Catherine masih merasa asing di kampus barunya ini. Tidak ada honeymoon, ia belum mau kemana-mana. Lagipula untuk apa? Catherine belum mau disentuh oleh Rama! Ia mau kembali fokus pada pendidikannya. Dan dikampus bergengsi inilah sekarang ia duduk. Sebenarnya kampus lamanya juga sama bergengsinya sih, cuma tetap saja UI yang nomor satu bukan? Ahh ... entahlah!
Catherine memasukkan bukunya ketika sosok tinggi itu kemudian pindah duduk di sampingnya, kelas sudah usai. Jadi untuk apa laki-laki itu mendekatinya?
"Hai Cat," sapanya sambil tersenyum.
"Oh, hai." jawab Catherine kikuk.
"Pindahan dari UGM, kenapa pindah?" tanyanya yang membuat Catherine paham bahwa laki-laki ini punya maksud tertentu.
"Oh, aku pindah ke sini karena ikut suami. Nggak mungkin kan suamiku di sini aku di Jogja." jawab Catherine sambil tersenyum manis.
Wajah Ando langsung berubah tegang, ia menatap Catherine tidak percaya.
"Ka ... kamu sudah menikah?" tanyanya tidak percaya.
"Iya, baru saja kemarin menikah." Catherine merogoh iPhone-nya yang bergetar, jemputan pribadinya datang rupanya. "Duluan ya, suamiku udah nunggu di depan." pamitnya sambil tersenyum amat manis.
Ando menatap nanar Catherine yang berdiri dan melangkah keluar kelas itu. Jadi gadis cantik itu sudah menikah? Ahh ... sial!
Catherine terkekeh setelah keluar dari kelas. Dasar buaya! Mam*ia, Catherine sudah menikah, masih mau macam-macam dia? Dasar laki-laki lihat bening dikit saja matanya jelalatan.
Ada untungnya juga sih ia sudah menikah jadi ia bisa mengelak dari godaan-godaan laki-laki model seperti itu. Catherine celingak-celinguk mencari mobil yang menjemputnya itu, Rama sudah memberinya supir pribadi. Macam Nyonya besar saja. Eh ... tapi memang benar bukan? Setelah ia resmi menikahi Rama Astungkoro itu otomatis ia jadi Nyonya besar. Itu takdirnya, jadi istri pengusaha bukan istri seorang dokter.
Sedetik kemudian senyum Catherine lenyap, ia merindukan Wilson. Ia rindu wajah itu, senyum itu, dan semua tentang laki-laki itu. Ia rindu.
"Nyonya Catherine," panggil suara itu mengagetkan Catherine dari lamunannya.
"Ah panggil saja Catherine, Pak." Catherine sungguh tidak nyaman dengan panggil itu.
"Mana saya berani, Nyah. Bisa kena marah Bapak." tolak Pak Udin sambil tersenyum kecut. Mereka sudah melangkah ke parkiran.
"Panggil Mbak saja kalau begitu, nggak usah nyonya, berasa tua sekali saya, Pak." seloroh Catherine sambil tertawa.
"Baik kalau gitu Mbak, ini mau langsung pulang?" Pak Udin dengan sopan membukakan pintu mobil.
"Iya tapi mampir ke toko kue dulu, Pak. Mau beliin Ayesha kue."
"Baik siap, Mbak!" Pak Udin bergegas kembali masuk, menghidupkan mesin mobil itu dan membawa mobil mewah keluaran terbaru atau itu keluar dari area kampus.
"Bapak sudah lama kerja sama suami saya?" ahh munafik sekali kan Catherine itu? Dimana-mana membahasakan Rama sebagai suami, nyatanya hak Rama sebagai suami sama sekali belum Catherine berikan.
"Saya ada lah tujuh tahun kerja sama Bapak, Mbak. Bapak orangnya baik, meskipun kaya raya sama pegawai sama sekali tidak merendahkan." cerita Pak Udin panjang lebar.
Catherine mengangguk tanda paham. Memang sih Rama orang yang lembut, tidak arogan, dan tampak dari wajahnya ia orang yang sangat baik. Ahh ... rasa bersalah kembali menyeruak di hati Catherine. Memangnya dia minta suami yang macam apa sih? Sebaik Rama ia masih protes? Tapi Catherine hanya mencintai Wilson, sampai sekarang cintanya masih untuk Wilson!
"Mbak, kita mau ke toko roti mana?" tanya Pak Udin membuyarkan lamunan Catherine.
"Candy's Land aja, Pak." jawab Catherine sambil sedikit mengulas senyum.
Pak Udin tidak banyak berkata-kata lagi, dan itu makin membuat Catherine tenggelam dalam perasaan aneh. Hatinya bertentangan, sisi yang lain ia merasa bersalah pada Rama, suaminya. Di sisi lain ia masih bertahan mempertahankan Wilson di hatinya. Tapi mau sampai kapan sih dia mau seperti ini? Sampai kapan ia mau terus-terusan lari dari takdir?
Catherine memejamkan mata dan menyadarkan tubuhnya di jok mobil. Apakah memang benar takdirnya adalah menjadi istri Rama? Bukan istri Wilson? Apakah benar ini semua adalah hidup yang harus ia terima? Catherine membuka matanya ketika mobil yang ia tumpangi berhenti, rupanya mereka sudah sampai di Candy's Land.
"Bapak tunggu sebentar ya!" guman Catherine lalu turun dari mobil.
Mata Catherine langsung berbinar melihat puluhan jenis cake dan kue itu berjejeran rapi di etalase. Matanya langsung tertuju pada Red Velvet slice dan Rainbow Cake slice. Pasti Ayesha suka!
Catherine langsung mengambil nampan dan mulai memilih apa saja yang hendak ia beli. Ada satu potong Red Velvet, Rainbow Cake, Cloud Bread, dan sebuah roti sobek isi daging untuk Pak Udin. Hingga kemudian matanya tertuju pada Dessert Box yang tertata rapi di showcase.
Ia langsung mengambil Oreo, Red Velvet, dan Bubble gum Dessert Box. Mungkin Rama akan suka ia belikan ini. Ehh ... benarkah? Atau bagaimana? Kenapa mendadak jadi membelikan Rama sih? Wajah Catherine memanas, Rama masuk dalam kategori pria idaman sih. Rahangnya tegas, dengan mata tajam tapi lembut, hidung mancung dan dengan tubuh atletis berotot, astaga!
Catherine membuang jauh-jauh pikiran itu lalu melangkah ke kasir dan membayar semua belanjaannya. Ia kembali melangkah masuk ke dalam mobil.
"Langsung pulang, Mbak?" tanya Pak Udin ketika Catherine sudah kembali masuk.
"Iya langsung pulang aja, Pak." Catherine meletakkan plastik belanjaan di jok kosong yang ada di sampingnya.
Ingatannya kembali pada bayangan Rama. Kenapa ia jadi terus teringat sosok laki-laki yang menikahinya itu. Apakah ia mulai goyah? Apakah ia mulai jatuh cinta? Atau semua ini hanya efek dari rasa bersalah yang menghantuinya?
***
"Ayesha ...," panggil Catherine setelah masuk ke dalam rumah.
"Mama sudah pulang?" gadis kecil itu muncul setengah berlari.
"Sudah dong, ini mama bawakan kue." Catherine mengangkat plastik yang ia bawa.
"Asik, kita makan sama-sama yuk!" Ayesha menarik tangan Catherine menuju meja makan.
"Boleh!" Catherine setengah tertawa, lalu membantu gadis kecil itu duduk di kursi meja makan.
"Mama beli kue apa?" tanyanya penasaran ketika Catherine membuka plastiknya.
"Ada Red Velvet, Rainbow Cake, Dessert Box ...."
"Kesukaan papa nih!" tunjuk Ayesha pada Oreo dessert box yang baru saja Catherine keluarkan.
"Oh ya? Papa suka?" entah mengapa hati Catherine begitu gembira mendengar hal itu.
"Suka banget! Mama beli buat papa ya?"
"Iya dong, kita simpang di kulkas dulu ya!" Catherine bergegas melangkah dan meletakkan Oreo dessert box itu ke dalam kulkas.
"Setelah ini bantuin Ayesha bikin tugas sekolah mau, Ma?" pinta Ayesha sambil menatap Catherine penuh harap.
"Boleh, dengan catatan habis ini kita tidur siang ya!"
Ayesha mengangguk patuh, dan itu makin membuat Catherine jatuh hati dengan gadis kecilnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Nna Rina 💖
masuk kategori pria idaman... tenang rama brti perjuangan ga bakalan berat 😆
2020-10-01
0