Catherine mengerjapkan matanya, ketika mendapati laki-laki itu tidur disisinya, ia bergegas bangkit dan memeriksa pakaiannya. Semua masih utuh! Dan ia tidak merasakan apapun pada area vitalnya. Jadi benar laki-laki itu sama sekali tidak menyentuhnya?
Catherine melirik sekilas laki-laki yang masih cukup pulas itu. Tampan, sangat tampan dan sudah cukup matang sebagai laki-laki. Namun cinta tidak hanya bisa dibeli dengan wajah tampan bukan? Catherine bergegas turun dari ranjangnya. Ia menatap jalan raya yang begitu pada dari kaca kamar hotelnya. Dari atas itu semua tampak kecil. Catherine menatap nanar lalu lalang jalanan itu. Apakah serumit itu kelak hidupnya?
"Nyonya Rama sudah bangun?" sapa suara itu yang mampu mengagetkan Catherine.
Catherine sontak membalikkan badannya, menatap laki-laki yang tengah duduk di ranjang itu.
"Aku tidak tega melihat kamu tidur di sofa, jadi aku pindah ke kasur semalam. Tapi tenang sesuai janjiku aku tidak akan menyentuh mu jika itu tidak dengan keikhlasan dan kemauan dari dirimu." sosok itu mengerti apa arti tatapan yang Catherine tunjukkan padanya itu.
"Tapi tolong, dihadapan anakku, orangtua kita, bersandiwara lah seolah-olah kita pasangan suami istri yang sebenarnya!" mohonnya lalu bangkit dan melangkah ke kamar mandi.
Catherine menatap nanar laki-laki yang sedang melangkah ke kamar mandi itu. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang ada di dalam benak laki-laki itu. Kenapa ia bersikap seperti itu? Ia sudah pernah merasakan wanita bukan, lalu kenapa ia bisa tahan tidur seranjang tanpa menyentuhnya? Tunggu! Tapi bukankah itu pertanda bagus? Artinya Catherine aman!
Catherine duduk di tepi ranjang, menanti laki-laki itu keluar dari sana, ia juga ingin mandi! Ia kembali merebahkan tubuhnya, sebenarnya matanya masih cukup mengantuk, hanya saja setelah pasti masih ada serentetan acara lain mengingat dua belah pihak keluarga masih di sini, menginap di hotel mewah milik Rama ini!
Suara pintu kamar mandi terbuka sontak membuat Catherine bangkit dari posisi rebahannya. Rama keluar dengan tubuh terlilit handuk di bagian bawah, memamerkan perut sixpack nya yang benar-benar membuat mata Catherine terbelalak. Oh my God! Apalagi dengan rambut setengah basah seperti itu, sontak Catherine tercengang luar biasa.
"Cepat mandi sayang, kita ditunggu untuk sarapan." gumannya sambil tersenyum dan melangkah menuju almari. Disana sudah ada banyak baju miliknya, apakah kamar hotel ini hanya untuk dia pakai?
Sosok itu dengan santai melepas handuknya, menampilkan tubuh polosnya tanpa canggung. Catherine makin terbelalak melihat tubuh polos itu! Astaga benar-benar laki-laki idaman! Darah Catherine berdesir luar biasa, kenapa se-menggoda itu? Meskipun posisinya membelakangi Catherine namun itu cukup membuat Catherine tertegun cukup lama.
"Lho, masih di situ?" tanya Rama sambil mengancingkan kemejanya.
Catherine bergegas bangkit lalu melangkah ke kamar mandi. Wajahnya merah padam! Setelah menutup pintu kamar mandi, Catherine bersandar di balik pintu dengan jantung yang berdetak lebih kencang! Astaga tubuh itu benar-benar mengganggu penglihatan Catherine! Sungguh! Namun sayang, dia bukan Wilson! Catherine hanya ingin Wilson, bukan Rama!
Catherine bergegas melepas piyamanya, lalu menceburkan diri di bathtub yang sudah penuh dengan air itu. Matanya terpejam, bayangan Wilson hadir dalam pikirannya membuat Catherine menitikkan air mata. Ia begitu rindu sosok itu, pasti saat ini ia sedang hancur sehancur-hancurnya! Namun ini semua bukan keinginannya Catherine! Sungguh!
Catherine membenamkan kepalanya di dalam air, lalu sedetik kemudian kembali mengangkat wajahnya, tiba-tiba bayangan tubuh Rama yang polos tadi mengganggunya. Tubuh idaman semua wanita! Dengan perut kotak-kotak, tangan kokoh, astaga kenapa begitu menggairahkan sekali tubuh itu? Belum lagi wajah dengan rambut setengah basah tadi, astaga! Wajah Catherine sampai merah dibuatnya.
"Sayang ... jangan lama-lama, kita sudah ditunggu!" ujar suara itu sambil mengetuk pintu kamar mandi.
"Iya!" jawab Catherine lalu bergegas menggosok tubuhnya.
Setelah tubuhnya bersih ia bangkit dan keluar dari bathtub, ia mengenakan Lace dress putih yang tergantung di kamar mandi, sial! Tangannya tidak mampu menjangkau resleting dress itu.
"Ah ... kurang sedikit!" gumannya kesal ketika ia sama sekali tidak berhasil menaikkan resleting belakang dress-nya.
Catherine menyerah, ia kemudian pergi ke depan cermin dan memulas sedikit wajahnya. Tidak perlu berlebihan, hanya membingkai alis, menepuk bedak, dan menyapukan lipcream. Setelah semua siap Catherine bergegas keluar, dan ia mendapati Rama menatapnya dengan seksama dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Kenapa?" tanya Catherine yang risih di tatap seperti itu.
"Cantik!" guman Rama sambil tersenyum.
Catherine hanya menundukkan kepala, berusaha menghindari tatapan itu, ia melangkah meraih flatshoes nya ketika kemudian sosok itu berdiri di belakangnya dan menyentuh bahunya.
"Apa yang ...."
"Maaf, tapi resletingnya kurang naik!" guman Rama lalu menaikan resleting gaun istrinya.
"Terimakasih." guman Catherine dengan wajah memerah.
"Sama-sama, ayo ... kita sudah ditunggu dari tadi." guman Rama lalu melangkah lebih dulu.
Catherine menghela nafas panjang, ia kemudian meraih slingbag-nya dan mengikuti langkah Rama.
"Kita masih stay satu malam di sini, sedangkan yang lainnya setelah sarapan ini akan pulang." guman Rama memecah kesunyian.
"Mama papa?" tanya Catherine tak bersemangat.
"Semuanya, termasuk beliau dan Ayesha." Rama melirik sekilas istrinya. Ayesha adalah anak hasil pernikahan Rama dengan Indri. Dimana Indri terpaksa harus kehilangan nyawa dua hari pasca melahirkan lima tahun yang lalu.
"Jangan lupa ya, di depan mereka kita harus semesra dan senatural mungkin." guman Rama mewanti-wanti.
"Baik Om." jawab Catherine singkat.
"Om? Kamu mau memangil suamimu ini dengan panggilan Om?" protes Rama sambil terkekeh.
Catherine melirik sosok yang tampak sangat mempesona dengan kemeja dan celana bahannua itu.
"Panggil sayang!" perintah Rama lalu membukakan pintu resto itu untuk Catherine.
"Silahkan, Sayang!"
***
Catherine menyuapkan nasi ke mulutnya sambil menyimak apa yang sedang mereka bicarakan itu. Isinya hanya membahas bursa saham, pekerjaan, hanya itu! Tidak ada yang lain.
Ujung mata Catherine menatap gadis kecil itu. Ia tampak murung! Apa yang terjadi padanya? Sejenak Catherine merasa iba dengan gadis kecil itu. Apakah ia takut dengan orang asing yang sekarang menjadi mama tirinya ini? Apakah ia punya perasaan yang sama dengan apa yang Catherine rasakan ketika Nina menikah dengan Agus?
Gadis itu menatapnya, Catherine tersenyum dengan sangat tulus untuk Ayesha. Gadis kecil itu sudah kehilangan ibu kandungnya sejak ia bayi. Sungguh kasihan bukan? Cukup lama Catherine tersenyum dan akhirnya gadis kecil itu membalas senyumnya. Senyum itu begitu menggemaskan, begitu cantik. Dan Catherine jatuh cinta pada sosok itu pada pandangan pertamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Nna Rina 💖
kyknya yg bikin cath luluh anaknya nih...
2020-09-17
1