Gendis
Kepalaku di atas pangkuan Bunda. Sekelebat bayangan sosok kak Iqbal sedang tersenyum lebar memenuhi pikiran. Seketika perasaan sedih dan ingin menangis menguasai ku kembali.
ku pejamkan mata berusaha mengenyahkan sosok menyakitkan itu. Fokus pada elusan di kepala untuk Kedua kalinya dalam satu hari ini. Dalam sejenak mampu melupakan beban di pikiran.
"Kakak ingat tidak dengan mbak Tias putri om Raka ?" Mataku terbuka berfikir mbak Tias, sejurus kemudian Aku Teringat mbak Tias yang merupakan putri kakak dari Ayah.
" Mbak Tias istrinya mas Yasa ? yang kemarin baru punya dedek bayi ?" ucapku mengigat kejadian satu bulan lalu, menjenguk mbak Tias yang baru saja melahirkan.
Aku tersenyum mengigat moment bagaimana saat insiden di ompoli bayi mungil yang pada saat itu berada di atas pangkuanku.
" Betul, nama bayinya Dijha ..."
" Dulu mbak Tias sebelum menikah sama mas Yasa. Mbak Tias pernah gagal nikah "
Aku terkejut mendongak menatap Bunda.
" Beneran Bunn ? " rasa penasaran menggelayuti hatiku ketika Bunda mengangguk sebagai jawaban.
Aku membalikkan badan menatap langsung wajah bunda dari bawah.
" Mbak Tias yang sumringah , sempurna dan sekarang terlihat bahagia pernah gagal menikah ?Gimana bisa ?" tanyaku belum bisa percaya dengan pernyataan bunda.
Namun bunda tidak perduli dengan respon dariku. Tangannya masih terus mengelus rambutku.
" Saat itu keluarga om Raka sempat bingung karena pernikahan kurang dua hari. Ehh malah calon suami mbak Tias kecelakaan dan meninggal dunia di TKP. Bunda sempat denger dari Tante Alia kalau mbak Tias sempat ngedrop sampai masuk rumah sakit .Dan terpaksa pernikahan itu gagal,"
" Kasihan banget mbak Tias bunn." Tiba tiba hatiku berubah menjadi sedih mendengar kisah mbak Tias.
Pasti akan sangat menyakitkan di tinggal pergi orang yang di cintai.
Bunda mengangguk setuju dengan pendapatku. Mata bunda menatap jendela kamarku.
" Heem... mbak Tias sempat terpuruk saat itu. Menjadi lebih suka menyendiri, jarang berinteraksi dengan orang lain dan jarang makan sampai masuk rumah sakit lagi. Diagnosa dokter kekurangan cairan dan mempunyai riwayat sakit asam lambung," suaranya terdengar bergetar.
" Kasihan mereka yha Bun ? Apa mbak Tias merasa kehilangan tujuan hidup juga ?"
Apakah sebegitu hancurnya gagal dalam hubungan seperti aku sekarang, Aku juga merasa sulit untuk kembali bangkit, yang ada hanya perasaan sedih dan putus asa.
Aku sangat tau bagaimana di posisi mbak Tias saat itu. Merasa kehilangan semangat dan tujuan hidup.
pasti sangat tersiksa...
"Mbak Tias pernah mengalami keterpurukan .. tapi itu tidak bertahan lama, " ujar Bunda dengan seulas senyum menatapku.
" kok bisa Bun ? gimana caranya?" ucapku cepat, reflek bangkit, duduk tegak menghadap bunda. Penasaran sekaligus tidak sabar mendengarkan jawaban bunda selanjutnya.
Bunda menggapai tanganku, mengelus dengan lembut. "Karena di hati mbak Tias ada niatan dan usaha untuk bangkit kembali, lalu tidak lama mas Yasa datang melamar."
Aku langsung menunduk dengan pikiran berkecamuk. Apakah Aku berbeda dengan mbak Tias? selama ini Aku merasa hidupku paling menyedihkan.
Namun mendengar kisah mbak Tias jauh lebih mengenaskan. Sedangkan Aku ? hanya gagal tunangan belum gagal menikah.
Apakah Aku terlalu lebay ?
" Kak ..." Tangan Bunda menyentuh mengangkat daguku.
" Jodoh itu rahasia Allah. Tidak mudah kita mencapai pernikahan. Kita harus berjalan dengan luka liku kehidupan. Ada yang calonya meninggal di waktu dekat pernikahan . Ada juga salah satu pihak yang tiba tiba membatalkan saat undangan sudah menyebar."
Hatiku terasa di tusuk jarum mendengar kalimat terakhir Bunda. Mirip dengan nasibku sekarang.
" Ada juga sampai pernikahan namun di antara dua pihak tidak ada rasa , itulah ujian yang bisa menimpa sekonyong-konyongnya. Keyakinan kepada Allah dan takdirnya menjadi penguat langkah untuk menghadapi segala musibah yang datang. "
Tangisanku tumpah. Aku baru sadar selama ini terlalu fokus dalam kesedihan menyalahkan takdir seakan tidak adil kepadanya. Hingga sampai lupa jika semua berjalan sesuai dengan ketentuan dan ketetapan Allah.
Aku lupa jika sabar dan ridho dalam usaha dan doa adalah kunci kekuatannya.
" Maafin Gendis Bunda ... " Kupeluk tubuh Bunda yang kini mendekapnya erat. Bunda ikut menangis, aku merasa sangat bersalah karena selama ini berfikir dangkal.
" Terima kasih Bun ... udah ngingetin Gendis... " tanganku menghapus basah di pipi tersenyum, sangat bersyukur bunda mengingatkan dan membuatku sadar untuk bangkit kembali. Bunda mengusap pipiku sayang.
"La tahzan ... kakak nggak boleh sedih lagi ! Yakinlah ... Allah tidak pernah mencabut sesuatu dari engkau kecuali menggantinya dengan yang lebih baik."
...****************...
Aku melangkah maju menuju halaman depan. Aku tersenyum melihat bunga mawar merah dan putih di samping rumah terlihat segar. Bunga dan daunnya masih basah dibasahi embun pagi hari.
Sudah berapa lama Aku tidak melihat dunia luar ? pikiranku, Aku tidak tahu. Setelah kejadian kemarin benar - benar tidak perduli dengan dunia sekitar terlalu khusyuk dengan kesedihan.
Aku menghirup udara segar. Ahh sehatnya... udah lama tidak menghirup udara luar. Terlalu lama di dalam kamar hingga sekarang warna kulit menjadi putih pucat karena sudah lama tidak terkena sinar matahari.
Jika bukan karena teguran Bunda kemarin, mungkin lama - lama akan seperti Rapunzel.
Biarkanlah !
Yang terpenting sekarang berjalan maju,
sudah bangkit menjemput masa depan. Dan jangan pernah menoleh ke arah belakang. Masa lalu biarlah jadi sebuah kenangan.
Kututupi wajah dengan tangan cepat, mataku menyipit membiasakan cahaya matahari berhasil masuk ke dalam mata .
" How are you sun ...?"
Aku langsung menoleh ke kiri, dimana ada Cakra berdiri dengan tangan di masukkan dalam saku celana, Cakra mendongak menatap matahari.
" Bagaimana dengan wajahnya sekarang? Apakah Dia sudah menjadi orang sakti ? Kau harus tau sun. Dia sudah bersemedi di dalam kamar selama satu Minggu namun lihatlah wajahnya sekarang ... ? ujar Cakra lalu menoleh menatapku .
Aku mengernyit heran bingung dan melihat sekitar.
Tidak ada orang lain disini, dengan siapa dia berbicara ?
Cakra menatap dirinya. " Lihatlah wajahnya sekarang ? Tidak berubah menjadi kuat malah seperti mayit berwajah pucat. Karena jarang terkena sinar matahari," keluh Cakra menatap iba padaku.
Aku baru mudeng membulatkan mata.
Apakah sekarang Cakra menghinanya ?
Tanganku langsung mencubit perut Cakra lalu berkata dengan keras.
" Dasar Adek laknat ! "
Aku tersenyum keras ketika Cakra mengaduh sakit. Tidak ada raut wajah marah seperti hari kemarin dalam diri Cakra. Yang Aku lihat hanya wajah melas setengah tertawa. Cakra memintanya untuk berhenti mencubit perutnya.
" Mbak ! berhenti mbak sakit !" Aku tidak perduli terus mencubit bagian lain dari tubuh Cakra.
Tangan
Lengan
Telinga
Aku tertawa lepas melihat adik terlihat menderita.
" Bunda mbak nakal !" teriak Cakra lalu berlari masuk ke dalam rumah setelah lolos dari cubitanku.
" Woy jangan lari dek ! Kakak belum berikan kamu cubitan diskon, " ucapku menahan senyum mengejar Cakra dengan setengah berlari.
Tadi malam hatiku bergerak terbangun pada jam 01:00. Mengelar sajadah bersujud kepadanya. Menyerahkan semua urusan kepada sang Kholik. Meminta agar di beri kemudahan atas segala urusannya.
Aku bermunajat kepada Allah membaca ayat terakhir surat Al Baqarah sebanyak tiga kali sebagai penutup.
" La yukallifullahu nafsan Illa wus'aha ... "
tubuhku langsung bergetar, air mata jatuh deras membasahi mushaf. Meresapi setiap makna dari Kalamullah.
Allah tidak akan membebani hambanya melainkan kesanggupannya...
Betapa kuatnya Kalamullah mampu membuatku tenang. Mengeluarkan dirinya dari kegelapan. Seakan beban hilang dari hatinya .
Bersamaan sekelebat ingat ucapan ustadz Malik dulu muncul.
Ingatlah kalian bahwa Al Qur'an sebagai Sifa obat seluruh Alam juga petunjuk saat dalam kesulitan ...
Bersambung
jangan lupa like komen dan vote nya 😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Ratih Wulandari
seru Thor lanjut
2022-06-02
1