Gendis
Setelah acara ziarah hatiku lebih tenang, tidak terlalu fokus tentang kak Iqbal, tidak se sad kemarin. Mulai menata kembali aktivitas di rumah terutama mengatur ngaji kitab, membaca Al Qur'an, juga menerapkan kebiasaan seperti di pondok dulu.
Ternyata sulit - sulit mudah menata hidup baru di rumah. Seperti kebiasaan di pondok solat tahajud , untuk melakukan kembali di rumah sangatlah sulit, walaupun sudah di pasang alarm pasti ada aja yang bikin mata tetep merem susah melek karena alasan masih ngantuk.
Kini aku menjalani hidup seperti biasanya, namun hati ? Jangan ditanya ! saat ini kabar hati terasa sepi dan hambar seperti air putih, belum ada seseorang yang bertahta di dalam sini.
Tak pernah mengerti bagaimana takdir berjalan karena manusia hanya bisa berencana. Aku mencoba menikmati hidup dengan keikhlasan hati sesuai apa yang sudah di tetapkan atasku
Hari tidak terduga...
Malam itu setelah solat isya aku di kejutkan dengan kedatangan bude Luluk tinggal di sebelah rumahku alias tetanggaku yang terkenal cerewet dan kepo. Bude Luluk tidak sendirian namun bersama dua orang pria berbeda usia .
" nduk ... Sekarang kamu masih sendiri, kan ? bude ada kenalan menowo kamu cocok dengannya ? ucapnya menggenggam tanganku.
Dan perasaanku terasa tidak nyaman saat bude Luluk menyuruhku untuk mengeluarkan unjukan.
Aku merasa risih saat menerima tatapan yang entah seakan ingin menelanjangiku tatapan yang sangat tidak nyaman ! aku bertambah ilfill melihat senyum miring terbit dari lelaki berpakaian kaos hitam begitu aku meletakkan segelas teh hangat di depannya.
Namun Se benci apapun dengan keadaan tetap berusaha bertingkah sopan tersenyum ramah ketika lelaki mengenakan kemeja coklat seusia ayah tersenyum ramah padaku.
" Monggo unjukane ... " ucapku ramah lalu memundurkan langkah dengan menunduk tanpa menatap lelaki berumur sekitar 27 tahun yang masih menatapku tanpa berkedip.
Apa itu ? sepertinya tatapan mesyumm !
Dan Aku bertambah kesal ketika sampai di dapur dimana ada bunda juga bude Luluk berdiri menanti kedatanganku.
Bude Luluk yang terkenal menjadi Mak Jomblang menarik tanganku menuju kursi makan .
" Gimana menurutmu Nduk ? Dia anak pak lurah lho. Suka nggak ?! " tanyanya menggebu - ngebu.
Aku menatap Bunda yang berwajah lesu berdiri disampingku. Meminta tolong untuk memberi pengertian kepada bude luluk yang masih nerocos seperti sepur.
Aku ingin bude Luluk mengerti dengan keadaanku sekarang. Aku maksud dengan tujuan bude Luluk dan saat ini aku belum siapb menerima siapapun !
Alhamdulillah Bunda mencoba meraih tangan Bude Luluk berjalan melewati meja makan menjauh dariku.
" Tunggu mbak yu ... ayo duduk dulu, " bunda menuntun bude Luluk berjalan menuju ruang makan lalu duduk di kursi sebrang.
" Begini .... " dengan sabar bunda menjelaskan kepada bude Luluk hingga bude Luluk mengerti mengangguk lalu berkata " Oalah.. aku kira ... Yo wes nek ngono !"
Aku yang duduk di kursi paling pojok hanya mendengar sedikit... tapi tidak bermaksud untuk menguping !
Aku menghindar dari sosok dua tamu di luar . jujur suasana di luar mengingatkan Aku pada kenangan dulu. Saat kak Iqbal berkunjung kerumah bersama Ayahnya dengan niat ingin melamar.
Pemandangan di ruang tamu sekarang masih membuat hati terasa sakit kembali.
muncul perasaan takut untuk memulai hubungan baru.
"Aku masih butuh waktu untuk menata hati, sebelum memulai hubungan yang baru," ungkapku saat kemarin Bunda bertanya tentang pernikahan.
Hati itu bagaikan kaca jika pecah atau retak akan sulit untuk disatukan kembali, Jika bersatu kembali pastinya tidak akan sempurna seperti awal lagi.
Aku hanya butuh waktu untuk sendiri sekarang. Pasti akan membuka hati jika sudah tak sakit lagi.
Setelah kepergian tamu dan juga Tante Luluk Aku bernafas lega. Dan hari hari selanjutnya terasa lebih tenang .
Kehidupanku terusik kembali.
Seminggu kemudian, malam yang tidak terduga saat semua keluarga berkumpul di ruang tengah di kejutkan dengan kedatangan sosok ...
" Assalamualaikum cipret ... Sugeng Dalu " wajah Daniel nongol berjarak sekitar dua langkah dariku dengan senyum lebar.
" Bang ... kenapa kesini nggak ngabarin dulu ? Jelas aku terkejut juga senang tumben sekali Bang Daniel berkunjung tanpa di undang.
Aku melemparkan pandangan. " Malika nggak ikut ?"tanyaku ketika tidak menemukan sosok gadis periang Malika.
" Nggak Aku kesini dengan temanku. Ini dia temanku .... " Aku mengernyit dahi begitu bang Daniel menggeser posisi ke kanan hingga terlihat sosok lelaki berdiri tegak yang begitu familiar.
Mengenakan kemeja Levis sarung BHS dan kopyah hitam ... Pak Malik ?
"Assalamualaikum pakde, " sapaan riang Daniel begitu Aku persilahkan masuk ke rumah berjalan menuju ruang tengah .
Dan betapa bahagianya bunda saat mendengar suara Mas Daniel terlampau bersemangat. Aku penasaran, kenapa malem - malem mendadak kesini ? dengan pak Malik lagi ?!
Karena di rumah tidak ada persediaan hidangan untuk tamu terpaksa harus keluar rumah bersama Cakra malam malam membiarkan angin menusuk tubuh untuk membeli lawuh di warung mbak tata terletak di pinggir tempat voli masih dalam kawasan tempat tinggal ku.
Warung mbak Tata yang mempunyai ukuran lumayan besar sudah menjadi pelanggan dan tempat tongkrongan anak remaja . Cocok bagi orang yang malas untuk masak ataupun kepepet seperti posisiku saat ini.
Aku melihat di lapangan masih ada pertandingan voli hingga lumayan ramai penonton. Aku mempercepat langkah langsung menunjukkan lawuh yang Aku membeli terik tahu, opor ayam , tumis tongkol juga gorengan masih panas sudah menjadi langganan keluarga.
" Tumben dis, malem begini beli lawuh banyak ? buat tamu ya ? "
Aku mengangguk sembari memberi uang satu lembar merah. " Iya mbak ada tamu dadakan," jawabku seraya tersenyum.
" Makasih mbak Aku pamit dulu, assalamualaikum," Aku menerima uang kembalian langsung naik di atas motor menunduk malu karena di warung mbak tata banyak orang yang sedang menonton voli menatapku.
Aku mencoba memasang wajah ramah Apalagi saat temanku saat SD yaitu Yusuf melambaikan tangan seraya tersenyum menggoda duduk di atas motor ikut menyaksikan pertandingan voli. " Mari yusss! " sapaku kepadanya sedikit kikuk karena sudah lama tidak berjumpa.
Yusuf tersenyum mengangguk. " Beli lawuh dis ?"
Aku mengangguk. " Aku duluan yuss. "
" iya silahkan."
" Dek ayo ," ucapku menjawil lengan Cakra yang sedang fokus menyaksikan pertandingan.
"Kakak di suruh Ayah bawa minuman ini keluar !" ucap bisik bunda begitu selesai menata makanan di meja makan.
Aku meringis " Malu bun. "
" Iya... tapi tadi Ayah bilang sama bunda kakak di suruh... "
" Tapi Bun gendis malu, kenapa nggak Cakra aja ?" potongku cepat menatap nampan berisi tiga gelas kopi yang masih mengepul. Kenapa harus Aku ?
" Nggak papa cuma bawa minuman ini keluar saja. " ucap bunda tangannya masih memegang nampan.
Aku terpaksa menerima nampan berwarna merah itu, lalu berjalan sembari menarik nafas dalam-dalam untuk menghilangkan gugup yang tiba tiba melanda .
Ketika korden di buka bunda mataku langsung melihat sosok Pak Malik duduk sembari mengangguk kepala bercengkrama dengan Ayah.
Jantung tiba tiba terasa panas ketika mataku bersibobok dengan mata tajam itu . Secepat mungkin Aku mengalihkan pandangan dengan
menundukkan wajahnya.
" Kak Dia ustadz kamu ?"tanya ayah setelah meletakkan minuman di atas meja tepat di depan Malik dengan masih berjongkok. Terpaksa menunda melangkahkan kaki mengangkat wajah menatap Ayah.
" Iya yah. Dulu waktu gendis kelas empat, Pak Malik jadi ustadz Gendis ."
" Berarti sudah kenal ? " tanya ayah menatapku dengan tatapan menyelidik.
Aku hanya tersenyum lalu mengangguk.
Ada apa gerangan Ayah tiba tiba kepo dengan pak Malik ? dari sudut mataku terlihat Daniel menahan senyum. Sedangkan pak Malik Aku tidak mampu menatap atau melihatnya.
Aku masih menunggu apabila bapak masih ingin bertanya, tapi beliau sedang sibuk dengan lintingan.
Aku mengundurkan diri Karena dirinya tidak ada kepentingan.
Karena urusan selesai Aku langsung masuk kedalam kamar mengambil air wudhu dan langsung menuju rak buku mengambil satu buah novel untuk penghantar tidur juga mushaf berwarna biru .
Naik keatas tempat tidur dengan mengenakan kerudung instan berwarna hitam, lalu melantunkan ayat-ayat Allah membuka juz 29 membaca surah Al Mulk di lanjut dengan surah Ad dukhan dan as sajadah. Yang sudah menjadi kebiasaan di baca hendak tidur.
Selesai membaca Al Qur'an begitu ingin meraih buku novel mahkota sang ratu karya Elbiee El Haq, ponsel di atas meja bergetar tanda masuk panggilan.
kang Daniel.
Kenapa Mas Daniel menghubungiku ? tanya dalam hati.
Secepat mungkin mengangkat panggilan itu langsung terdengar suara lirih dari Daniel
Kamu dimana pret ?
*A_a*ku di kamar mas, ada apa ?
Kok nggak kelihatan dari tadi ? kamu kesini aku mau pamit pulang ! "
Mas aku udah mau tidur nih
Sebentar saja lah pret !
Aku berdecak kesal mengapa selalu memaksa sih bang Daniel ini ?
" Cepetan!"
" Iya sabar dong ! " sergahku dengan malas turun dari ranjang.
Sesampai di depan rumah terlihat kedua orang tuaku, Mas Daniel berdiri dihalaman rumah dengan tangan menenteng helm hitam.
" Udah nih ."
Daniel mengulurkan tangan begitu aku sampai di hadapannya. "Salim dulu lah pret "
" Namaku gendis bukan pret, " ucapku setengah dongkol namun tetap mencium tangan bang Daniel karena sudah terbiasa dari kecil.
Aku sedikit merasa kesal dengan bang Daniel karena dari dulu hingga sekarang selalu memanggilku cipret padahal nama sudah bagus Gendis Khalisha Adnan dari mana mengambil kata cipret ?
" Cipret lebih bagus pendek dan mungil kaya kamu," ucap Daniel diakhiri dengan senyum menggoda.
" Ihh resek banget." reflek aku mencubit perut Daniel.
" Aduh sakit pret. " dia memegang perut mengaduh kesakitan. Aku tersenyum bahagia.
" Makanya Jangan panggil cipret mau Aku jotos ! ini rasain nih, " cubitan diskon jatuh pada lengan Daniel.
" Wah pakde ini anakmu ganas kaya kucing garong ."
" Huuu tukang ngadu ! " Aku bertingkah seperti anak kecil berusaha mencubit badan Daniel yang berusaha ditutup dengan tanganya.
aku tersenyum menang karena Ayah hanya diam sambil mengulum senyum.
" Udah jangan berantem ! Kasin itu Malik dari tadi nunggu kamu! " Aku langsung diam mendengar ucapan bapak . Langsung merona melihat pak Malik berdiri di belakangku.
Aku langsung kembali pada mode malu malu kucing. Menggerutuki diri sendiri, kenapa tidak menyadari bahwa semua kelakuannya di saksikan oleh Malik dengan geleng-geleng kepala.
"Ini lho pak lek cipret selalu buat ulah dulu . " Tangan Bang Daniel mencoel pipiku gemas. Aku tidak bisa berulah, namun mata langsung melototi Daniel malah tersenyum meringis.
...****************...
Sebenarnya Aku tidak pernah perduli tentang siapa tamu ayah namun kedatangan mas daniel juga pak Malik ?
Aku sedikit kepo !
" Menurut kakak Malik seperti apa ? "
pertanyaan langka dari Ayah seusai sarapan pagi yang kini sedang berkumpul di ruang tengah;tidak bisa kujawab karena jujur aku memang tidak mengenal dengan Malik.
" Kakak udah tau kenapa Malik itu datang kesini ? " Aku menggeleng.
ayah yang duduk di sampingku menggeser posisi hingga jarakku dan Ayah menjadi dekat.
Ayah menghembuskan nafas panjang, seraya menatapku dengan Serius, membuatku sulit menelan ludah tidak nyaman apalagi saat kedua tangan Ayah memegang kedua bahuku.
" Begini. Ayah juga nggak bisa mengambil keputusan sendirian, sedangkan kakak juga berhak tau ... "
Ayah sengaja tidak meneruskan perkataannya malah menatapku dengan tatapan sendu.
Suasana ruang tamu mendadak menjadi hening tambah bunda dan Cakra juga diam tanpa duduk mendengar penuturan Ayah yang terlihat serius kali ini.
Dan aku mulai merasa tidak nyaman dengan tatapan Ayah, kenapa Ayah menatapku seperti itu? ada masalah ? perasaanya sekarang otw tidak baik baik saja.
" Lelaki itu ingin ta'aruf dengan kakak. "
Jantung langsung berdetak kencang dan hati terasa hancur lebur.
Apa? ta'aruf. Dengan pria asing itu ?
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments