Kereta baru

Siang itu begitu terik, matahari seolah-olah tidak mau meredupkan cahayanya walau sebentar saja.

"Makasi ya, singgah dulu yok! (maksudnya mampir)."

"Enggak la, Kak! Lapar. Aku makan dirumah aja." kata Aisyah

Aisyah, cantik, tomboy, tidak pintar tapi rajin. Setiap hari Mila dan Aisyah pergi kesekolah bersama-sama. Mereka bersekolah di sekolah yang sama, hanya berbeda kelas. Mila dan Aisyah saudara sepupu. Ibu Mila dan Aisyah kakak beradik. Mila dan Aisyah hanya terpaut usia satu tahun.

"Assalamu'alaikum...." Mila masuk kedalam rumah sambil menenteng sepatunya,kemudian meletakkannya di rak sepatu. Mila langsung masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian.

"Udah lama pulangnya?"

sapa wanita paruh baya yang sedang menjahit.

Namanya Mai ibu Mila. Mila memanggilnya mamak.

"Barusan, Mak... sama Aisy tadi!"

"Mana dia, kok gak masuk?" tanya Mai sambil melihat kearah pintu samping rumahnya.

"Enggak, Mak! Aisyah langsung pulang,katanya lapar!" sedikit berteriak menjawab pertanyaan dari mamaknya. Mila sedang mencuci tangannya di wastafel.

"Kenapa gak diajak makan disini aja tadi, Mil?"

"Gak mau dia, Mak. Katanya mau makan di rumah aja. Buat peyek mungkin ibu hari ni, makanya dia mau pulang cepat!" tambah Mila menegaskan.

Makanan kesukaan Aisyah adalah peyek udang kecepeh (maksudnya peyek \= rempeyek, udang kecepeh \= udang rebon).

"Ayah mana, Mak? kok belum pulang?" Mila menyendok nasi ke piringnya lalu duduk dikursi makannya.

"Sebentar lagi juga pulang, ayah ke Showrom kereta!" Mai menjawab tanpa melihat Mila.

"Ngapai, Mak?" Mila terus bertanya sambil terus menyuap makanannya.

"Jangan ngomong kalok mulut penuh! siapkan dulu makanmu. Ayah beli kereta, katanya untuk anak gadisnya." Mai pun mengeraskan jawabannya sambil melihat Mila.

"Kereta, Mak? Alhamdulillah...." Mila melompat kegirangan, begitu srnangnya dia mendengar kabar itu.

"Macam anak kecil aja pun... mamak kira udah besar kau!" Mai tersenyum.

Mai sangat menyayangi putrinya yang kadang tingkahnya masih seperti anak kecil itu.

Maimunah, umurnya hampir setengah abad cerewet, tapi penyayang, suku Banjar. Tapi kelahiran Medan, Sejak remaja menjahit adalah pekerjaannya. Lumayan untuk menambah biaya sehari-hari. Kadang keahlian itu bisa berguna di kehidupan kita di masa depan. Begitu kata-kata yang sering di ucapkannya kepada anak-anaknya

"Jadi besok Mila gak usah numpang lagi sama Aisyah... udah bisa pergi sendiri. Gak takut terlambat lagi deh!" ucapnya.

Tak lama setelah Mila selesai makan ayahnya sampai disusul mobil pickup yang membawa kereta Supra X warna merah. Mila pun sangat senang dan memeluk ayahnya.

"Makasi yah... suka kali aku keretanya." ucap Mila sambil memeluk ayahnya.

"Ingat... jangan pigi kemana-mana setelah pulang sekolah! kalau mau kemana-mana bilang dulu sama ayah."

"Oke, yah... siap!" Mila memberi hormat kepada ayahnya seperti upacara bendera.

Keluarga Mila hanya keluarga sederhana. jauh dari kata kaya. Ayahnya berprofesi sebagai guru Sekolah Dasar. Mila punya satu abang,satu kakak dan satu adik. Lengkap ya? tidak juga... adik Mila laki laki. Jadi belum lengkap. Mila tidak punya adik perempuan.

Karena itu Mila sangat menyayangi Aisyah sepupunya. Aisyah sudah di anggap seperti adiknya sendiri.

\=\=\=\=

"Kereta baru nih, pak Arpin?" tanya wak Joko tetangga Mila.

Arpin, Ayah Mila perperawakan tinggi besar, hitam manis pendiam dan penyayang. Asli Toba bermarga Sibarani

"Iya, pak alhamdulillah... untuk sekolah Mila. Sebentar lagi kan dia tamat sekolahnya, katanya mau kuliah di kota. Jadi sekalian untuk transportasi Mila kuliah nanti." Arpin menyeka keringat dengan handuk yang menggantung dilehernya.

Pak Arpin dan wak Joko baru saja pulang lari pagi keliling komplek dan melihat Mila mengeluarkan kereta kehalaman rumah dengan memakai pakaian sekolah lengkap.

"Sudah mau berangkat, nak?" tanya pak Arpin.

" Belum kok, yah... Mila belum sarapan."

"O... ayah mandi dulu ya nanti kita sarapan sama sama. Mamak mana?" tanya pak Arpin.

"Mamak bangunin adek kayaknya tadi. Paling bentar lagi kedengaran suaranya yah" jawab Mila sambil memasukkan baju olahraganya kedalam tas. Hari ini ada pelajaran olahraga.

"Bangun! apa lagi,udah siang ini! sekolah enggaknya, kau?".

Suara Mai yang terdengar menggelegar itu sudah seperti alarm setiap pagi di keluarga pak Arpin.

Kalau alarm itu berbunyi berarti jam sudah menunjukkan waktu 6.30 pagi. Rutinitas harian Mai membangunkan anak bungsunya Nando. Adik Mila yang sudah kelas 6 SD.

"Kan, yah... apa Mila bilang."

Pak Arpin tersenyum sambil berlalu masuk kedalam kamar mandi.

"Adikmu itu kapan berobahnya... kalau gak dibangunkan mamak mu mungkin gak sekolah la dia tu."

****

"Pigi yah... pigi mak" Mila mencium tangan kedua orang tuanya.

"Iya" jawab mereka serentak.

"Hati - hati jangan kencang kencang naik keretanya!" pak Arpin mengingatkan.

Mila pun pergi menaiki kereta barunya menuju sekolah.

.

.

.

.

nb : kereta di Medan itu motor. Kalok klen samakan sama kereta di Jawa gawatlah macet jalan 😊

Terpopuler

Comments

Hana Wardatul

Hana Wardatul

iya..aku tadinya bingung thor kok kereta kirain kereta beneran taunya motor toh😂😂😂

2021-10-24

1

Rose Mamie Luiz

Rose Mamie Luiz

suka baca cerita ini agk beda dr biasanya lo gue lo gue

2021-07-23

1

Rahayu Pus

Rahayu Pus

kereta ke sepeda tho......?tambah ilmu.....mksh otor....

2021-07-05

1

lihat semua
Episodes
1 Kata orang
2 Kereta baru
3 Olahraga
4 Diantar Pulang
5 Curhat
6 Ariel ku
7 Sahabat
8 Abang pulang
9 Mengayunkan
10 Pamit
11 Aku Tau
12 Melihatnya...lagi
13 Teringat
14 Kepala Sekolah
15 Danau Toba
16 Taik Cecak
17 Cerita
18 Cerita 2
19 Lebih Baik
20 Rapat
21 Syahadah Milad
22 Cucu Ummi
23 Al-azhar Park
24 Kabar Gembira
25 Doa
26 Pengganti
27 Karsinoma Nasofaring
28 Tamu
29 Mimpi
30 Umroh
31 Kejutan
32 Menghindar
33 Rumahku
34 Hujan
35 salah paham
36 Pernikahan
37 Semua Pergi
38 DILAMAR
39 Teman Ayahku
40 Mencoba
41 Tak sabar
42 Negosiasi
43 Adat yang bercampur
44 Merasa Aneh
45 Hari kedua
46 Simalem Resort
47 Sparing partner
48 Istriku
49 Nasi goreng dan Selada
50 Cemburu
51 Hadiah
52 Apa ini mimpi?
53 Pengantin Lama
54 Gagal Diving
55 Suamiku
56 Rencana
57 Sensitiv
58 Demi Baby
59 Aladin beli Bakso
60 Bayi Kembar
61 Penantian
62 Lahir
63 Orang Tua Baru
64 Persahabatan dimulai
65 Tifestan Forte
66 Cerita bi Lastri
67 Mudik
68 Jangan membantah!
69 Mamak dan Ummi bingung
70 Berangkat
71 Drop
72 Pengumuman
73 Tambahan support
74 Semangat
75 Support systemnya Double kuadrat
76 Support system Induk
77 Permintaan Maaf
78 Jelek!
79 Males Reuni
80 Pergi
81 Buat Umma bangga!
82 Extra part
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Kata orang
2
Kereta baru
3
Olahraga
4
Diantar Pulang
5
Curhat
6
Ariel ku
7
Sahabat
8
Abang pulang
9
Mengayunkan
10
Pamit
11
Aku Tau
12
Melihatnya...lagi
13
Teringat
14
Kepala Sekolah
15
Danau Toba
16
Taik Cecak
17
Cerita
18
Cerita 2
19
Lebih Baik
20
Rapat
21
Syahadah Milad
22
Cucu Ummi
23
Al-azhar Park
24
Kabar Gembira
25
Doa
26
Pengganti
27
Karsinoma Nasofaring
28
Tamu
29
Mimpi
30
Umroh
31
Kejutan
32
Menghindar
33
Rumahku
34
Hujan
35
salah paham
36
Pernikahan
37
Semua Pergi
38
DILAMAR
39
Teman Ayahku
40
Mencoba
41
Tak sabar
42
Negosiasi
43
Adat yang bercampur
44
Merasa Aneh
45
Hari kedua
46
Simalem Resort
47
Sparing partner
48
Istriku
49
Nasi goreng dan Selada
50
Cemburu
51
Hadiah
52
Apa ini mimpi?
53
Pengantin Lama
54
Gagal Diving
55
Suamiku
56
Rencana
57
Sensitiv
58
Demi Baby
59
Aladin beli Bakso
60
Bayi Kembar
61
Penantian
62
Lahir
63
Orang Tua Baru
64
Persahabatan dimulai
65
Tifestan Forte
66
Cerita bi Lastri
67
Mudik
68
Jangan membantah!
69
Mamak dan Ummi bingung
70
Berangkat
71
Drop
72
Pengumuman
73
Tambahan support
74
Semangat
75
Support systemnya Double kuadrat
76
Support system Induk
77
Permintaan Maaf
78
Jelek!
79
Males Reuni
80
Pergi
81
Buat Umma bangga!
82
Extra part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!