak boleh?" tanya Catherine sambil mengangkat alis.

"Boleh!" gadis itu tertawa riang. Lalu menghambur dalam pelukan Catherine.

"Ayesha belum pernah lihat Mama kerumah, sejak kapan kenal sama Papa?"

Catherine tercengang dengan pertanyaan polos itu, lantas apa yang harus Catherine jawab? Ia baru bertemu ayah dari bocah ini ketika ijab qobul. Keren bukan?

"Oh itu, kan Mama dulu masih sekolah di Jogja, jadi belum pernah main ke rumah Ayesha." guman Catherine berbohong. "Memangnya sebelum ini sering ya ada Tante yang main kerumah?" pancing Catherine penasaran.

"Belum pernah ada. Papa belum pernah bawa orang main kerumah. Papa sibuk kerja terus Ma. Waktu buat Ayesha pun kadang tidak ada!" guman bocah itu lirih.

Ada sedikit perasaan haru menyelinap di hati Catherine. Ia tersenyum kecut lalu mengelus lembut kepala gadis kecil itu.

"Ayesha sedih?"

"Sedih, kadang pengen main sama Papa, nggak cuma sama Mbak Gina sama Mbak Yesi aja. Cuma Papa terlampau sibuk, kadang pulang malam, subuh sudah berangkat lagi." curhatnya dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan sedih, kan sekarang ada Mama. Nanti bisa main sama Mama, ya!" bujuk Catherine sambil mengelus lembut kepala Ayesha.

"Mama nggak bohong kan?" mata bulat tampak berbinar-binar.

"Mama bohong buat apa sih? Tapi janji ya harus selalu nurut, nggak boleh nakal!"

Gadis itu sekali lagi tersenyum, ia kemudian menyodorkan kari kelingkingnya, dan Catherine membalas jari kelingking kecil itu dengan kelingking miliknya. Sejenak mereka tertawa bersama, lalu Ayesha menghambur dalam pelukan Catherine dengan manja.

Di sisi lain sepasang mata itu menatap mereka yang tengah duduk di tepi kolam itu penuh haru. Baginya tak masalah jika Catherine belum mampu menerimanya, yang penting gadis itu mau menerima Ayesha menjadi bagian dari kehidupan barunya.

***

"Lagi ngobrol apa nih?" tanya Rama yang kemudian duduk di samping Ayesha.

"Ada deh!" jawab Ayesha genit pada sang ayah.

"Hmmm ... yang dapat Mama baru nih, sama Papa terus kayak gitu!" goda Rama pura-pura manyun.

"Ini itu obrolan khusus wanita, Papa. Laki-laki tidak boleh." jawab Ayesha dengan ekspresi menggemaskan, sontak Catherine tertawa melihat tingkah lucu anak tirinya itu.

"Oke deh, cuma ini sudah mau pada pulang, Ayesha ikut pulang Oma Opa dulu, ya!"

Wajah gadis itu sontak menjadi sedih. "Papa Mama nggak ikut pulang?" tanyanya sambil memandang dua orang di sisinya itu secara bergantian.

"Besok Papa Mama pulang kok, ini masih ada urusan mendadak. Oke?" guman Rama mencoba membujuk.

"Nggak bohong kan?" tanya Ayesha penuh selidik.

"Kok nggak percaya?" tanya Rama sambil tersenyum kecut.

"Papa sering bohong soalnya!" jawab gadis itu polos yang sontak membuat Catherine terkekeh.

"Astaga, coba tanya Mama Cat deh!" Rama angkat tangan, sebenarnya ia tidak bermaksud untuk berbohong, hanya saya terkadang pekerjaannya sedikit tidak mendukungnya untuk sekedar pulang cepat dan bermain dengan anak gadisnya itu.

"Iya, besok Mama Papa sudah pulang kok, janji deh!" bujuk Catherine kemudian.

Wajah itu berubah cerah, kemudian mengangguk pelan.

"Yuk, itu kamu sudah ditunggu Mbak Gina sama Mbak Yesi dan yang lain-lain." Rama bergegas bangkit, ia merentangkan tangan hendak menggendong anak gadisnya itu.

Namun gadis itu menolak, ia malah menghambur memeluk Catherine. Catherine terkekeh, lalu mengangkat tubuh Ayesha dalam gendongannya. Rama hanya terpaku di tempatnya berdiri, lalu tersenyum kecut mengikuti langkah Catherine.

"Besok Mama pulang kerumahnya sore atau siang?" tanya Ayesha antusias.

"Sore deh, ada apa?"

"Jalan-jalan ke mall ya besok, Ma!" ajak Ayesha penuh semangat.

"Boleh, nanti ajak Mbak Gina sama Mbak Yesi juga." guman Catherine mengiyakan.

"Hei, tunggu! Papa nggak diajak nih?" protes Rama sambil memanyunkan bibirnya.

"Papa biasanya sibuk, kerja Mulu. Memang besok ada waktu?" tanya gadis itu sarkas, rasanya jantung Rama seperti ditusuk sebilah pisau.

"Tentu ada lah, Papa masih libur." Rama menjejerkan langkah nya tepat di samping Catherine.

"Okelah, besok Papa boleh ikut." guman Ayesha kemudian.

"Ayo Non Yesha ikut pulang dulu ya!" bujuk Gina lalu meraih nona muda nya dari gendongan Catherine.

"Besok jangan lupa ya, Ma, Pa!" pesannya sambil menatap Rama dan Catherine bergantian.

"Iya, ditunggu ya!" Catherine tersenyum lalu ikut melangkah ke lobi hotel.

Gadis itu hanya mengangguk sambil tersenyum lebar. Ia melambaikan tangan ketika sudah masuk ke dalam mobil. Sambil tersenyum haru, Catherine membalas lambaian tangan itu, hingga kemudian mobil itu melaju dan hilang dari pandangannya.

"Dia belum pernah secepat ini akrab dengan seseorang." guman Rama ketika Catherine masih terpaku menatap kepergian mobil itu.

"Dia anak yang cantik dan menggemaskan."

"Terimakasih ...," guman Rama lirih lalu meraih tangan Catherine.

Catherine menoleh, menatap laki-laki tiga puluh tahun itu sambil mengerutkan keningnya.

"Terimakasih untuk?"

"Sudah mau menjadi teman untuk Ayesha, mengukir kebahagiaan kecil untuknya. Ia tampak sangat menyayangi mu!"

Catherine hanya tersenyum simpul dan mengangguk pelan. Lantas apa yang akan mereka lakukan di sini hanya berdua saja seperti ini? Astaga!

"Kenapa kita tidak ikut pulang?"

"Mama Papa menyuruh kita sendiri dulu di sini." jawab Rama yang belum mau melepaskan genggaman tangannya.

"Tak masalah jika kamu belum mau menerimaku, Sayang. Aku akan tetap menunggumu sambil membuktikan kepadamu bahwa aku menikahi mu karena aku benar-benar mencintaimu."

Terpopuler

Comments

IdaDaliaMutiara

IdaDaliaMutiara

sepakat sama teh ning rina..... tp thor gmn kuliahnya lanjut ga?

2020-11-16

0

Nna Rina 💖

Nna Rina 💖

benerkan luluh sm ayesha...

2020-09-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!