Keteguhan Hati
"Alaah... udahla kita itu lurus lurus aja, masik muda ginikan. Nanti juga paling dibuka lagi. Kayak anak pak Jono tu, kemaren pake, eh... seminggu kemudian ketemu dijalan, udah di rebonding aja tu rambutnya."
Aku hanya diam sambil membenarkan kerudungku yang belum rapi di depan cermin meja rias dalam kamar pengantin kakakku. Dalam hatiku "Aku tidak akan seperti itu."
Bu Riska adalah perias pengantin yang lumayan terkenal dikota ini. Riasannya memang selalu membuat orang berdecak kagum melihat hasilnya.
Istilah orang jawa manglingi . Manglingi itu membuat orang yang di rias tampak beda bahkan seperti bukan dia. Yang pastinya cantik,dan disini itu adalah suatu prestasi besar bagi perias pengantin.
"Dek... gak usah pakai jilbab lah. Digerai aja rambutnya, cantik kok!" ucap Husna pengantin yang sedang di rias bu Riska.
Tampak kecemasan diwajah cantik pengantin itu mendengar keputusan adiknya.
Perempuan seumur adiknya itu kan memang lagi lagi labil-labilnya, masih proses pencarian jati diri, hari ini begini... besok begitu, dia takut adiknya seperti yang diceritakan bu Riska, lebih baik nanti saja kalau sudah benar-benar mantap. Atau lebih baik nanti saja kalau sudah menikah pikirnya.
"Enggak ah, Kak. Gak papa pakai jilbab juga bukan buat Mila kelihatan jelek kok! Mila kan sudah cantik dari lahir." Mila menjulurkan lidahnya, disusul seyuman getir si pengantin.
"Nanti jomblo seumur hidup lo Mil...." tambah bu Riska.
"Astaghfirullah...." Mila istighfar dalam hati. Kenapa sampai lari kejodoh sih,gumamnya dalam hati.
\=\=\=\=\=
"Milatul Ulya silahkan maju kedepan!" panggil pak Waluyo ramah.
Hari ini adalah hari selasa, jadwal untuk kultum.Kuliah tujuh menit yang akan dibawakan oleh siswa atau siswi dari setiap kelas secara bergantian, kali ini giliran Mila.
Milatul Ulya gadis pintar berprestasi, siswi di sekolah Madrasah Aliyah Bahrul Uluum.
Sebuah sekolah swasta di kota kecil yang ada di Sumatra Utara. Kulitnya sawo matang, badannya tinggi dengan berat badan yang seimbang membuatnya tampak proporsional. Enak dipandang, walau wajahnya tidak cantik, tapi cukup manislah kata orang-orang.
Demikian yang dapat saya sampaikan, billahi taufik walhidayah wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Mila pun berjalan memasuki barisannya kembali.
"Widiw... ibu ustadzah mantap kali tausiahnya." Juna langsung merangkul Mila yang baru sampai kebarisannya.
"Alhamdulillah ya sesuatu." jawab Mila menirukan gaya Syahrini bicara. Disusul tawa teman-teman yang lain.
"Minggu depan giliran mu Juna, jangan sampai nangis di depan podium seperti kemaren-kemaren!" tawa siswi di barisan itu makin pecah, karna ejekan Mila pada Juna.
Junapun langsung merangkul Mila sambil berbisik "Kalok bukan kawan baikku,sudah kuhajar kau!" umpatnya
"Pokoknya besok bantu aku siapkan materi, mau muntah aku mempersiapkan materinya sendiri, buntu otak ku" tambahnya sambil tersenyum manja.
Mila sangat pandai berpidato dan bertausiah dia sudah terlihat sangat mahir seperti benar-benar seorang ustadzah. Bahkan dia tidak menuliskan materi ceramahnya di buku untuk di hafalkan.
Yang dilakukannya hanya banyak membaca dan menghafal ayat-ayat Al-qur'an dan Hadist yang berhubungan dengan materi yang akan ia sampaikan saja.
"Oke deh... Insya Allah tapi aku mau kita sama sama cari, bukan cuman aku yang menyiapkannya. Sama aja aku yang kultum kalau gitu." jawab Mila sambil memperbaiki posisi berdirinya.
"Tapi,Mil...." Juna terhenti.
"Juna wati!" panggil pak waluyo.
"Sudah selesai ngerumpinya?" tanyanya lagi.
"Sudah, Pak!" jawab Juna spontan.
"Kenapa harus disebut namaku sih... malu kan aku." gerutu Juna,menggaruk kepalanya yang tertutup jilbab.
"Erwin, silahkan pimpin doa!" pak Waluyo menyuruh Erwin untuk memimpin doa pagi itu.
Setelah doa seluruh siswa dan siswi membubarkan diri dan masuk ke kelas mereka masing - masing. Juna langsung menggandeng Mila, Erwin berjalan mengikuti.
"Peer matematika kalian sudah selesai belum?" tanya Erwin pada Mila dan Juna.
"Alhamdulillah... aku sudah,kemarin kan kita kerjakan sama-sama di kelas waktu jam istirahat Win." jawab Mila
"Loh... kok aku gak tau?" sambil melipat tangannya di dada Juna menghentikan langkahnya.
"Kau di kantin semalam,manala kau tau kami ngerjakan PR dari pak Iman. Makan saja pula tau kau." tambah Erwin sambil menjitak kepala Juna dan berlari masuk kedalam kelas.
Juna tak terima dan langsung mengejar Erwin. Mila hanya geleng kepala melihat tingkah ke dua sahabatnya itu.
Mila, Erwin dan Juna menjadi sahabat sejak 2,5 tahun yang lalu ketika mereka sama sama menjadi siswa baru disekolah itu.
Mila yang siswa baru.. sedangkan Erwin dan Juna adalah Alumni. Bahrul Uluum sekolah yang lumayan besar dan populer di kecamatan. Dari madrasah ibtidaiyah (SD) Tsanawiyah ( SMP) dan ALiyah (SMA) ada di sana.
*
*
*
\=\=\=
Haii... , ini karya pertamaku. Tolong kritik dan sarannya ya teman. Jangan lupa like, vote dan Love juga ya. Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Annisa Al Ahlam
udah mampir kak author😍😍
2023-12-14
0
Rahayu Pus
kulonuwun..........
2021-07-05
2
Sri Wahyuningsih
baru mampir
2021-05-03
1