Berontak

Arumi mulai mencuci piring, entah ada pesta apa di rumahnya tadi sampai-sampai banyak piring, gelas dan beberapa mangkuk kotor semua.

“Non, biar saya saja yang mencuci piring,” Bik Tini ingin menggantikan hukuman Arumi.

“Nggak usah Bik, mending Bibik istirahat saja. Pasti capek kan seharian ngurusin Mama sama Elisa,” ujar Arumi.

Arumi tahu kalau seharian ini pasti Bik Tini sudah di bikin repot sama mama dan adik tirinya itu. Mereka paling senang menyuruh-nyuruh orang.

“Tapi kan yang menggaji bibik, papanya Non Arumi.”

Arumi menghentikan aktivitasnya, ia menoleh kearah pembantunya ketika menyebut nama papanya.

“Papa di mana Bik?” tanya Arumi.

Dalam hatinya bertanya-tanya apakah papanya masih hidup, karena sebelumnya Elisa sudah membunuhnya.

“Tuan keluar kota, besok baru kembali,” kata Bik Tini.

“Benar Bik, bibik nggak bohong kan?” Arumi menatap Bik Tini nanar, ia sangat terharu kalau papanya memang masih hidup.

“Iya Non,” ucap Bik Tini heran melihat Arumi yang seperti baru ditinggal saja.

Arumi bernapas lega, syukur berkali-kali dalam hatinya ia panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dia bisa bertemu lagi dengan papanya meskipun dengan embel-embelnya yaitu mama dan adik tirinya.

...*****...

Arumi duduk di meja makan, ia tidak peduli tadi sudah dilarang untuk makan malam. Perlahan ia akan menunjukkan pemberontakannya, ia akan mengubah semua perlakuan mereka kepadanya.

“Arumi, mama bilang kamu tidak dapat jatah makan malam. Kenapa kamu duduk di sini?” kata Sofi.

“Benar, bikin selera makan hilang,” sahut Elisa sembari meletakkan sendok yang baru saja isinya mendarat di mulutnya.

“Ya kalau nggak nafsu makan mending pergi,” kata Arumi dengan enteng. Ia mengambil nasi dua centong dan beberapa lauk yang ada di depannya.

“Arumi!” bentak Sofi.

“Ada apa sih tante teriak-teriak, sudah malam nggak enak di dengar tetangga,” kata Arumi santai. Ia sama sekali tidak takut.

“Kamu tuli ya, mama bilang kamu tidak punya jatah makan!"

“Semua harta benda di rumah ini kan punya papa, dan Arumi ini adalah anaknya. Jadi kenapa nggak boleh makan?” Arumi menatap Sofi dengan tersenyum.

“Jangan lancang kamu ya, semua harta suami itu milik istri.”

“Terlalu pede,” Arumi mulai memasukan nasi ke mulutnya.

Elisa mengambil air putih lalu menyiramkan ke wajah Arumi, seketika Arumi berdiri.

“Yang sopan lo!” Arumi mencopot kaca matanya. Ia membersihkan sebentar lalu memakainnya lagi.

“Sejak kapan kamu menjadi pemberontak seperti ini?” Sofi berjalan mendekati Arumi. Ia menarik tangan kasar dan membawa taman belakang.

Sofi melepaskan Arumi sampai terjatuh di rumput, Sofi mengidupkan keran dan menyiram Arumi.

“Rasakan, makanya jangan pernah berani melawan mama dan adikmu,” kata Sofi.

Arumi berdiri, ia berjalan mendekati Sofi, mengambil alih selang yang di pakai untuk menyiramnya.

“Arumi, berikan sama mama,” Sofi berusaha merebutnya.

Karena Sofi tak kunjung merebutnya, Elisa pun membantunya. Arumi mendoro mereka berdua sehingga menjauh darinya. Arumi menyirami tubuh mereka sampai basah kuyup.

“Arumi!” teriak Elisa.

“Jangan pernah mengusik gue,” ujarnya sembari melepar selang ke tanah.

Arumi meninggalkan mereka berdua setelah puas mengerjainya, saat merasa impas dengan semua yang mereka lakukan.

“Bik Tini, tolong buatkan teh hangat sama mie rebus. Tolong bawa ke kamar ya,” kata Arumi saat melewati dapur.

“Baik Non,” Bik Tini bergegas membuatkan pesanan anak majikannya itu.

Bik Tini merasa aneh dengan perubahan Arumi yang sangat pesat, dulu ia seorang yang sangat penurut dan takut sama Sofi dan Elisa.

...*****...

Selesai mandi Arumi duduk di ranjangnya, ia melihat kamarnya yang rapi dan nyaman. Satu kasur ukuran singgel, dengan meja belajar sekaligus meja serbaguna bagi Arumi. Dan ada lemari dua pintu untuk pakaiannya.

Kedua matanya langsung panas, melihat foto kedua orang tuannya dan dirinya waktu kecil.

“Andai mama masih ada, Arumi tidak akan menderita seperti ini,” gumamnya lirih sembari memeluk foto di tangannya.

Arumi menaruh photonya saat mendengar Bik Tini mengetuk pintu, “Masuk Bik,” kata Arumi.

Bik Tini membawakan pesanan Arumi, “Non, mie sama tehnya. Segera dimakan Non, biar hangat badannya.

“Iya Bik, makasih ya,” Arumi pindah ke kursi.

“Non.”

“Apa Bik?” tanya Arumi sembari menyeruput teh di cangkir.

“Kenapa Non berani sekali melawan nyonya sama Non Elisa, nanti mereka semakin menjadi,” Bik Tini sangat cemas kalau Arumi terus disiksa sama Sofi dan Elisa.

“Bik Tini tenang saja, mereka nggak akan berani lagi,” ujar Arumi dengan santai.

“Non, mereka itu licik. Pasti mereka sekarang sedang menyiapkan rencana buat jahatin Non Arumi.”

Arumi menyerutup kuah mie, lalu meletakkan mangkoknya.

“Bibik percaya saja sama Arumi, sekarang Arumi bukan yang dulu lagi. Bibik tinggal bantuin Arumi saja kalau pas butuh.”

“tapi Non-,” ucapan Tini saat melihat Arumi tersenyum manis kepadanya.

“Percaya sama Arumi. Sekarang Bibi lebih baik istirahat, hari sudah malam takutnya bibik kecapean,” Arumi beranjak dari kursinya.Ia mendorong bibiknya keluar agar lekas istirahat.

“Gue tidak akan membiarkan orang-orang seperti mereka menindas gue lagi. Ini babak baru kehidupan mereka juga yang akan diingat sampai mati,” kata Arumi sembari merebahkan tubuhnya.

Hari ini sangat lelah, ia menarik selimutnya sampai di dada. Arumi termenung menatap langit-langit.

“Kalau gue bisa bertemu dengan semua orang dimasa lalu, harusnya Kak Agam ada di dunia ini kan,” gumamnya.

Ia merindukan sosok suaminya yang perhatian, dia yang terus menguatkan dan menjaga dirinya.

“Kapan gue bisa ketemu sama Kak Agam,” ujarnya sembari menarik bantal guling dan memeluknya.

“Kalau bertemu nanti apa Kak Agam akan melupakan gue juga, lalu Kak Agam bersama siapa saat ini. Apakah dia juga menjadi jodoh gue nanti. Atau dia sudah milik yang lain?” celotehnya.

Arumi takut kalau saja Agam datang di kehidupan yang baru ini, namun bukan terlahir sebagai pasangannya. Itu pasti membuat hatinya hancur berantakan.

Arumi membuka kotak whatsapp, mencari nama Agam namun tidak ada. Dia mencoba mencari dengan beda nama yaitu pacarku. Namun tetap saja tidak ketemu.

“Kak Agam lo di mana, kenapa gue nggak punya nomornya,” ucapnya lirik dengan tangan yang masih sibuk secroll.

“Mungkin kah bukan jodoh?” dengusnya pelan.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

Dibalik kesetiaan Nayla mampir ya thor

2023-01-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!