Arumi

Arumi

Mimpi Buruk

Arumi terkulai di sebuah ruangan gelap dan lembap, hening dalam kegelapan. Udara yang sangat kental dihiasi aroma kelebabapan. Hanya sedikit cahaya yang berasal dari ventilasi pintu.

Tubuhnya semakin lemah, mungkin kurangnya kandungan oksigen di ruangan itu. Bahkan Arumi kekurangan asupan makanan yang membuat tenaganya menghilang.

Suara decitan pintu terdengar nyaring, semburat cahaya mulai menyebar di seluruh ruangan. Arumi tidak bergerak sedikit pun, tubuhnya seakan lengket dengan kasur berukuran 190 x 60 cm.

“Arumi.”

Seketika tubuh lemahnya itu bisa terangkat, saat mendengar suara perempuan yang tidak asing. Bukan lagi pengawal galak yang menaruh piring berisikan nasi dan cangkir air putih.

“Elisa,” katanya lemah. Bibirnya bergetar, setelah mengeluarkan segala tenaga hanya untuk menyebutkan satu nama.

Elisa berdiri dengan melipat tangan di dadanya, wajahnya sumringah melihat kemalangan sang kakak. Ditambah goresan luka di wajahnya membuat Arumi yang sangat cantik menjadi jelek.

“Elisa, terima kasih kamu sudah menemukanku.” Arumi berusaha memegang tanga Elisa namun dengan cepat di hempasnya.

“Elisa, kenapa kamu diam saja?” Arumi berusaha bangun, dengan kedua tangan  memegang tepi ranjang.

Dengan susah payah Arumi bisa duduk dengan tegak, ia menarik tangan Elisa. Bibirnya tersenyum tipis, ia akhirnya bisa bertemu dengan keluarganya yang akan membawa pergi dari kamar kosong dan lembap. Untuk mengakhiri segela penderitaanya.

Entah siapa yang menyekapnya, Arumi tidak tahu. Bahkan Arumi juga tidak tahu sudah berapa lama ia mendekam di situ. Yang dia ingat malam itu ketika semua keluarganya pergi. Sekitar lima orang datang dengan wajah yang tertutup sehingga menyisakan matanya. Menodongkan pistol ke arahnya, Arumi yang hanya bisa pasrah adan di bawa pergi.

Elisa menarik perlahan tangan Arumi, kemudia dia mendorongnyag hingga terjatuh tersungkur. Elisa menginjak tangan Arumi.

“Menemukanmu?” ucap Elisa sambil tersenyum. Dia menggerak-gerakan jari telunjuknya.

“Elisa apa yang kamu lakukan?” Arumi merintih menahan sakit, tangannya berdarah karena hak tinggi yang diinjakkan di tangan Arumi.

“Apa yang aku lakukan adalah pembalasan dari semua yang kamu lakukan kepadaku, kakakku yang malang.” Elisa memegang dagu Arumi lalu melepaskannya kasar.

“Apa yang selama ini aku lakukan?”

“Kamu memang tidak pernah sadar Arumi. Semua hal yang kumiliki kamu ambil. Dan orang tua bangka itu sangat mengesalkan, dia terus memberikan segala hal untukmu. Tapi aku tidak!” bentaknya.

Elisa iri dengan Arumi, karena dia memiliki segala hal yang tidak didapatkan. Dari jabatan, harta, dan juga masalah percintaan. Elisa iri karena cowok yang di sukainya lebih memilih Arumi.

“Apa semua ini tentang harta warisan?”  Arumi sangat sedih jika memang Elisa melakukan semua ini karena warisan keluarganya.

“Tentu saja, tua bangka itu sangat tidak adil. Dan aku telah membuat keadilan untuk diriku sendiri,” ucapnya sembari memainkan kukunya.

“Maksud kamu apa Elisa?” tanya Arumi.

Elisa menunjukkan video, ketika sang ayah dibunuh dengan sadis oleh orang suruhannya.

“Elisa, kamu membunuh ayah?” Arumi memegang tepi ranjang lalu berusaha berdiri.

“Andai saja tua bangka itu tidak serakah, pastinya aku tidak akan membunuhnya,” katanya dengan santai.

“Tega kamu Elisa, ayah telah mengangkatmu yang bukan siapa-siapa, ini kah balasanya?” Arumi menatap Elisa dengan nanar.

Hati Arumi sakit, melihat ayah tercintanya di tembak mati. Anak yang diangkat karena ibunya yang miskin itu tidak tahu diri.

“Elisa, kalau saja ayah tidak menikahi ibumu. Kalian itu hanya gembel serta statusmu hanya anak haram,” Arumi mengatakannya dengan sangat berani.

Suara tamparan keras mendengung di dalam ruangan, Arumi memegang pipinya yang mulai panas. Air matanya pun dengan mulus menetes di pipi yang tirus.

“Jaga mulut kamu Arumi! Ibuku terlalu pintar karena bisa menikahi pria bodoh seperti ayahmu itu,” Elisa membanggakan ibunya yang berhasil menggaet CEO tampan tapi bodoh.

Arumi tersenyum mengejek, “Kamu membanggakan sesuatu yang hina. Ah, buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya bukan.”

Elisa menarik erat rambut kusam milik Arumi, semenjak dia dimasukkan ke ruangan itu dia sama sekali tidak pernah mandi.

“Jangan sesumbar sok suci, kamu sendiri juga merebut tunanganku!” hardik Elisa.

“Tunangan?” Arumi mengerutkan keningnya. Ia tidak tahu siapa orang yang dimaksud Elisa, kenapa bisa dia mengatakan merebutnya. Arumi  saja sudah memiliki suami.

Elisa mendorong Arumi, ia kembali tersungkur di lantai. Elisa langsung saja menginjakkan kakinya di punggung Arumi sebelum dia berusaha berdiri lagi.

“Fadli, lo menggoda dia kan?” Elisa kembali menarik rambut Arumi.

Arumi merintih kesakitan, ia berusaha untuk menarik kaki Elisa tapi tenaganya tidak cukup.

“Lepaskan Elisa,” rintihnya.

“Aku tidak pernah menggoda Fadli. Dia saja yang buaya, aku sudah memiliki suami yang jauh lebih baik dari dia,” Arumi membanggakan suaminya yang sekarang sedang jauh dari dirinya.

“Fadli jauh lebih baik dari Agam.” Elisa tidak terima calon suaminya itu direndahkan.

“Benarkah? Kalau memang dia lebih baik kenapa terus menggoda istri orang. Elisa, ternyata kamu memang kalah segalanya dariku.” Arumi tersenyum lebar.

Elisa menampar Arumi, “Penggoda itu kamu Arumi, tapi tak masalah setelah kamu pergi. Semua harta kekayaan ini adalah milikku. Dan Agam, akan aku buat sama seperti dirimu,” ancam Elisa.

“Jangan terlalu sesumbar Elisa, seujung kuku pun kamu tak akan mampu menyentuh suamiku.”

“Oya,” Elisa tertawa mendengar ocehan lemah Arumi.

“Tentu saja, dia adalah suamiku yang sangat hebat. Bukan calon suamimu yang selalu main perempuan sana sini,” tutur Arumi.

 “Ingat Elisa, apa yang kamu lakukan ini hanya akan sia-sia.” Arumi mengingatkan Elisa.

“Sia-sia katamu, lihat saja beberapa jam lagi suami kamu akan menyusul si tua bangka.” Elisa menunjukkan foto di hpnya.

Elisa sudah menyabotase mobil yang digunakan Agam. Jadi dia tidak akan pernah sampai rumah dan menolongnya.

“Elisa, kamu benar-benar manusia licik. Manusia tidak tahu balas budi!” maki Arumi.

“Makilah sepuasmu, kakakku sayang. Selagi kamu masih bisa mengucapkan kata dari mulutmu ini,” Elisa tertawa terbahak-bahak.

Elisa sengaja tidak langsung menghabisi Arumi karena dia mau Arumi tersiksa lahir dan batin. Elisa sengaja menunjukkan keluarga Arumi satu per satu terbunuh. Baru dia akan menghancurkan Arumi dengan tangannya sendiri.

“Sungguh sangat disayangkan ya, keluarga kita yang harmonis berubah seperti ini.” Elisa duduk di kursi yang sudah disiapkan pengawal.

“Kamu tidak akan pernah bahagia Elisa, bahkan kamu tidak akan pernah mencicipi harta keluargaku.” kata Arumi.

“Angkat dia,” perintah Elisa kepada pengawal.

“Baik,” Pengawal itu segera membantu Arumi berdiri.

Elisa berjalan mendekati Arumi, ia memberikan tamparan keras dikedua pipi Arumi bergantian. Arumi hanya bisa merintih, menahan kesakitan yang bertubi-tubi.

Dia pikir cahaya hari itu adalah cahaya kebebasannya, tetapi ternyata salah hari ini adalah hari di mana  dirinya menjemput ajal. Adik yang selama ini ia sayangi seperti adik kandung telah melukainya. Menyakiti seluruh keluarganya, bahkan sampai tega membunuh.

“Elisa, lepaskan aku,” pinta Arumi lirih.

“Apa? Aku tidak mendengarnya?” Elisa mendekatkan telinganya.

“Lepaskan aku, ambil semua harta warisannya. Aku tidak butuh semuannya, lepaskan juga suamiku,” Arumi memohon.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

semangat terus thor

2023-01-29

0

Leonanna

Leonanna

🗿

2022-10-07

1

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

males y klau bca novel ada cwe yg lmah kalah sm adik y

2022-10-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!