Seisi kantin rius membahas tentang Arumi dengan Bu Yani. Sebagian besar SMA Bina Bangsa senang dengan keberanian Arumi yang membuat perubahan di sekolahnya.
Seakan semua mata guru-guru terbuka lebar dengan tingkah guru matematika yang tidak ada hati nuraninya.
“Sepertinya lo sekarang menjadi populer,” kata Bunga yang berjalan di belakang Arumi.
Arumi tersenyum, memang ini yang sekarang dia butuhkan. Dia akan membalikan keadaan di mana dia yang populer dan Elisa yang menderita. Dia akan menjadi penjahat bagi Elisa dan Fadli dikehidupan baru ini.
Arumi membawa nasi ayam krispy, sayur dan es teh ke meja yang masih kosong. Tatapan matanya tajam memperhatikan sekeliling kantin.
“Kenapa setelah lo koar-koar, Pak Irwan baru turun tangan. Selama ini mereka ke mana?” Bunga masih saja menyerocos tentang guru-guru di sekolahnya.
“Karena mereka tidak terlalu peduli dengan sekolah ini, yang penting dana donatur masuk. Jadi mereka menutupi kasus-kasus yang terjadi di sini,” ujar Arumi. Bunga mengangguk-anggukan kepala tandanya mengerti.
“Arumi, kita bisa bertukar nomor telepone?” tanya Bunga.
“Boleh. Bye the way, lo yakin mau berteman sama gue?” tanya Arumi.
Bunga mengerutkan keningnya, dia heran dengan pertanyaan Arumi.
“Memangnya kenapa?”
“Berteman sama gue itu berat, kalau lo nggak siap mental lo bakalan tersiksa,” ujar Arumi. Arumi tidak memaksa siapa pun untuk berteman dengan dirinya.
Misi dia saat ini balas dendam, pasti akan banyak orang yang akan menyerangnya nanti. Jadi dia tidak mau ada orang yang menderita saat bersamanya.
“Gue yakin, sejak dulu gue mau berteman sama lo. Tapi gue takut,” ujar Bunga.
"Lupakan aja yang dulu, Kita --" ucapan Arumi terhenti saat gebrakan di mejanya yang membuat mereka kaget.
Tidak hanya mereka berdua yang kaget melainkan seluruh murid yang sedang berada di kantin.
"Lo yang namanya Arumi?" seorang murid laki-laki yang diketahui namanya Cio dari name tag menunjuk Bunga.
Bunga menggeleng, ia dia menunjuk Arumi sehingga Cio mengalihkan pandangannya. Dia mengerutkan kening setelah melihat Arumi dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Yakin lo Arumi nggak salah?" ujae Cio seakan tidak percaya orang yang dilihatnya itu Arumi.
"Ya gue, kenapa?" tanya Arumi.
Cio tidak tahu kalau tampilan Arumi itu culun sekali, ekspetasinya sangat berbeda. Saat mendengar cerita Maura dia pikur Arumi itu cewek garang.
"Lo mau apa ke sini?" tanya Bunga.
"Gue mau menuntut balas sama lo!" teriak Cio setelah tidak yakin ingin menyerang dua orang cupu.
"Atas?" tanya Arumi lagi, dia mencoba mengingat siapa Cio di dalam kehidupan lamanya.
"Karena lo berani menyentuh Maura!"
"Ah, jongosnya Maura," kata Arumi dengan entengnya.
"Sialan! Gue pacaranya!" teriaknya, dia tidak terima dikatakan pembantunya Maura.
Cio menarik rambut Arumi sampai kepalanya menadah ke atas. Bunga yang hendak membantu langsung berhenti karena ancaman Cio.
"Cio, lepaskan Arumi. Lo nggak malu apa dilihatin orang-orang. Kek banci tahu nggak, beraninya sama cewek."
"Diam lo!"
"Cio, nama lo Cio kan, lepaskan gue sebelum lo malu," ucap Arumi pelan penun penekanan.
Kantin semakin riuh, murid yang berada di kantin hanya berani melihat tanpa memberikan bantuan. Cio di kenal sebagai anak berandalan di sekolah. Dia adalah seangkatan dengan Arumi dan Bunga namun beda kelas.
Cio juga bukan orang miskin, dia memiliki sedikit power di sekolah yang membuat banyak orang yang takut. Dan lagi dia lumayan keji, karena orang yang punya masalah dengannya akan di hajar tanpa ampun.
Arumi meringis kesakotan, kulit kepalanya terasa perih. Rambutnya seakan ingin terlepas dari kulit kepala.
Arumi melepaskan tangan Cio dari rambutnya, dia kemudia mendorong Cio sehingga menjauh.
"Arumi lo nggak apa-apa?" Bunga cemas.
"Tenang, gue baik-baik saja kok." Arumi merapikan rambutnya yang berantakan.
Cio tidak memberikan ampun ke pada Arumi, dia memang terlihat cupu namun berani. Cio menendang perut Arumi sampai Arumi terjatuh menabrak meja di belakangnya.
"Arumi!" teriak Bunga. Dia mendekati Arumi dan membantu Arumi berdiri.
"Rum, kita pergi saja. Lo minta ampun sama dia, gue baru ingat dia itu orang yang memiliki saham sedikit di sekolah ini," bisik Bunga.
"Ah, baiklah."
Arumi berjalan maju mendekati Cio.
"Minta maaf sama Maura, gue bakalan lepasin lo," ujar Cio saat Arumi sudah semakin dekat.
Arumi menendang perut Cio, setelah terkapar jauh. Cio tidak menyangka Arumi bisa sekuat itu. Sampai membuat dirinya terpanting jauh.
Arumi berjalan dengan santai mendekati Cio yang masih tergeletak di lantai. Semua murid yang ada di kantin langsung menyingkir.
Mereka juga takjub, seorang Arumi yang selalu di bully kini berubah sangat kuat.
Arumi jongkok sembari menarik rambut Cio. "Bagaimana masih mau lanjut?" kata Arumi dengan senyuman sinis.
"Ampun, ampun Arumi," ucap Cio dengan merintih menahan sakit.
"Lo yakin, udah nggak mau lanjut?" Arumi menarik rambut Cio sampai teriak sakit.
"Jangan pernah mengusik gue, atau hidup lo benar-benar tidak akan bisa hidup tenang," bisik Arumi.
Arumi melepaskan rambut Cio, dia kemudian kembali lagi ke mejanya.Cio pun kabur dari kantin, dia merasa dirinya menjadi pecundang.
"Rum, lo keren." Bunga mengangkat kedua jempolnya. "lo kenapa nggak dari dulu begini?"
"Kenapa ya?" Arumi menggaruk kepalanya seolah dia berpikir apa kenapa dia baru sekarang melawan setelah hampir dua tahun dibully.
Arumi menatap Bunga, dia mencoba mengingat siapa Bunga dimasa lalunya. Apakah dia memang sahabatnya, seingatnya hanya Rangga sahabatnya itu pun bawahan suaminya yang dia anggap sebagai sahabat.
"Kenapa lo menatap gue seperti itu?" tanya Bunga heran. "lo nggak akan menyerang gue kan?" Bunga mengambil es teh lalu meneguknya sampai setengah.
Tatapan Arumi membuatnya takut. Dia mendadak gelisah kalau Arumi juga menyerangnya.
"Lo baik beneran kan sama gue, nggak bohongi gue?" ujar Arumi. Dia belum bisa mengingat siapa Arumi di kehidupan dulu.
"Nggak Rum, gue janji. Gue akan selalu di samping lo," ucap Bunga.
"Makasih ya, ke kelas yuk," ajak Arumi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments