07. La Tahzan

Gendis

Kepalaku di atas pangkuan Bunda. Sekelebat bayangan sosok kak Iqbal sedang tersenyum lebar memenuhi pikiran. Seketika perasaan sedih dan ingin menangis menguasai ku kembali.

ku pejamkan mata berusaha mengenyahkan sosok menyakitkan itu. Fokus pada elusan di kepala untuk Kedua kalinya dalam satu hari ini. Dalam sejenak mampu melupakan beban di pikiran.

"Kakak ingat tidak dengan mbak Tias putri om Raka ?" Mataku terbuka berfikir mbak Tias, sejurus kemudian Aku Teringat mbak Tias yang merupakan putri kakak dari Ayah.

" Mbak Tias istrinya mas Yasa ? yang kemarin baru punya dedek bayi ?" ucapku mengigat kejadian satu bulan lalu, menjenguk mbak Tias yang baru saja melahirkan.

Aku tersenyum mengigat moment bagaimana saat insiden di ompoli bayi mungil yang pada saat itu berada di atas pangkuanku.

" Betul, nama bayinya Dijha ..."

" Dulu mbak Tias sebelum menikah sama mas Yasa. Mbak Tias pernah gagal nikah "

Aku terkejut mendongak menatap Bunda.

" Beneran Bunn ? " rasa penasaran menggelayuti hatiku ketika Bunda mengangguk sebagai jawaban.

Aku membalikkan badan menatap langsung wajah bunda dari bawah.

" Mbak Tias yang sumringah , sempurna dan sekarang terlihat bahagia pernah gagal menikah ?Gimana bisa ?" tanyaku belum bisa percaya dengan pernyataan bunda.

Namun bunda tidak perduli dengan respon dariku. Tangannya masih terus mengelus rambutku.

" Saat itu keluarga om Raka sempat bingung karena pernikahan kurang dua hari. Ehh malah calon suami mbak Tias kecelakaan dan meninggal dunia di TKP. Bunda sempat denger dari Tante Alia kalau mbak Tias sempat ngedrop sampai masuk rumah sakit .Dan terpaksa pernikahan itu gagal,"

" Kasihan banget mbak Tias bunn." Tiba tiba hatiku berubah menjadi sedih mendengar kisah mbak Tias.

Pasti akan sangat menyakitkan di tinggal pergi orang yang di cintai.

Bunda mengangguk setuju dengan pendapatku. Mata bunda menatap jendela kamarku.

" Heem... mbak Tias sempat terpuruk saat itu. Menjadi lebih suka menyendiri, jarang berinteraksi dengan orang lain dan jarang makan sampai masuk rumah sakit lagi. Diagnosa dokter kekurangan cairan dan mempunyai riwayat sakit asam lambung," suaranya terdengar bergetar.

" Kasihan mereka yha Bun ? Apa mbak Tias merasa kehilangan tujuan hidup juga ?"

Apakah sebegitu hancurnya gagal dalam hubungan seperti aku sekarang, Aku juga merasa sulit untuk kembali bangkit, yang ada hanya perasaan sedih dan putus asa.

Aku sangat tau bagaimana di posisi mbak Tias saat itu. Merasa kehilangan semangat dan tujuan hidup.

pasti sangat tersiksa...

"Mbak Tias pernah mengalami keterpurukan .. tapi itu tidak bertahan lama, " ujar Bunda dengan seulas senyum menatapku.

" kok bisa Bun ? gimana caranya?" ucapku cepat, reflek bangkit, duduk tegak menghadap bunda. Penasaran sekaligus tidak sabar mendengarkan jawaban bunda selanjutnya.

Bunda menggapai tanganku, mengelus dengan lembut. "Karena di hati mbak Tias ada niatan dan usaha untuk bangkit kembali, lalu tidak lama mas Yasa datang melamar."

Aku langsung menunduk dengan pikiran berkecamuk. Apakah Aku berbeda dengan mbak Tias? selama ini Aku merasa hidupku paling menyedihkan.

Namun mendengar kisah mbak Tias jauh lebih mengenaskan. Sedangkan Aku ? hanya gagal tunangan belum gagal menikah.

Apakah Aku terlalu lebay ?

" Kak ..." Tangan Bunda menyentuh mengangkat daguku.

" Jodoh itu rahasia Allah. Tidak mudah kita mencapai pernikahan. Kita harus berjalan dengan luka liku kehidupan. Ada yang calonya meninggal di waktu dekat pernikahan . Ada juga salah satu pihak yang tiba tiba membatalkan saat undangan sudah menyebar."

Hatiku terasa di tusuk jarum mendengar kalimat terakhir Bunda. Mirip dengan nasibku sekarang.

" Ada juga sampai pernikahan namun di antara dua pihak tidak ada rasa , itulah ujian yang bisa menimpa sekonyong-konyongnya. Keyakinan kepada Allah dan takdirnya menjadi penguat langkah untuk menghadapi segala musibah yang datang. "

Tangisanku tumpah. Aku baru sadar selama ini terlalu fokus dalam kesedihan menyalahkan takdir seakan tidak adil kepadanya. Hingga sampai lupa jika semua berjalan sesuai dengan ketentuan dan ketetapan Allah.

Aku lupa jika sabar dan ridho dalam usaha dan doa adalah kunci kekuatannya.

" Maafin Gendis Bunda ... " Kupeluk tubuh Bunda yang kini mendekapnya erat. Bunda ikut menangis, aku merasa sangat bersalah karena selama ini berfikir dangkal.

" Terima kasih Bun ... udah ngingetin Gendis... " tanganku menghapus basah di pipi tersenyum, sangat bersyukur bunda mengingatkan dan membuatku sadar untuk bangkit kembali. Bunda mengusap pipiku sayang.

"La tahzan ... kakak nggak boleh sedih lagi ! Yakinlah ... Allah tidak pernah mencabut sesuatu dari engkau kecuali menggantinya dengan yang lebih baik."

...****************...

Aku melangkah maju menuju halaman depan. Aku tersenyum melihat bunga mawar merah dan putih di samping rumah terlihat segar. Bunga dan daunnya masih basah dibasahi embun pagi hari.

Sudah berapa lama Aku tidak melihat dunia luar ? pikiranku, Aku tidak tahu. Setelah kejadian kemarin benar - benar tidak perduli dengan dunia sekitar terlalu khusyuk dengan kesedihan.

Aku menghirup udara segar. Ahh sehatnya... udah lama tidak menghirup udara luar. Terlalu lama di dalam kamar hingga sekarang warna kulit menjadi putih pucat karena sudah lama tidak terkena sinar matahari.

Jika bukan karena teguran Bunda kemarin, mungkin lama - lama akan seperti Rapunzel.

Biarkanlah !

Yang terpenting sekarang berjalan maju,

sudah bangkit menjemput masa depan. Dan jangan pernah menoleh ke arah belakang. Masa lalu biarlah jadi sebuah kenangan.

Kututupi wajah dengan tangan cepat, mataku menyipit membiasakan cahaya matahari berhasil masuk ke dalam mata .

" How are you sun ...?"

Aku langsung menoleh ke kiri, dimana ada Cakra berdiri dengan tangan di masukkan dalam saku celana, Cakra mendongak menatap matahari.

" Bagaimana dengan wajahnya sekarang? Apakah Dia sudah menjadi orang sakti ? Kau harus tau sun. Dia sudah bersemedi di dalam kamar selama satu Minggu namun lihatlah wajahnya sekarang ... ? ujar Cakra lalu menoleh menatapku .

Aku mengernyit heran bingung dan melihat sekitar.

Tidak ada orang lain disini, dengan siapa dia berbicara ?

Cakra menatap dirinya. " Lihatlah wajahnya sekarang ? Tidak berubah menjadi kuat malah seperti mayit berwajah pucat. Karena jarang terkena sinar matahari," keluh Cakra menatap iba padaku.

Aku baru mudeng membulatkan mata.

Apakah sekarang Cakra menghinanya ?

Tanganku langsung mencubit perut Cakra lalu berkata dengan keras.

" Dasar Adek laknat ! "

Aku tersenyum keras ketika Cakra mengaduh sakit. Tidak ada raut wajah marah seperti hari kemarin dalam diri Cakra. Yang Aku lihat hanya wajah melas setengah tertawa. Cakra memintanya untuk berhenti mencubit perutnya.

" Mbak ! berhenti mbak sakit !" Aku tidak perduli terus mencubit bagian lain dari tubuh Cakra.

Tangan

Lengan

Telinga

Aku tertawa lepas melihat adik terlihat menderita.

" Bunda mbak nakal !" teriak Cakra lalu berlari masuk ke dalam rumah setelah lolos dari cubitanku.

" Woy jangan lari dek ! Kakak belum berikan kamu cubitan diskon, " ucapku menahan senyum mengejar Cakra dengan setengah berlari.

Tadi malam hatiku bergerak terbangun pada jam 01:00. Mengelar sajadah bersujud kepadanya. Menyerahkan semua urusan kepada sang Kholik. Meminta agar di beri kemudahan atas segala urusannya.

Aku bermunajat kepada Allah membaca ayat terakhir surat Al Baqarah sebanyak tiga kali sebagai penutup.

" La yukallifullahu nafsan Illa wus'aha ... "

tubuhku langsung bergetar, air mata jatuh deras membasahi mushaf. Meresapi setiap makna dari Kalamullah.

Allah tidak akan membebani hambanya melainkan kesanggupannya...

Betapa kuatnya Kalamullah mampu membuatku tenang. Mengeluarkan dirinya dari kegelapan. Seakan beban hilang dari hatinya .

Bersamaan sekelebat ingat ucapan ustadz Malik dulu muncul.

Ingatlah kalian bahwa Al Qur'an sebagai Sifa obat seluruh Alam juga petunjuk saat dalam kesulitan ...

Bersambung

jangan lupa like komen dan vote nya 😘😘😘😘

Terpopuler

Comments

Ratih Wulandari

Ratih Wulandari

seru Thor lanjut

2022-06-02

1

lihat semua
Episodes
1 awal cerita
2 Bertemu teman
3 Acara Alumni
4 04. Hancurnya Harapan
5 05. Kecewa
6 06.Bangkit lagi
7 07. La Tahzan
8 08. Qulilhaqqo Walau Kaana Murron
9 09.Peryataan kak Iqbal
10 10. kemarahan Cakra
11 11. kebenaran 1
12 12. kebenaran 2
13 13. Bangkit Kembali
14 Dia !
15 awal dari cerita
16 Berziarah
17 Alisha
18 Menagislah !
19 Menatapnya dari kejauhan
20 Ta'aruf ?
21 Bimbang
22 Hujan oh hujan
23 masa lalu biarlah berlalu
24 khitbah ?
25 Qobiltu nikahaha
26 Kedatangan Malik
27 Karena Ulat Bulu
28 Ungkapan Tante Mirna
29 kejahilan Cakra
30 Pertemuan Dengan Angel
31 Peryataan Angel
32 Bahagia atau kecewa ?
33 Karena Semur Jengkol
34 Kebucinan Malik
35 Perhatian Sang Adik
36 Keputusan Akhir
37 Gendis dan Malik
38 Bapak
39 Menemui Malik
40 Perhatian Malik
41 Tulang Rusukku
42 melepaskan ?
43 Ku Peluk Dia
44 Salah Faham
45 Meminta Talak
46 Tanda kasih sayang
47 Sah satu kali lagi
48 Kehidupan yang baru
49 Kemarahan Malik
50 La taghdhob walakal Jannah !
51 Masa lalu part 1
52 Masa lalu part 2
53 Takdir cinta
54 Gagal lagi ?!
55 Mengalah
56 Belajar memahamimu
57 Jadilah Istri yang baik !
58 Menyesal
59 Kamu Menangis lagi
60 Mas nggak bisa tidur !
61 Jangan bicara sembarangan !
62 Drama hari Ahad
63 Suasana di Aula
64 Surprise
65 Diam itu selamat
66 Minder
67 Aktivitas dua sejoli...
68 Malam yang hangat
Episodes

Updated 68 Episodes

1
awal cerita
2
Bertemu teman
3
Acara Alumni
4
04. Hancurnya Harapan
5
05. Kecewa
6
06.Bangkit lagi
7
07. La Tahzan
8
08. Qulilhaqqo Walau Kaana Murron
9
09.Peryataan kak Iqbal
10
10. kemarahan Cakra
11
11. kebenaran 1
12
12. kebenaran 2
13
13. Bangkit Kembali
14
Dia !
15
awal dari cerita
16
Berziarah
17
Alisha
18
Menagislah !
19
Menatapnya dari kejauhan
20
Ta'aruf ?
21
Bimbang
22
Hujan oh hujan
23
masa lalu biarlah berlalu
24
khitbah ?
25
Qobiltu nikahaha
26
Kedatangan Malik
27
Karena Ulat Bulu
28
Ungkapan Tante Mirna
29
kejahilan Cakra
30
Pertemuan Dengan Angel
31
Peryataan Angel
32
Bahagia atau kecewa ?
33
Karena Semur Jengkol
34
Kebucinan Malik
35
Perhatian Sang Adik
36
Keputusan Akhir
37
Gendis dan Malik
38
Bapak
39
Menemui Malik
40
Perhatian Malik
41
Tulang Rusukku
42
melepaskan ?
43
Ku Peluk Dia
44
Salah Faham
45
Meminta Talak
46
Tanda kasih sayang
47
Sah satu kali lagi
48
Kehidupan yang baru
49
Kemarahan Malik
50
La taghdhob walakal Jannah !
51
Masa lalu part 1
52
Masa lalu part 2
53
Takdir cinta
54
Gagal lagi ?!
55
Mengalah
56
Belajar memahamimu
57
Jadilah Istri yang baik !
58
Menyesal
59
Kamu Menangis lagi
60
Mas nggak bisa tidur !
61
Jangan bicara sembarangan !
62
Drama hari Ahad
63
Suasana di Aula
64
Surprise
65
Diam itu selamat
66
Minder
67
Aktivitas dua sejoli...
68
Malam yang hangat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!