“Elisa, apa kamu tidak mempunyai hati nurani. Aku ini saudarimu,” ujar Arumi.
Arumi masih saja berusaha menyadarkan Elisa, ia berharap semua ini hanya sebuah mimpi buruknya. Arumi sangat menayangi Elisa, meskipun bukan dari rahim yang sama. Ia memperkenalkan di depan teman-temannya sebagai adik kandungnya bukan adik tirinya.
“Sudah kubilang, jangan pernah menganggap aku ini adikmu,” ucapnya jijik.
“Arumi, selain itu aku juga mau memberikan surprise. Pasti kamu akan bahagia." Elisa sembari menepuk tangan dua kali.
Satu pengawal masuk membawa toples kaca, Elisa mengambilnya lalu mendekatkan ke Arumi.
Elisa tersenyum lebar, ini adalah babak akhir yang paling di tunggu olehnya. Arumi pasti tidak akan pernah mau hidup lagi saat mengetahui apa yang di bawanya.
“Apa itu Elisa?” tanya Arumi.
“Kamu benar-benar ingin tahu?” kata Elisa dengan wajah yang sumringah. Arumi mengangguk, ia ingin tahu apa lagi yang diperbuat oleh adik tirinya itu.
“Aku butuh sesuatu untuk bahan eksperimen, jadi kuambil saja janin yang ada di perutmu,” Elisa mengangkat topel tepat di mata Arumi.
“Ja-nin, a- anakku,” lirihnya.
Air matanya langsung mengucur, ia tak menyangka Elisa setega itu. Ia masih bisa mengerti dendamnya yang dilimpahkan kepada orang-orang terdekatnya. Namun ia tak menyangka kalau janinnya pun ikut menjadi pelampiasan dendamnya.
“Elisa, kamu memang tidak punya hati. Apa salah janinku sampai kau bunuh?”
“Salahnya, kenapa dia berada di dalam perutmu,” jawab Elisa sembari tertawa keras.
“Elisa, kau memang wanita iblis. Kau tidak pantas menjadi saudariku!” maki Arumi.
Elisa menjambak rambut Arumi, “Wanita bodoh, siapa juga yang mau menjadi saudarimu.”
Selama ini Elisa hanya menganggap Arumi itu penghalanganya untuk mendapatkan harta kekayaan ayah tirinya. Dan semua perhatian yang ada di dunia ini hanya dia yang boleh mendapatkan bukan Arumi.
“Sepertinya waktu bermain-main sudah selesai,” katanya sembari melepaskan rambut Arumi.
“Elisa, lepaskan aku!” teriak Arumi.
“Tenang saja kakakku tersayang. Sebentar lagi kamu akan merasakan kebebasan. Tunggu sebentar.” Elisa menoleh, ia memberikan senyuman yang sangat manis.
Dalam diri Arumi masih berharap kalau Elisa akan membebaskan dirinya, meskipun tidak yakin dengan apa yang telah dilakukan oleh keluarganya.
Elisa masuk membawa tas besar, dan menggelarnya di lantai. Elisa mengeluarkan peralatan, dari mikroskop bedah, pincet bedah dan beberapa peralatan lain.
“Elisa apa yang akan kamu lakukan?”
“Pengawal, ikat dia di atas kasur.” Elisa menunjuk kasur yang sudah usang.
“Baik,” jawabnya sambil menyeret Arumi yang berusaha kabur.
“Elisa, apa yang akan kamu lakukan padaku. Elisa ingat aku ini kakakmu, keluargamu,” Arumi mencoba menyadarkan kegilaan Elisa.
Elisa tersenyum tanpa menyahuti Arumi, menurutnya bukan dia yang jahat tapi Arumi yang terlalu naif dan bodoh menganggap dia dan ibunyan itu sangat baik.
Elisa mulai menyayat area mata Arumi, ia menginginkan bola mata milik Arumi yanh akan didonorkan kepada adik iparnya yaitu adik dari Fadli.
Arumi menjerit sekuat tenaga, tapi Elisa tidak gentar sama sekali. Dendam dalam dirinya sudah menggebu sehingga hati naluraninya sudah hilang. Yang ada dipikiranya sekarang adalah melenyapkan kakak tirinya.
Semua pengawal hanya diam melihat pembunuhan ini, mereka tidak berani membantu.
“Sudah dibilang jangan berani-berani sama Elisa, tapi terus saja kamu mengacau." Elisa menaruh bola mata bagian kanan milik Arumi.
Ia meletakkan di toples kaca berukuran kecil. Setelah selesai ia kemudian mengambil bagian kiri. Suara Arumi mulai menghilang, Elisa merasa belum puas menyakiti Arumi. Namun dia sudah pingsan saja.
Elisa kembali mengambil organ dalam milik Arumi, sangat disayang kalau sampai disia-siakan begitu saja. Jantung, ginjal, hati bisa dia jual untuk semakin memperkaya dirinya.
Ruangan sudah bersimbah darah, Elisa melepas sarung tangan dan menjadikan satu bersama alat-alatnya.
“Selamat tidur nyenyak kakaku yang malang, kamu tidak akan kesakitan lagi. Dan cepat berkumpul dengan keluargamu yang bodoh itu. Tenang saja aku akan menjaga seluruh harta peninggalan kalian." ucapnya dengan tawa kecil.
Elisa sangat puas dengan hasil operasi yang di lakukan. Semua berjalan sangat mulus tanpa kegagalan sedikitpun.
“Pengawal bersihkan semua ini, dan buat semua ini seolah dia mati karena sakit.”
Elisa membawa semua organ dalam milik Arumi. Dia merasa menang terhadap keluarga Arumi. Ia sangat puas bisa menghabisi Arumi dengan tangannya sendiri. Kini dia tinggal menikmati hasil kerjanya setelah bertahun-tahun harus bersikap baik, seolah dia malaikat di dalam keluarga Arumi.
...ΩΩΩ...
Sebelum hembusan napas terakhir Arumi berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar dia diberikan jalan untuk membalas dendam kepada Elisa. Kematian dirinya penuh dengan kebencian, dan dendam menggembara.
Jika Tuhan memperkenankan dia hidup lagi, Arumi akan membuat hidup Elisa dan keturunannya merasakan apa yang dia rasakan.
Hari itu juga Elisa mengumumkan kematian kakaknya, ia menangis tersedu-sedu mengelabuhi publik. Seakan dia paling hancur karena dirinya kehilangan seluruh keluarganya dalam waktu yang berdekatan.
“Elisa, kamu memang pemain yang sangat handal,” bisik Fadli yang ikut andil dalam pembunuhan berencana keluarga Arumi.
“Tentu saja, bagaimana dengan Agam. Apa dia sudah lenyap?” tanya Elisa.
“Tenang, semua berjalan dengan mulus. Mobil Agam jatuh ke jurang, ia meledak beserta mobilnya. Aku melihat dengan kedua mataku sendiri,” bisik Fadli.
“Bagus, sekarang waktunya kita menikmati semua harta miliknya.”
“Mama sangat bangga dengan kerja kalian,” Naumi ibu Elisa sangat puas dengan hasil kerja putrinya.
Elisa melihat seorang pria yang tidak kenal berada di pemakaman Arumi, dia terus menatap dirinya seolah dia sedang mengamatinya.
“Dia siapa?” tanya Elisa sembari menujuk pria dengan baju setelan jas dan topi hitam.
Fadli menggelengkan kepalanya, ia merasa tidak mengenalnya. Fadli berjalan mendekatinya, ingin menyelidiki lebih lanjut.
“Maaf, Anda teman Arumi?” tanya Fadli.
Pria itu tidak menjawab, ia hanya memberikan tatapan tajam kepada Fadli.
“Kalau kamu tidak mempunyai kepentingan di sini lebih baik keluar dari rumah kami,” Fadli mengusir orang itu.
“Fadli,” panggil Elisa.
“Elisa, dia orang yang tak dikenal kenapa bisa masuk ke rumah ini.”
“Apa mau kamu?” tanya Elisa.
“Aku hanya memperingatkan kalian agar lebih hati-hati, pembalasan dari keluarga ini akan segera datang,” ucapnya lirih.
“Ngomong apa kamu?” Elisa kaget mendengarnya, ia juga heran kenapa orang itu bisa mengatakan semua itu.
Lelaki itu menepuk-nepukkan tangannya, perlahan semua berhenti hanya Elisa, Fadli dan Naumi yang masih bisa bergerak.
“Apa yang kamu lakukan?” Naumi mendekati pria itu, namun pria itu semakin memudar.
Elisa, Fadli dan Naumi bingung, mereka satu persatu pun ikut memudar seakan ada cahaya besar yang menarik tubuhnya dan melenyapkan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Putri Minwa
💪💪💪
2023-01-29
0
Putri Adilamyska
suamix agam apa rangga
karna diatas nama rangga kak
2022-06-16
1