04. Hancurnya Harapan

POV Gendis

"Ada seseorang yang mempunyai perasaan sama kamu , Aku kira seseorang itu lebih pantas bersanding denganmu dis ..."

" Apa ?"

switt

Aku dan Malika langsung menoleh pada asal suara. Terpampang jelas lima bocil berdiri di lantai dua pondok putra.

Dari jarak lumayan dekat terlihat lima cowok bocil mengenakan Hem putih semua dan berpeci hitam. Memandang kami seraya melambaikan tangan mencari perhatian dengan wajah tengil.

Oi kakak berkerudung abu abu

Cantik imut kaya ulat bulu

Dapat salam dari ayah ibu

Kapan siap jadi menantu ...

Sontak kami tersenyum geli. Kelakuan lima kang pondok dengan berani bernyanyi, menggoda secara terang terangan membuat kami melupakan perbincangan tadi sempat menegangkan.

" Bikin elus - elus dada kelakuan mereka itu. Nggak tau kalau kita sudah tua, ledekan mereka udah nggak patut buat kita," ucapku geleng geleng kepala dengan kelakuan konyol mereka.

"Anak jaman sekarang memang beraninya rame rame. Coba kalau munfarid pasti hanya bisa menunduk malu saat lewat di depan kita."

Para bocil itu masih saja bernyanyi beberapa lagu dengan suara merdu maksudku merusak dunia khas dengan suara seperti petir.

Berselang beberapa menit muncul mobil hitam berhenti di depan gerbang. Kaca mobil terbuka hingga nampak wajah lelaki perpeci hitam menatap kami sambil melambaikan tangan dan tersenyum.

Itu Kang Daniel !

" Mau nginep di situ atau mau pulang ?" teriak Daniel berhasil membuat Malika cemberut . Aku tau malika sekarang dalam mode ngambek... lihatlah wajahnya sudah di tekuk tinggal tunggu bom itu meledak.

Dan benar juga Malika menyemburkan laharnya. " Mas ! Giman sih malah baru Dateng ! Aku sama gendis dari tadi udah nunggu Sampek bisulen ! kebiasaan deh suka telat !"ungkapnya berdiri di depan wajah Daniel.

" Ya Allah, Aku udah kasih tau, Mas ada acara kumpulan dulu dengan panitia."

" Tadi mas udah kirim pesan, tunggu di dalem pondok kalau di luar kepanasan." kang daniel tidak mau kalah.

Aku di belakang Malika hanya diam melihat perseteruan antara adik dan kakak.

" Ayo dis kita masuk." Malika menarik tanganku merasa kalah dalam adu bicara. Aku sempat tersenyum menoleh ke belakang melihat wajah para bocil yang langsung bubar jalan dengan wajah kecewa.

...----------------...

"*S*ubhanallah cantiknya calon istri kakak,"

Aku menahan senyum mendengar kata gombal kak Iqbal kala aku menyembul dari balik pintu.

Padahal kostum yang kupakai terlihat biasa. Krudung pasmina silver , baju tunik bawah lutut berwarna silver , lalu sarung koran berwarna hitam, dipadu dengan sepatu sneaker berwarna putih. Itu semua sudah menjadi stylishnya sejak dulu.

Ia bangkit dari kursi celingak-celinguk.

"Dimana camerku ? kok sepi ?"

" Mereka punya acara sendiri." Aku menunduk menahan malu. Lelaki berjaket Levis berwarna navy berdiri tepat di hadapanku ini terlihat santai dan cool. Selalu saja Aku salah tingkah jika di dekatnya. Dari sudut mataku dengan sangat jelas penampilannya tidak pernah berubah dari dulu masih sama, hanya rambutnya saja tambah panjang .

" Udah solat magrib, Kan ?" Aku terkejut dengan gugup mengangguk.

"Astagfirullah ... Ampunilah hamba mu ini sudah lancang menatap lelaki yang bukan mahram," gumamku dalam hati masih menundukkan kepalanya.

" Ayo kita berangkat sekarang, " ajakku cepat sebelum nanti terjadi yang tidak tidak.

"Mari tuan putri ... kita berjalan menuju istana. Baginda ratu sudah menunggu lama. "

Mataku mendelik ketika kak Iqbal sudah memegang tanganku lalu menariknya .

Kak Iqbal menatapnya penuh tanda tanya, namun lima detik kemudian kak Iqbal melepas genggamannya.

'" Maaf ... aku khilaf ," ucapnya kemudian meringis Aku hanya memutar bola.

" khilaf kok terus"

-

-

-

Malam setelah magrib kami berdua berjalan berdampingan menyebrang jalan. Hanya membutuhkan waktu lima menit kami sampai di depan rumah tunangannya.

Enak juga punya tunangan tetangga.

Rumah tunangan ku memang dekat.Tidak perlu mengendarai motor ataupun mobil, tinggal jalan langsung sampai.

Aku tersenyum ramah saat perempuan berumur setengah abad menyambut ku di ruang tamu.

" Assalamu'alaikum tante." Aku menunduk Salim. beliau menjawab salam lalu memberi pelukan erat dan hangat.

" Cah ayu ... tambah ayu sekarang. Gimana kabar kamu, Nduk ?" Beliau mengelus pipiku.

" Baik Tante,"

" Kalau bunda dan ayahmu Tante nggak mau tanya . Pastinya mereka bahagia punya putri Solehah ini. "

Aku tersenyum, tante Mirna memang sangat ramah karena beliau juga aku menerima tunangan dengan putra tunggalnya.

" Pah, lihatlah menantu kita udah datang"

Aku mengangguk begitu seseorang gagah berkarisma berdiri di hadapanku."Assalamualaikum om."

"Waalaikum salam gendis " om hardi menangkupkan kedua tangan seraya tersenyum raman.

Baru kali ini aku melihat om Hardi dengan jarak dekat ternyata kak Iqbal mewarisi wajah om Hardi ganteng, hidung mancung dan mata sendu.

Lalu kegiatan dinner berjalan lancar di ruang tamu. Mataku tidak pernah berpaling melihat Tante Mirna duduk di sampingku tak pernah sirna menebar senyum. Aku sudah menganggap Tante Mirna sebagai ibu ke dua setelah ibu kandungku.

" Nduk Tante pengen cepet-cepet kamu jadi menantu keluarga kami, "ucap Tante Mirna dengan tangan menyentuh lengannya.

" Kamu tau Tante nggak punya anak perempuan, besok setelah Iqbal selesai wisuda kamu harus jadi menantu Tante. Biar Tante nggak kesepian lagi ."

" Sabar dong ma ... mama jangan khawatir. Jari manis Ninis udah aku tali, dia nggak akan bisa lari dari Iqbal. Karena udah cinta mati sama Aku. "

" Mama cuma khawatir... mama nggak akan rela kalau wanita Solehah ini di rebut sama orang lain. "

" Insyaallah besok beberapa bulan lagi kita akan menikah ... Iya kan, Nis ? tunggu aku di wisuda, Yha !" Kak Iqbal menatapku sambil mengedipkan mata sebelah kanan terlihat genit.

Aku hanya mengangguk malu gugup juga bahagia mendengar percakapan mereka seakan tidak rela jika Aku menjadi milik orang lain .

"Nduk kamu tau nggak ? dulu Tante bercita cita punya putra yang ahli agama ... eh tapi setelah dia lulus SMA tanpa persetujuan Mama Dia daftar kuliah di Semarang.

Impian mama melihat putra tunggal ini ngajari ngaji anak kecil terpaksa harus sirna.Harapan Tante cuma kamu Ninis ... jangan kecewakan Tante,Yha ? Tante selalu berdoa semoga kalian cepat bersatu .... "

" Ma jangan khawatir sama kita. Secepatnya kami akan bersatu ."

" Mama tau gimana perjuangan aku mendapatkan Ninis. "

" Aku tidak akan melepaskan dia. Apalagi menyakiti hatinya tidak mungkin ! "

Aku merasa terharu dan beruntung mendapat calon suami seperti kak iqbal. Juga mendapat calon mertua yang sangat menginginkan kehadiranku. Senyum lebar terbit dari bibir ketika tidak sengaja melihat senyum lebar kak Iqbal.

Mata kami bertemu saling melempar senyum . lelaki di depanku berhasil menaklukkan hati, lelaki pertama dan terakhir berlabuh di hati. Semoga dan semoga tersemogakan.

Air mataku berhasil luruh membasahi pipinya. Aku menunduk menatap Al Qur'an terjemah berwarna pink di genggaman.

Sepertinya baru kemarin Aku bercakap ringan dengan bunda, bertemu dengan teman-teman , makan bersama keluarga kak Iqbal.

" Aku tidak akan melepaskan Ninis. Apa lagi menyakiti hatinya tidak mungkin !" Kenangan malam itu masih terngiang di pikiranku sulit dihilangkan.

Air mataku terus mrebes Mili kalimat kak Iqbal begitu nyata. Namun kenyataannya sekarang, itu semua tinggal kenangan...

kenangan pahit .

Kenapa kak Iqbal tega melakukan ini semua kepadaku ?

Dimana janjimu dulu kak ?

Apakah semua perkataan manismu hanya manis di bibir saja ?Apakah aku harus terima kepahitan darimu. Hatiku sakit menerima semua ini...

Aku bangkit dari kasur meletakkan Al Qur'an di atas meja dekat dengan jendela.

berdiri mematung di depan jendela yang terbuka lebar.

Air matanya menetes deras membasahi pipinya, lagi - lagi hatinya terasa sakit.

Aku mengatur nafas yang masih tersengal-sengal lalu mendongak menatap langit malam dari jendela, tidak ada bintang semua kosong, seperti hatinya, kosong !

Lalu pandangannya jatuh memperhatikan mobil yang berhenti di rumah, iya rumah kak Iqbal. Rumahnya.

Aku kenal sosok itu ! laki laki memakai kaos putih yang baru keluar dari mobil itu. Aku menggigit bibir mengigat jika kak Iqbal tidak ada hubungan lagi denganku. dadaku kembali terasa sesak.

Terlihat namun tidak bisa di gapai

Aku harus menelan kekecewaan melihat Sang lelaki di sebrang sana tidak menyadari keberadaan ku. Tidak menatapnya, melambaikan tangan, apalagi sapaan atau panggilan spesial seperti biasa.

kak Iqbal langsung masuk kedalam rumahnya tanpa menoleh ke arahku.

Apakah dia tidak merindukan Aku ?

Apa selama ini tidak ada rasa cinta , semua perhatian darimu itu palsu ?

" Sekarang kita orang asing, Kak Iqbal yang aku kenal sudah pergi, " gumamku menatap nanar rumah depannya Aku langsung menutupi wajah tubuhku lunglai berjongkok.

Aku kembali menangis dengan tanpa suara. Malam ini Aku merasakan betapa hancur dan rapuhnya jiwa dan ragaku.

" Ya Allah aku harap ini semu hanyalah mimpi ...."

Bersambung......

Terpopuler

Comments

myHope🍂

myHope🍂

still here Thor.

2022-07-12

1

lihat semua
Episodes
1 awal cerita
2 Bertemu teman
3 Acara Alumni
4 04. Hancurnya Harapan
5 05. Kecewa
6 06.Bangkit lagi
7 07. La Tahzan
8 08. Qulilhaqqo Walau Kaana Murron
9 09.Peryataan kak Iqbal
10 10. kemarahan Cakra
11 11. kebenaran 1
12 12. kebenaran 2
13 13. Bangkit Kembali
14 Dia !
15 awal dari cerita
16 Berziarah
17 Alisha
18 Menagislah !
19 Menatapnya dari kejauhan
20 Ta'aruf ?
21 Bimbang
22 Hujan oh hujan
23 masa lalu biarlah berlalu
24 khitbah ?
25 Qobiltu nikahaha
26 Kedatangan Malik
27 Karena Ulat Bulu
28 Ungkapan Tante Mirna
29 kejahilan Cakra
30 Pertemuan Dengan Angel
31 Peryataan Angel
32 Bahagia atau kecewa ?
33 Karena Semur Jengkol
34 Kebucinan Malik
35 Perhatian Sang Adik
36 Keputusan Akhir
37 Gendis dan Malik
38 Bapak
39 Menemui Malik
40 Perhatian Malik
41 Tulang Rusukku
42 melepaskan ?
43 Ku Peluk Dia
44 Salah Faham
45 Meminta Talak
46 Tanda kasih sayang
47 Sah satu kali lagi
48 Kehidupan yang baru
49 Kemarahan Malik
50 La taghdhob walakal Jannah !
51 Masa lalu part 1
52 Masa lalu part 2
53 Takdir cinta
54 Gagal lagi ?!
55 Mengalah
56 Belajar memahamimu
57 Jadilah Istri yang baik !
58 Menyesal
59 Kamu Menangis lagi
60 Mas nggak bisa tidur !
61 Jangan bicara sembarangan !
62 Drama hari Ahad
63 Suasana di Aula
64 Surprise
65 Diam itu selamat
66 Minder
67 Aktivitas dua sejoli...
68 Malam yang hangat
Episodes

Updated 68 Episodes

1
awal cerita
2
Bertemu teman
3
Acara Alumni
4
04. Hancurnya Harapan
5
05. Kecewa
6
06.Bangkit lagi
7
07. La Tahzan
8
08. Qulilhaqqo Walau Kaana Murron
9
09.Peryataan kak Iqbal
10
10. kemarahan Cakra
11
11. kebenaran 1
12
12. kebenaran 2
13
13. Bangkit Kembali
14
Dia !
15
awal dari cerita
16
Berziarah
17
Alisha
18
Menagislah !
19
Menatapnya dari kejauhan
20
Ta'aruf ?
21
Bimbang
22
Hujan oh hujan
23
masa lalu biarlah berlalu
24
khitbah ?
25
Qobiltu nikahaha
26
Kedatangan Malik
27
Karena Ulat Bulu
28
Ungkapan Tante Mirna
29
kejahilan Cakra
30
Pertemuan Dengan Angel
31
Peryataan Angel
32
Bahagia atau kecewa ?
33
Karena Semur Jengkol
34
Kebucinan Malik
35
Perhatian Sang Adik
36
Keputusan Akhir
37
Gendis dan Malik
38
Bapak
39
Menemui Malik
40
Perhatian Malik
41
Tulang Rusukku
42
melepaskan ?
43
Ku Peluk Dia
44
Salah Faham
45
Meminta Talak
46
Tanda kasih sayang
47
Sah satu kali lagi
48
Kehidupan yang baru
49
Kemarahan Malik
50
La taghdhob walakal Jannah !
51
Masa lalu part 1
52
Masa lalu part 2
53
Takdir cinta
54
Gagal lagi ?!
55
Mengalah
56
Belajar memahamimu
57
Jadilah Istri yang baik !
58
Menyesal
59
Kamu Menangis lagi
60
Mas nggak bisa tidur !
61
Jangan bicara sembarangan !
62
Drama hari Ahad
63
Suasana di Aula
64
Surprise
65
Diam itu selamat
66
Minder
67
Aktivitas dua sejoli...
68
Malam yang hangat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!