Kehidupan Baru

Arumi merasakan sesak napas, ia segera membuka matanya. Ia berontak ketika sadar kepalanya terendam di air.  Arumi bernapas pendek saat kepalanya sudah terangkat. Ia membalikan tubuhnya, ia heran melihat dua anak sekolah terduduk di lantai.

“Berani sekali lo, Arumi, lumayan bertenaga juga,” ucap salah satu dari mereka yang berusaha berdiri.

“Kalian siapa?” tanya Arumi.

“Maura, gimana bisa dia langsung amnesia seperti ini. Apakah kita terlalu keras membenturkan kepalanya?”

“Nggak usah berlaga bloon lo, pakai nggak kenal kita segala,” ucapnya dengan dengan manarik rambut Arumi.

“Kalian ini siapa, gue benar-benar nggak tahu,” Arumi memegang tangan yang bernama Maura.

“Dina, masukan dia ke dalam air lagi. Mungkin pikirannnya bisa jernih lagi,” Maura meminta temannya mendorong Arumi kedalam air lagi.

Sebelum Dina mendorongnya, Arumi memelintir tangan Maura. Keadaan berbaik Arumi memasukan Maura ke dalam air.

“Mundur atau teman lo ini akan mati di sini,” kata Arumi dengan tangan yang masih memegangi rambut Maura.

“Lepaskan dia, gue akan mundur,” pinta Dina.

Arumi manarik Maura yang hampir kehabisan napas, ia langsung mendorong sampai dekat ke Dina.

“Apa yang terjadi, kenapa cewek cupu itu bisa berubah sangat kuat dan berani?” tanya Dina.

“Entahlah,” Maura menarik tangan Dina untuk meninggalkan Arumi.

Arumi bingung dengan apa yang sedang terjadi, ia memegangi dadanya yang masih bergetar.

“Aku hidup lagi, Tuhan benar-benar mengabulkan doaku,”

Arumi meletakkan kedua tangannya di dada, ia bisa merasakan detak jantungnya yang normal. Ia memegang wajahnya, mengedip-kedipkan matanya.

“Benarkah, apa ini nyata?” ucapnya sembari berjalan ke depan cermin.

Arumi kaget, ia menoleh ke belakang saat yang dia lihat di kaca itu anak SMA, berkaca mata dan wajah yang sangat culun.

“Ini aku?” ucapnya sembari memegangi wajahnya.

Di kehidupan yang dulu dia adalah wanita yang sangat cantik dan anggun, semua orang yang melihatnya pasti akan memujinya. Namun yang di hadapannya sekarang adalah anak umur enam belas tahun berpenampilan cupu.

“Apa ini jawaban dari doa ku, aku kembali hidup menjadi anak sekolahan yang cupu?” tanyannya pada diri sendiri.

“Baiklah, itu tidak masalah aku menjadi siapa. Namun sekarang aku tidak akan menjadi perempuan lemah lagi. Aku akan membuat semua dunia berpusat padaku dan melawan semua ketidakadilan.

Arumi mengusap wajahnya sebelum dia keluar dari toilet, ia berjanji kepada dirinya sendiri menjadi lebih bermanfaat. Ia tidak mau menjadi orang lemah.

Semua anak di dalam kelasnya langsung memandangi Arumi yang basah kuyup.

Apa gue salah kelas

Arumi melihat ke penjuru isi kelas, ia takut salah kelas namun instingnya kalau kelas itu memang kelasnya.

“Arumi masuk, kenapa kamu masih berdiri saja di situ?” ujar Bu Yani guru matematika di sekolah Arumi.

“Berarti benar ini kelas gue,” gumamnya perlahan sembari masuk mencari tempat duduknya.

Ia paham betul kalau dia tidak akan mungkin memiliki teman, dan pastinya akan di taruh di belakang sendiri.

“Maura, dia beneran hilang ingatan kah? Kenapa jadi linglung seperti itu?” bisik Dina.

“Mungkin,” jawabnya pelan.

“Arumi, kenapa kamu tidak duduk?” Bu Yani memarahi Arumi.

“Tempat duduk saya yang mana ya Buk?” tanya Arumi dengan wajah bingung.

“Ya Tuhan, kenapa saya mendapatkan murid sebodoh dia,” keluh Bu Yani yang mendapat sahutan tawa dari anak-anak satu kelas.

“Itu kan tempat duduk kamu,” tunjuk kursi di sebelah Arumi berdiri.

Arumi duduk, menunduk merasa dia menjadi bahan bulyan di kelasnya ini.

“Dasar bodoh.”

Arumi mengangkat kepalanya, ia membenarkan kaca matanya untuk melihat lebih jelas siapa cewek yang baru saja mengejeknya.

“Elisa?” lirihnya.

Arumi kira ia kembali dengan kehidupan yang baru, namun ternyata di kehidupan keduanya ini tetap saja ada Elisa. Arumi melipat kedua tangannya, dengan ujung kiri bibirnya yang terangkat.

“Tunggu pembalasan gue, anak tiri tidak tahu diri,” gumam Arumi.

*****

Bel istirahat berbunyi semua orang berhamburan keluar, tak ada satu orang pun yang berteman dengannya. Arumi berjalan dengan santai, ia mulai risih saat sadar orang-orang melihat dirinya sembari berbisik.

“Tidak tahu diri banget ya, cewek culun beraninya menembak Fadli yang keren,” ejeknya.

“Fadli?” ucap Arumi, lumayan di buat kaget saat mendengar nama Fadli. Pikirnya apakah semua orang akan ada di sini, dan saatnya ia membalas semua ulah mereka.

“Berlagak bloon lagi.”

Arumi meneruskan jalannya ke lapangan basket seperti yang di katakan anak-anak yang menggunjingnya.

“Sambutlah Arumi si buruk rupa yang tidak tahu diri,” seru Maura ketika Arumi sedang datang.

Kalila menarik Arumi di tengah-tengah lapangan basket dan di kelilingi banyak orang.

“Fadli, lo itu ibarat pangeran berkuda putih yang sangat tampan. Dan aku adalah si jelek rupa,” baca Maura.

“Jelek rupa yang tidak tahu diri,” sahut Dina yang membuat semua orang tertawa.

“Ok, guys. Dengarkan lagi,” pinta Maura.

Arumi yang tidak merasa menulis surat itu biasa saja, bahkan ia tidak merasa malu sedikitpun disorakin murid hampir satu sekolahan.

“Maukah kamu menjadi pacar gue?”

Fadli dari belakang merebut kertas yang dibaca Maura, dia langsung merobekknya dan membuang ke sembarang.

“Gue sudah bilang beberapa kali kalau gue nggak suka sama lo,” Fadli menolak Arumi.

“Dasar gadis jelek nggak tahu diri, Fadli itu pacarnya Elisa yang cantik jelita. Sedangkan lo?” Maura melihat Arumi dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Arumi tidak bergeming, ia hanya melihat kearah Fadli lekat-lekat. Wajah Fadli tidak berubah namun terlihat lebih muda saja.

“Masih berani menatap pacar orang seperti itu?” Maura menyiram Arumi dengan air mineral yang di bawannya.

Arumi mengusap wajahnya yang basah, ia sama sekali belum melakukan perlawanan. Arumi masih melihat situasi di kehidupan barunya itu.

“Maura, lo jangan seperti itu kasihan kan Arumi,” ujar Elisa. Elisa mengambil tisu lalu memberikan kepada Arumi.

Arumi melirik kearah Elisa, ia tidak menerima tisu dari Elisa.

“Maaf Arumi, gue tahu lo benci gue karena Fadli memilih gue. Tapi kan kita saudara jadi gue harap lo jangan membenci gue,” ucapnya lirih dengan wajah memelas.

Dasar ular, lo pikir gue bakalan ketipu dengan tingkah lo yang sok seperti malaikat ini

“Dasar pelakor tidak tahu diri,” Maura menimpuk Arumi dengan botol bekas dari air yang digunakan untuk menyiram Arumi.

“Buruk rupa tidak tahu diri, pacar adik sendiri mau diembat juga,” caci mereka.

Arumi di lempari dengan kertas, botol dan semacamnya yang mereka pegang. Arumi  meninggalkan lapangan berjalan santai, ia sudah menandai orang-orang yang membuly dirinya.

“Jangan-jangan lukai kakak gue, meskipun begitu dia tetap kakak tiri gue,” katanya seolah membela. Padahal dia sedang menunjukkan kepada semua orang kalau Arumi sangat jahat dan dirinya adalah malaikat.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

widih bikin kesel aja

2023-01-29

0

Hapsari

Hapsari

dendam membawa, petaka

2023-01-24

0

Rico Andika Putra

Rico Andika Putra

sadis bnget n serem.....tpi bkin pnsaran.

2022-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!