Gendis
Siang ini di kamar ...
Aku berjongkok mencari satu persatu benda yang pernah ku anggap berharga dalam laci pemberian dari someone.
Nothing !
Lalu berjinjit langsung mengambil satu buah novel, terdapat di rak buku paling atas masih berbungkus dengan plastik.
Akhirnya dapatlah satu buah novel dengan cover berwarna hijau bergambar dua cangkir kopi membalikkan novel membaca bagian cover belakang.
Kak Iqbal membelikan aku buku novel Dua Barista kemarin saat ulang tahunku.
" Padahal belum sempat di baca masih segelan begini, berat banget lepasin kamu," gumamku terasa berat untuk mengikhlaskan novel pemberian dari kak Iqbal membaca covernya saja sudah jatuh cinta apalagi cerita di dalamnya?
Jika hatimu semurni eksperso tidak ada dendam serupa ampas. Ketika secangkir kepahitan itu telah tandas.
" Sepertinya kata ini cocok buat Aku, " gumamku lagi setelah membaca cover depannya, merasa bahwa kata kata yang di buat mbak Najaty Sharma menamparnya mengingatkan untuk menjadi hati semurni esperso.
"Besok beli sendiri aja Gendis !" Aku bernafas berat meletakkan buku itu di atas meja rias.
Jariku mengetuk meja berfikir sejenak untuk mengigat kembali manakah barang yang harus di kemasi lagi untuk di kembalikan kepada pemiliknya ?
Ah baju couple !
Aku membuka lemari mengambil kaos berwarna putih masih terbungkus rapi dalam plastik Putih bening terdapat lemari paling bawah .
Satu buah baju couple. yang satunya udah dipakai oleh kak Iqbal.
Aku membolak-balik baju masih dalam bungkusan.
" Belum sempat pakai baju couple, kamu malah ninggalin Aku."
Aku sempat berpikir berjalan jalan bersama sembari memakai pakaian couple ketika liburan bersama keluarga akan sangat mengasikkan, namun Allah tidak mengizinkan.
Kotak kecil berbahan beludru warna merah tergeletak di meja rias sejak kemarin. Benda terakhir yang paling penting dalam hidupku. Pernah singgah pada jari manis.
" Mungkin Aku tidak se sempurna kang kang pondok impianmu. Namun aku akan berusaha untuk memantaskan diri menjadi imam untuk kamu !"
" Will you marry me !"
Aku tersenyum kecut mengigat kembali kata manis kak Iqbal ketika berniat untuk mengkhitbahku .
" Ternyata cuma manis di bibir doang ... Dasar kadal !" cibirku wajahku terlihat mendung.
Aku memasukkan kotak itu dalam paper bag, karena melihat benda itu hanya akan membuat hati sakit.
Satu buah novel, satu buah kaos putih Sudah diatas meja. Dua benda itu belum di buka sama sekali. Dengan cepat Aku masukkan juga kedalam paper bag.
Semua pemberian darinya sudah Aku kumpulkan termasuk cincin pertunangannya dengan kak Iqbal.
*Itu yang terpenting* !
Aku duduk di atas kursi membuang nafas berat.
Ini adalah awal dari usahanya agar segera move on dengan kak Iqbal. Mengembalikan pemberian dari kak Iqbal adalah langkah pertama.
Aku mencoba buang nafas melalui mulut lalu menghirup udara segar melalui hidung. " Mari kita memulai hidup baru ! " ucapku semangat mengangkat tangan kanan dengan tangan mengepal.
Tadi malam Aku sudah mengirim pesan chat kepada kak Iqbal untuk bertemu dengannya di kafe yang sudah Aku putuskan .
Akhirnya sore ini Aku berjalan menuju dapur dimana bundanya berada.
" Bunda Gendis minta izin mau keluar ada urusan sebentar ," pamitku mencium punggung tangan bunda sedangan tangan kiri menenteng baperbag warna putih .
" Mau kemana sore begini ? " Aku hanya tersenyum simpul melihat Bunda mengerutkan dahi.
" Rahasia dong ... "selorohku dengan mengulum senyum. "cuma sebentar kok Bunn nggak aneh aneh," lanjutku begitu melihat wajah Bunda berubah khawatir.
Aku memasang wajah seimut mungkin . sore ini aku harus mendapatkan restu Bunda karena tidak bisa keluar tanpa restu ibu.
" Oke tapi harus bisa jaga diri ... pulang jangan mepet magrib ! Nanti ayah bisa marah Kalau pulang dari sawah lihat kamu nggak ada di rumah !"
Aku mengangguk senang.
" Nggeh Bunda ... Assalamu'alaikum..." ucapku sambil berlalu keluar rumah menuju garasi dimana mobil milik keluarga juga motor CB milik Cakra disana.
Tanganku hendak membuka pintu mobil namun langsung terperanjat begitu mendengar teriakan Cakra tepat di belakang.
" Hayo mau kemana !" Aku membalikkan badan langsung mengelus dada dengan mata melotot mendengar suara keras Cakra.
" Kamu kenapa sih ... suka banget bikin Aku kaget ," gerutuku menatap sebal Cakra.
"Aku anter Mbak !"ucap Cakra dengan wajah serius.
" Nggak mau Aku pengen sendiri. minggir ! " ucapku mendorong dada Cakra agar menyingkir dari hadapan.
" Minggir Dek ! Aku mau masuk !" ucapku bertambah kesal begitu melihat Cakra yang tidak berkutik masih diam di tempat bersedekap dada.
" Mbak nggak boleh nekat !"
"Ha ? maksudnya ?" Aku langsung mendongak menatap wajah Cakra berubah sendu.
" Mbak harus inget dosa ! jangan nekat bunuh diri ... itu dosa !"
Mulutku menganga, dengan kesal Aku memukul lengan Cakra. sungguh tidak menyangka Cakra berfikiran negatif tentang aku.
" Aduhh sakit kak .... "
"Kamu pikir Aku nggak tau hukum ! Aku masih waras. Awas minggir Aku mau masuk !"
" Aku kira mbak mau nekat mengakhiri hidup karena gagal nik.... " mulut Cakra ku tutup dengan telapak tangan hingga anak itu mingkem.
" Awas deh anak kecil nggak boleh kepo !"
dengan dorongan keras akhirnya tubuh jangkung itu hengkang dari hadapan. Namun Aku berdecak sebal ketika Cakra masuk dalam mobil duduk di kursi depan.
" Please Aku ikut ya ? " matanya menatapku penuh dengan harapan dengan memasang mata puppy eyes, berhasil membuatku menghela nafas tidak tega.
...****************...
" Kamu nggak usah turun . Di sini aja jagain mobil !"
pesanku sebelum keluar dari mobil .
Mood harus berubah menjadi buruk karena Cakra yang ngeyel mau ikut, Di tambah sebal mendengar ocehan Cakra yang tidak penting.
Kemana sih ini mbak kok lewat sini ?
Ketemu siapa sih ? bawa barang begituan ?
Aku ikut Masuk !
" Adek ...! sekarang kamu udah gede bukan anak TK yang harus ikut kemanapun kakak pergi !"
Akhirnya dari perdebatan dengan hasil terakhir Cakra menuruti kemauanku untuk tetap diam dalam mobil .
Dengan langkah penuh keyakinan Aku berdiri tegak dengan mata menatap bangunan lumayan luas di depanku.
Cafe mas DoeL ....
Bangunan berdiri kokoh dengan dinding kaca. Rumput Jepang di pinggir jalan menggambarkan begitu asri dan air mancur di halaman depan menambahkan kesan elegan. Di sinilah Aku akan menyelesaikan masalah.
Menurutku hubungan yang di mulai dengan baik, Maka harus diakhiri dengan baik.
Sebelum masuk kedalam aku mengambil nafas dalam dalam lalu menghembuskan pelan. Menghilangkan rasa tidak percaya diri tiba -tiba mengumpulkan keberanian untuk melangkah maju.
"Kamu pasti bisa Disss ! bismillah hirrahman nirrahim, " ucapku optimis sambil melangkahkan kaki ke depan.
pandanganku menatap sekeliling ruangan yang tidak banyak pengunjung. Dan mataku terfokus pada dua sosok yang sangat aku kenal.
Mengapa masih ada
sisa rasa di dada
disaat kau pergi begitu saja
mampukah ku bertahan
tanpa hadirmu sayang
Tuhan sampaikan rindu untuknya
Mahalini ; sisa rasa
Lagu yang sedang di putar mengiringi langkah menuju kenyataan. hati terasa di cubit juga ingin menangis.
Mampukah Aku ?
Karena jelas sekali dari jarak yang lumayan dekat mataku mampu melihat wajah dua sejoli duduk berdampingan .
kak Iqbal dan Angel
Seketika kakiku terasa lemas begitu kedua orang itu menatapku. Aku sempat berhenti sejenak untuk menetralisir perasaan yang tidak karuan marah campur, sedih .
Aku sudah tidak bisa berbalik badan karena mereka berdua sudah melihat kedatanganku. Ini sudah tekadku jauh jauh hari. Tidak boleh terlalu lama dalam kesedihan ! la tahzan innallah ha ma' ana !
Tanganku memegang kuat paper bag
rasa gugup memenuhi hati.
" Kita selesaikan sekarang. Semangat Dis kamu pasti bisa. Jangan lemah ! " batinku tersenyum untuk diri sendiri lalu melanjutkan langkahnya mengikis jarak mengantarkan pada kenyataan .
ingat ! nanti ndak boleh nangis !
Dia sudah milik orang lain batinku kembali menatap nanar pada dua sejoli .
" Maaf... " itulah pertama kali yang aku dengar setelah pesan minuman jus avocado kesukaan tiba di meja. Permintaan maaf itu keluar dari mulut Angel dengan posisi saling berhadapan.
Aku tersenyum miring menatap tajam Angel hanya menunduk tidak berani menatapku.
" kenapa minta maaf ? apa kamu melakukan kesalahan?" tanyaku sesantai mungkin. Ada perasaan marah sejujurnya dan kini aku tahan sekuat mungkin.
Ada juga perasaan penasaran bagaimana bisa teman dekatku menyukai sampai menikahi tunanganku ?
Aku diam menunggu angel menjawab. Tapi yang kulihat sekarang angel diam dengan wajah menunduk .
Aku bergantian menatap kak Iqbal. Apa dia akan memberikan penjelasan ? atau sesuatu kata membuatku terluka kembali?
Sejurus kemudian hati kembali perih ketika kak Iqbal berpaling muka saat mata kami saling bertemu seolah tidak pernah mengenal satu sama lain.
" Bertanyalah !sebelum Aku menjelaskan semuanya !"
nafasku tercekat mendengar perkataan kak Iqbal yang notabenenya seseorang yang ramah kini malah tiba-tiba berbicara datar. Dan terasa lebih sakit lagi karena kak Iqbal berbicara tanpa menatapku.
Apa aku harus bicara sekarang ? aku menghirup udara dengan mata terpejam lalu membuangnya.
" Apa alasan kakak membatalkan pertunangan kita ? hanya itu yang aku butuhkan. berikan penjelasan yang masuk akak, agar aku melepasmu dengan ikhlas !"
Aku harus kuat ! tidak boleh hancur untuk kedua kalinya, juga harus menerima kenyataan walaupun itu pahit .
" Qulilhaqqo walau kaana murron ... " sambungku masih menatap kak Iqbal di depanku tidak berani menatapku.
Bersambung ...
jangan lupa like komen dan vote 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
manusia
lanjut thor
2022-06-03
1