UGM

Hari ini Catherine tidak bisa tenang, ia terus mondar-mandir tak jelas. Tentu saja, hari ini adalah hari pengumuman SNMPTN! Dan ia sudah tidak sabar menunggu hasilnya keluar.

Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, itu yang ia bidik. Yang kedua adalah Fakultas Hukum Universitas Negeri Yogjakarta, intinya semua Jogja, karena ia ingin kuliah di sana, bukan di kota yang lain

"Cat ... kenapa kayak setrikaan gitu sih?" tegur Agus sambil melangkah masuk ke rumah.

"Deg-degan, Pah. Nunggu pengumuman." jawab Catherine yang masih mondar-mandir tak jelas.

"Sudah, jangan panik gitu lah, santai!" ujar Agus lalu duduk di sofa ruang tamu.

"Nggak sabar lihatnya, Pah."

"Jam berapa sih pengumumannya?"

"Biasanya jam tiga sore."

Agus terbelalak, "Ini masih jam sembilan pagi, jadi kamu mau mondar-mandir terus gitu sampai jam tiga?" tanyanya sambil terkekeh.

Catherine hanya nyengir lebar, lalu kemudian ikut duduk di samping Agus.

"Pah, kuliah itu rumit nggak sih?"

"Nggak rumit, siapa yang bilang rumit?" Agus menatap anak tirinya itu sambil tertawa.

"Ya ada yang bilang skripsinya susah gitu."

"Gampang atau susahnya skripsi itu ada dua sebab." Agus bersandar pada sofa, menikmati AC yang menyala untuk sekedar menghilangkan udara panas yang menyergapnya.

"Apa itu, Pah?" tanya Catherine sambil serius menyimak.

"Yang pertama tergantung judul dan variabel apa yang kamu teliti, yang kedua tergantung bagaimana pembimbing skripsimu."

Catherine hanya mengangguk tanda paham. Ia benar-benar sudah tidak sabar menunggu pengumuman! Dan ia benar-benar tidak sabar untuk pergi ke Jogja, kuliah di sana, dan yang pasti kembali bisa bertemu Wilson!

***

"Sayang, belum pengumuman!" gumannya ketika ia video call Wilson.

"Sabar, kan masih sore!" Wilson pun ikut terkekeh.

"Kalau nggak lolos gimana?"

"Masih ada jalur SBMPTN dan jalur seleksi mandiri kok, santai ya!"

Catherine hanya mengangguk dan tersenyum, ia sungguh sudah rindu dengan sosok Wilson. Terkahir ketemu ketika ia pulang libur semesteran kemarin. Ia sudah semester empat seorang, tinggal beberapa semester lagi dan dapat gelar sarjana kedokteran!

"Anak UGM cantik-cantik?" tanya Catherine penasaran.

"Kata orang iya, tapi bagiku yang tercantik cuma kamu!"

Catherine tertawa, wajahnya memerah. Sungguh sangat menggemaskan, Wilson ingin segera mencubit pipi itu.

"Jangan gombal!" desis Catherine sambil pura-pura memanyunkan bibirnya.

"Masa iya sih pacar bilang jujur dikatain gombal?" Wilson terkekeh, ia sungguh sudah sangat rindu dengan gadisnya ini.

"Iya deh iya ...."

"Sayang ...." panggil Wilson dengan nada serius.

"Iya, kenapa?"

"Kalau aku sudah wisuda besok, aku lamar mau?"

Sontak Catherine tercengang luar biasa! Wilson mau melamarnya? Astaga, ia tidak salah dengar bukan?

"Sayang, aku masih kuliah!" Catherine benar-benar tidak menyangka bahwa Wilson sudah seserius itu.

"Iya aku tahu, aku pun masih harus koas dan internship sebelum aku bisa praktek jadi dokter. Ya kita tunangan dulu lah. Gimana?"

Catherine tidak dapat berkata-kata lagi, tentu saja ia mau! Jadi istri Wilson siapa sih yang nggak mau? Ganteng, kaya, calon dokter pula!

"Mau! Aku mau!" jawab Catherine dengan wajah memerah.

Wilson hanya tersenyum, lalu membentuk tanda love dengan jarinya.

"I love you my future wife ...."

***

Agus duduk termenung di tepi kolam renang, Catherine sekarang sudah delapan belas tahun, sudah mau lulus SMA, masuk kuliah. Ahh ... rasanya ia tidak ingin Catherine bertambah umur, supaya ia tidak harus menikahkan dia dengan laki-laki itu.

Bayangan wajah Wilson tergambar di benak Agus, apa yang akan ia katakan pada calon dokter itu? Bahwa kekasihnya mau ia nikahkan dengan pria lain yang selisih usianya sepuluh tahun itu. Sebagai laki-laki ia tahu betul bagaimana hancurnya perasaan calon dokter itu.

Agus memijit keningnya, semua ia simpan sendiri, tentang permintaan itu, ancaman yang ia terima. Ia belum berani bercerita pada Nina, apalagi pada Catherine. Entah rasanya ia ingin pergi jauh dari kehidupan mereka agar ia tidak merusak kebahagiaan anak tirinya itu. Tapi ia begitu mencintai Nina! Lantas sekarang harus bagaimana?

Tak terasa air mata Agus menentes, ia benar-benar dilema. Ia sudah mencari banyak info tentang laki-laki itu. Memang banyak yang bilang dia laki-laki baik, hampir tanpa cela! Semua informasi yang Agus dapatkan tidak ada satupun tindakan buruk yang pernah dilakukan laki-laki itu.

Bahkan ditinggal mati isterinya tiga tahun yang lalu pun tidak serta merta membuat dia kemudian mencari kepuasan di lokalisasi atau di pub klub-klub malam. Banyak orang bilang ia tidak suka dunia malam, tidak suka minum, bahkan merokok pun tidak!

Namun ini tentang perasaan, bagaimana perasaan Catherine nanti? Apakah ia akan bahagia dengan pernikahannya? Tentu tidak! Ia sudah punya pilihan sendiri. Dan pilihannya jatuh pada Wilson!

Agus menatap nanar kolam renang dihadapannya, ia sudah benar-benar putus asa. Apa memangnya yang bisa ia lakukan

***

Catherine menatap tidak percaya layar iPad-nya. Astaga, ia lolos? Ia bergegas berteriak sekencang-kencangnya sambil melompat-lompat.

Nina bergegas lari ke kamar Catherine, teriakan itu bahkan terdengar sampai lantai bawah! Astaga ....

"Sayang, kenapa?" tanya Ninia sambil membuka pintu kamar Catherine.

"Lolos, Ma! Catherine lolos masuk FH UGM!" teriaknya lagi lalu berhambur memeluk Nina erat-erat.

"Akhirnya, selamat ya Sayang!" bisik Nina sambil meneteskan air mata.

"Boleh kan kuliah di UGM?" tanya Catherine sambil menatap mamanya lekat-lekat.

"Boleh, asal jaga diri baik-baik, kuliah yang benar ya, jangan pacaran aja sama calon dokter itu." Nina tersenyum lalu mengelus lembut rambut Chaterine. "Kamu nanti disana jauh mama papa, jaga diri baik-baik ya! Jangan melakukan hal-hal yang belum boleh kamu lakukan. Paham?"

Chaterine mengangguk cepat, ia kembali memeluk Nina dengan erat. Akhirnya impiannya di depan mata!

***

"Jadi kapan Papa Mama antar ke Jogja?" tanya Agus ketika mereka sudah duduk di meja makan malam itu.

"Secepatnya, Pah. Belum cari kost juga."

"Okelah, Papa Mama ikut kamu saja. Yang jelas harus kost Puteri, dan ibu kostnya harus tinggal disana, Papa Mama harus punya nomornya juga, kamu tetap dalam pengawasan, paham?" guman Agus mengultimatum.

"Paham, Bos!" guman Catherine sambil tersenyum. Ia kemudian asyik dengan ayam panggangnya itu.

Agus menatap wajah itu dengan perasaan berkecamuk, bagaimana kalau Catherine tahu perihal perjodohan paksa itu? Agus tahu pasti hatinya sangat remuk.

Ia bahkan tidak kuat menatap wajah bahagia itu lama-lama. Entah, mungkin akan jadi bencana untuknya. Seandainya ia tidak menikahi Nina, mungkin jalan hidup Catherine tidak akan seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, ia mencintai Nina!

Terpopuler

Comments

IdaDaliaMutiara

IdaDaliaMutiara

nyesek aku thor

2020-11-16

1

Nna Rina 💖

Nna Rina 💖

si papa agus dilema

2020-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!