"Aku masih pengen kuliah, Om ...." guman Catherine ketika mereka melangkah menuju kamar.
"Om lagi kamu memangilku?" protes Rama kesal.
"Ma ... maaf ...." desis Catherine lalu menundukkan kepalanya.
"Kau panggil aku Om sekali lagi, aku akan memaksamu melakukan apa yang aku mau." ancam Rama sambil melirik tajam istrinya.
"Jangan ...." pekik Catherine dengan wajah memerah.
"Nah, nggak mau kan? Panggil aku Sayang!" Rama tersenyum puas, ia begitu gemas melihat merahnya wajah istrinya itu.
"Iya Sayang." ujar Catherine lirih.
"Kamu mau liburan kemana setelah kita menikah?" tanya Rama sambil membuka pintu kamar hotel mereka.
"Aku nggak ingin kemana-mana, Sayang. Aku cuma mau lanjut kuliah lagi." jawab Catherine lirih.
"Boleh, aku sangat setuju kalau kamu mau kuliah lagi. Tapi satu syaratnya ...." Rama duduk di tepi ranjang.
Catherine jadi sangat was-was, memangnya apa syaratnya? Apakah Catherine kemudian harus menyerahkan diri sepenuhnya pada laki-laki yang sebenarnya sudah menjadi suaminya itu?
"Apa syaratnya?"
"Kuliahmu ku pindah ke UI!"
"Apa? Tapi ... tap ...."
"Aku nggak mau jika harus jauh dari kamu, dan aku nggak mau kamu dekat-dekat sama mantan pacarmu yang calon dokter itu, paham!"
Catherine tersentak, ia harus pindah ke UI? Mana bisa?
"Tapi Om ...."
Sontak Rama bangkit, ia menarik Catherine ke kasur, lalu menindih tubuhnya. "Sudah aku bilang, Sayang ... aku ini sah suami mu, tolong jangan panggil aku Om, paham?" ujar Rama tepat di telinga Catherine.
"Jangan ... jangan ... kumohon Sayang!" desis Catherine lirih, matanya berkaca-kaca.
Rama melepaskan cengkeramannya, lalu kembali duduk di tepi ranjang. "Jangan khawatir, aku tidak akan memaksamu. Aku hanya akan melakukannya ketika kamu sudah benar-benar bisa menerima ku. Aku akan menunggumu, sembari meyakinkan mu bahwa aku benar-benar mencintai mu, bukan hanya karena aku bernafsu ingin menikmati tubuhmu."
Catherine tidak menjawab, ia hanya terisak di atas ranjang itu. Sontak Rama bangkit, lalu melangkah ke kamar mandi, meninggal kan Catherine yang masih terisak itu sendirian.
***
Rama memenuhi bathtub dengan air hangat. Sial! hasratnya bergejolak luar biasa ketika tubuhnya menindih tubuh itu. Wajah cantik itu benar-benar membuat gairah kelelakianya tersulut seketika. Apalagi tubuh itu benar-benar menggoda untuk dinikmati! Namun Rama sudah berjanji, bahwa ia tidak akan menyentuh istrinya tanpa sepersetujuan gadis itu, ia ingin mendapatkan hati gadis itu seutuhnya. Dan dengan memaksanya berhubungan intim, ia takut jika itu akan menjadi trauma dan semakin membenci dirinya. Ia tidak mau kehilangan gadis itu, tidak!
Rama merendam tubuhnya di air hangat untuk menurunkan libidonya yang sudah naik sempurna ketika kulit tubuhnya menyapa kulit lembut nan halus gadis itu. Ahh ... sungguh rasanya ia tidak sabar menyentuh tubuh itu, membawanya kedalam puncak kenikmatan yang sesungguhnya, namun ia sudah bertekad, akan membuatnya mencintai dirinya dan menyerah dirinya sendiri pada Rama.
Setelah beberapa saat berendam, dan hasrat itu sudah mampu Rama tekan, ia bergegas bangkit menyeka tubuhnya dan kembali berpakaian. Rama melangkah keluar, dan menemukan gadis itu tengah berdiri di depan jendela kamar.
"Sayang, maafkan aku." guman Rama lirih, lalu melangkah mendekati Catherine.
"Sudahlah, aku yang salah, Sayang." Catherine masih menatap lekat-lekat jalanan dibawahnya. "Kamu bisa saja memaksa ku sejak kemarin, kenapa tidak kau lakukan? Aku sudah jadi istrimu kan?"
Rama tersenyum kecut, "Memang, aku bisa melakukan apapun, tapi aku tidak mau melakukannya, Sayang. Aku tidak mau membuatmu semakin membenciku, aku ingin kamu bisa mencintaiku."
Catherine menatap Rama yang sekarang berdiri di sampingnya itu. Rambutnya setengah basah, lengan kekarnya tidak bisa ditutupi oleh kaos yang ia gunakan itu. Astaga, darah Catherine berdesir.
"Aku sungguh-sungguh mencintai mu, Cat! Setelah kematian istriku, aku belum pernah jatuh cinta lagi, dan ketika aku jatuh cinta, jatuhnya ke kamu." guman Rama lirih.
"Kalau sampai kapanpun aku tidak bisa membalas cintamu, bagaimana?" tanya Catherine sambil menatap sosok itu dalam-dalam.
"Tidak! Aku percaya bahwa cinta itu kelak akan tumbuh, dan aku akan dengan sabar menanti saat itu." guman Rama lalu melangkah keluar kamar, meninggalkan Catherine yang terpaku di tempatnya berdiri itu.
***
Catherine tidak menyangka bahwa akan mendapat jawaban seperti itu dari mulut Rama. Hatinya sedikit trenyuh. Dalam bayangannya kemarin laki-laki itu pasti akan memperko*a dirinya, memaksanya melayani birahi laki-laki tiga puluh tahun itu. Nyatanya ia bahkan sama sekali tidak menyentuh tubuhnya, meskipun Catherine sudah resmi jadi istrinya, meskipun mereka tidur satu ranjang, namun semua itu tidak terjadi. Catherine masih tetap utuh, belum tersentuh.
Catherine menghela nafas panjang, bagiamana kehidupannya selanjutnya? Rasanya semua gelap! Catherine sendiri sudah tidak tahu lagi apa yang akan ia lakukan setelah ini? Ia ingin kembali kuliah, tapi Rama bilang ia akan dipindah ke UI? Memang bisa?
Jujur Catherine ingin tetap di Jogja, ia rindu sosok itu! Wilson ... ia sangat merindukan sosok itu. Seandainya laki-laki yang menikahinya dirinya adalah Wilson, mungkin ia akan sangat bahagia saat ini.
Apakah ini sudah jadi takdirnya? Harus menikahi duda beranak satu itu? Harus jadi ibu sambung di usianya yang masih dua puluh tahun?
Wajah Ayesha kembali tergambar dalam benak Catherine, wajah menggemaskan itu benar-benar membuat Catherine jatuh hati. Ia dan Ayesha sama, sama-sama harus memiliki orangtua tiri. Jika Catherine diberi Tuhan orangtua tiri sebaik Agus, maka Catherine berjanji akan jadi orangtua tiri yang baik pula untuk gadis manis berusia lima tahun itu.
***
Malam itu Catherine dan Rama sudah berbaring di atas ranjang, mata mereka belum mau terpejam, mereka tidur bersisian dan kompak menatap langit-langit kamar.
"Sayang ...." panggil Catherine lirih, ia tidak berani mengganti panggilan itu, ia takut Rama benar-benar melakukan hal itu kepadanya.
"Iya Sayang, ada apa?" Rama masih fokus menatap langit-langit kamar, mungkin ia sedang berpikir untuk menambah hiasan untuk langit-langit kamar hotelnya itu agar lebih berwarna.
"Aku mau kembali kuliah." guman Catherine lirih.
"Besok kita urus kepindahan mu, kamu pindah ke UI kalau masih ingin kuliah." ujarnya mengultimatum.
"Baiklah, aku setuju." Catherine akhirnya setuju, daripada ia putus kuliah, atau harus mengulang dari semester awal, rasanya itu jalan terbaik.
"Aku tidak mau jauh darimu." Rama mendesis lirih.
"Kenapa? Toh aku bukan istri yang baik bukan, aku tidak bisa melaksanakan kewajiban ku sebagai istri."
"Kau tetap yang terbaik, aku tidak mau kamu melakukan kewajiban mu dengan terpaksa. Aku akan membuat mu melakukannya dengan cinta, bukan hanya karena keharusan mu sebagai istri."
Catherine menoleh, menatap laki-laki itu. Hatinya sedikit tersentuh. Dan ia makin penasaran, sejauh mana ia mencintai Catherine? Sejauh mana ia mampu bertahan untuk tidak menyentuh Catherine?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Susiana Haryanto
keren...lanjut thor
2020-09-22
0
Yani Hendrayani
keren bangettt
2020-09-20
0
Nna Rina 💖
sabar bgt sih rama...
2020-09-19
0