...[TRIGGER WARNING : RAPE]...
...Fawn POV...
Mengenakan gaun pengantin, menyamar sebagai Indira dan naik ke limosin yang akan digunakan untuk mengantar Indira menuju katedral tempat upacara pernikahannya akan berlangsung. Sementara aku menyamar menjadi si pengantin wanita, nona Indira sudah pergi menaiki mobil tuan Anggara satu jam lalu. Tidak ada yang tau kalau upacaranya akan diadakan lebih awal dan ditempat yang berbeda.
Tidak ada yang tau kalau aku bukanlah Indira.
Tugasku semudah itu. Aku hanya perlu duduk manis sementara tiga mobil van memberhentikan limosin yang berjalan. Bunyi tembakan bersahutan--tapi aku tau tidak ada yang benar-benar berusaha melindungiku. Tugasku adalah menipu para pria bertubuh besar yang sekarang menghampiriku dan membungkus kepalaku dalam karung.
Saat itu, kupikir aku sudah tamat. Aku akan berakhir membusuk di suatu tempat. Ibuku akan mendapat tunjangan besar atas pengorbananku hari ini.
Aku pikir seperti itu sampai akhirnya aku dilempar ke atas tempat tidur besar yang beraromakan seperti parfume mahal.
"Apa yang kau lakukan, hei..., hei..., lepaskan aku! Tidak, ini, kau bercanda, kan! Hei...." Aku meronta-ronta. Kepanikan luar biasa merayap di sekujur tubuhku. Aku semakin panik saat para bodyguard si bajingan Ace Hunter itu meninggalkanku sendirian dengan tuan mereka.
Apa yang dia mau?!
Tuhan, tolong aku!
"Kau tidak takut mati tapi kau sangat takut kubiarkan hidup," Ace berujar dengan seringaian.
Tentu saja aku takut, keparat! Bernapas di ruang yang sama denganmu sudah membuatku merinding. Aku tidak tau apa yang ada di kepalanya. Mengapa dia menyeringai, mengapa dia mendekat!?
"Aku lebih baik mati daripada berada di dekatmu! Kau menjijikkan!" Aku meludahkan kata-kata itu di mukanya. Berharap dengan provokasi ia akan mengakhiri hidupku saat itu juga.
"How cute." Ace melabuhkan lututnya di tempat tidur sementara matanya jatuh di mataku. Menyorotku seperti singa menatap mangsanya. Aku bergetar di bawah intimidasinya.
Seseorang, siapa pun, tuan Anggara..., selamatkan aku dari sini!
"Kau bajingan, kau--berhenti di sana. Jangan mendekat! Kau--apa kau gila!" Aku semakin panik saat tangan Ace menangkap pergelangan kakiku. Ia menarikku dalam kekuatan yang tak terbayangkan, memaksa tubuhku jatuh telentang di bawahnya dengan dia memenjaraku di antara dua lengannya.
"Aku hanya asisten nona Indira, kau tau. Melakukan ini padaku tidak akan memberikan efek apa pun kepada keluarga Rashid. Kau, apa kau memakan apa saja yang ada di hadapanmu!?" Aku berteriak seiring napas panas Ace menyentuh kulitku. Oh, tuan Anggara, mengapa misiku menjadi seperti ini?
Aku tidak menginginkan ini!
"Lepaskan aku," tanpa kusadari, air mata meleleh di pelipisku.
"Kau seharusnya sadar dari awal setiap risiko yang akan datang sebelum kau menyerahkan dirimu untuk menjadi korbanku." ucapan Ace membuatku semakin terisak.
Ini--situasi ini tidak pernah kuperhitungkan sama sekali. Aku berpikir aku hanya akan mati, yah, mungkin akan disiksa sebelum dibunuh. Aku tidak pernah membayangkan diriku yang rendahan ini--akan berada di atas tempat tidur Ace Hunter.
Pria itu--bukankah alasannya ingin menculik nona Indira adalah karena dia mencintai nona Indira?
Kenapa dia melakukan ini kepada gadis yang tidak setara dengannya sama sekali?
"Tolong, aku mohon..." Aku memberontak kuat saat tangan Ace menyentuh pangkal pahaku. Menyibak rok gaun yang menutupi tubuh bawahku dan memposisikan dirinya di antara kakiku yang terbuka.
"Bunuh saja aku, kumohon..." Keringat menyusup keluar dari tubuhku, panas dan takut membaur satu.
"Teruslah memohon seperti itu," Ace berbisik di telingaku. Panas napasnya dan lembab bibirnya menggesek kulitku. Meninggalkan jejak panas yang menjijikkan di sana. "Kau membuatku semakin bergairah."
"Bajingan..., terbakarlah di neraka. Aku akan membunuhmu!" Aku semakin memberontak.
Saat itu, kupikir aku akan melakukan apa saja agar bisa lepas dari cengkramannya. Aku ingin melarikan diri, membunuhnya, menginjaknya sampai mati. Aku terus menggeliat di bawah tekanannya hingga...
Plak!
Satu tamparan menyapa pipiku. Sangat kuat hingga telingaku berdengung. Aku seperti sadar tidak sadar ketika rasa sakit itu menyerangku. Pria keparat itu, dia menamparku. Hahaha. Bajingan sialan!
"Jika kau tidak mau pengalaman pertamamu menyakitkan, aku sarankan kau berhenti memberontak sejenak, Fawn."
Pengalaman pertama? Huh?
Aku seketika menatap Ace di mata. Bagaimana pria itu mengetahui ini pengalaman pertamaku?
"Jangan terkejut begitu," kekeh Ace. Jemari besarnya menyapu sudut bibirku yang berdarah. "Aku tau perawan saat aku melihatnya."
"Bajingan!!!"
...---...
Sakit adalah hal pertama yang kurasakan saat membuka mata. Sengatan rasa ngeri yang kuat bersarang di pinggulku. Bersamaan dengan rasa ngilu yang datang, memori menyeramkan tentang apa yang baru saja menimpaku menyeruak kepermukaan ingatanku. Mengingatkan aku tentang kebiadaban seorang Ace Hunter.
Aku...,
Aku sudah kehilangan kehormatanku di tangan pria bajingan itu!
"Hiks..." isakan merayap keluar dari bibirku. Suaraku serak. Aku haus tapi aku ingin mati. Mengapa ini terjadi padaku? Apa yang salah sampai semuanya menjadi seperti ini?
"Sudah bangun?"
Suara Ace menyapa telingaku seperti alarm kebakaran. Aku seketika menarik diriku ke sudut ranjang--sangat ketakutan. Aku tidak berani menatap matanya, tidak mau melihatnya. Tidak setelah apa yang dia lakukan padaku. Pria itu adalah iblis.
Gaun pengantin yang sebelumnya kukenakan sudah terkoyak kusam di lantai. Aku melirik gaun itu dengan kesedihan. Aku ingin pergi dari sini. Ibu, selamatkan aku.
"Kau menjadi pendiam? Apa yang terjadi pada semangatmu saat mengutukku?" Ace kembali mendekatiku. Seiring langkah kakinya mendekat, semakin jantungku berdegup cepat. Aku menggigil ketakutan. Jejak sentuhannya di kulitku masih terasa panas dan asing. Aku ingin menembak kepalaku sendiri hanya dengan mengingat setiap sentuhannya.
"Minumlah," satu botol air mineral menyapa pipiku.
"Biarkan aku mati."
Mati dehidrasi lebih baik daripada hidup dengan segala kenangan hitam itu berputar di kepalaku. Mengingat apa yang sudah terjadi padaku, bagaimana kasar ia menyentuhku dan betapa menjijikkannya semua itu..., aku ingin terjun dari tebing tertinggi dan meremukkan seluruh tulangku.
"Kalau kau tidak minum, aku akan membuatmu meminum sesuatu yang lain?" Ancaman kotor itu keluar dari mulut Ace dengan nada jenaka. Aku dengan kecepatan kilat menyambar botol minuman itu dari tangannya.
"Pria bajingan, kau akan mendapat karmamu!" Aku menatapnya sengit sebelum meneguk air dingin yang menyegarkan kerongkonganku. Oh, rasanya sangat nikmat dan di satu waktu sangat menyedihkan. Kenapa hidupku jadi seperti ini?
"Tuan Anggara akan mengalahkanmu."
"Pfffttt...," Ace menahan tawa. Matanya bergulir ke arahku dengan jenaka. "Maaf mengecewakanmu, Fawn. Tapi alasan kau berada di sini adalah karena aku sudah mengalahkan tuanmu. Dia sangat putus asa ingin pernikahan ini terjadi karena hanya dengan kesempatan itu dia bisa mempertahankan bisnisnya. Aku percaya kau pasti sudah tau informasi itu, bukan?"
"Seseorang akan datang dan menghancurkanmu," sumpahku. "Dan ketika itu terjadi, aku akan menjadi orang yang tertawa paling keras di atas keruntuhanmu."
"Kau punya ambisi, itu bagus." Ace menepuk pipiku dengan ringan. "Pikirkan apa pun yang kau mau bila itu berarti membuatmu mempunyai motivasi untuk hidup."
"Keparat, apa lagi maumu dariku!" Aku kembali berteriak. "Kau sudah merenggut semuanya dariku! Apa lagi yang kau tunggu, bunuh aku, sialan, bunuh aku!"
Memohon-mohon untuk mati seperti ini tidak pernah kubayangkan akan terjadi dalam hidupku. Aku tidak ingin bernapas lagi, tidak setelah apa yang terjadi. Aku tidak bisa hidup dengan realita bahwa aku sudah dinodai oleh keparat biadab psikopat itu. Aku bisa bertahan bila itu adalah pukulan dan tamparan, tapi apa yang terjadi padaku jauh lebih hina daripada siksaan.
Bahkan bila semua kukuku dicabut lepas, aku tidak akan merasakan sakit yang lebih besar seperti yang kurasakan sekarang.
Aku merasa seperti binatang.
"Jangan terburu-buru, Fawn." Ace menyapu air mata yang tumpah di pipiku. "Ini baru permulaan."
Sementara aku kembali menelan ketakutan oleh ucapannya, Ace melangkah menuju pintu. Seorang pria yang tidak kuketahui namanya menapak masuk.
"Apa yang harus kulakukan, Tuan?"
"Berikan rusa itu makan dan bersihkan dia." Ace berbicara sambil melirik sekilas ke arahku. "Juga, bersihkan seluruh ruangan ini dari barang-barang yang mampu ia gunakan untuk melukai dirinya dan melukaiku."
Senyuman iblis Ace kembali merekah di parasnya. Membuat ia terlihat sangat berbahaya dan menjijikkan. "Mulai hari ini, dia akan tinggal bersamaku."
ARRRRRGGGGHHH!!!
Seseorang, tolong katakan ini hanya mimpi!
...---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semangat
2023-07-02
0
Vlink Bataragunadi 👑
kl di novel aku akan bilang "sudahlah Fawn nikmati aja" ≧∇≦
tp kl dlam realita aku juga pasti lbh baik mati dr pada ternoda >_<
2023-05-26
0
Muh Fahlan
sangat baguss kisah ny😂😂
2023-02-27
0