POV Gendis
Mobil putih Pajero melewati lapangan yang cukup luas. Terlihat rumput Jepang tumbuh diatas lapangan tersebut.
Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mobil putih berhenti tepat di depan gerbang Pesantren. Terlihat ada ukiran di tembok pinggir gerbang bertulis.
...Al Ma'had AL - Islami Assalafi An Nur...
...Dirgahayu Magelang...
Aku yang sudah cantik memakai kerudung motif koran tersenyum lebar membuka kaca mobil begitu terlihat kang - kang pondok berlalu - lalang.
Bikin tentrem mata dan hati ha ha ha.
Pesantren An - Nur terdiri dari dua bangunan bertingkat dua dengan bentuk sama persis yaitu asrama putra dan putri . Dan ada Rumah Kyai di antara dua asrama sebagai pemisah. Di lengkapi dengan ruang aula yang sangat luas sebagai tempat tamu kala ada suatu acara. Semua bangunan di cat dengan khas warna putih dipadu abu abu.
Dengan posisi pondok pesantren putra di sebelah kiri Dalem dan pondok pesantren Putri di sebelah kanan dalem .
Dalem Abah Ibrahim berukuran sama besar dan luas. Di mana depan Dalem terdapat halaman luas dengan ada rumput Jepang dan ada berbagai tanaman bunga di atas pot terlihat seperti taman.
Ponpes An Nur yang di dirikan oleh KH Ahmad Maimun. Letak ponpes An Nur di tengah desa Dirgahayu yang berdiri pada tahun 1980 .
Sekarang ponpes An Nur di asuh oleh Muhamad Farid Ibrahim putra tunggal dari KH Ahmad Maimun.
Beliau memiliki empat putra. Dua putra paling tua menimba ilmu di sarang Rembang. Dua lainnya di ponpes Api Tegalrejo Magelang. Sedangkan dua putri masih di bangku SD dan SMP.
Aku tersenyum lebar, nanti Aku bisa merasakan kembali moment berkumpul dengan teman-teman menyambung tali silaturahim. Terutama dengan teman seperjuanganku.
Ahhh teryata menahan rindu itu berat juga yha...
Aku menghirup udara sambil memejamkan mata.
sebentar lagi rindu ini akan terobati
" Mbak kapan turunnya ? "
Aku membuka mata. Senyum di bibir tipisku langsung lenyap. Begitu mendengar perkataan Cakra selalu santai tapi nylekit. Merusak suasana hati !
Aku melirik sinis Cakra yang kini juga sedang menatapku dengan tatapan cuek tanpa dosa. Tanganku mengambil tasnya di belakang jok .
" Dek jangan lupa nanti pesanan Bunda di ambil, " ketusku sebelum membuka mobil.
" Heemm... Assalamualaikum."
Baru saja tangan ini akan terulur mengira seperti biasa Cakra mencium tangannya harus tertunda. Demi melihat adegan tak sopan dari adiknya yang seakan menyuruh dirinya cepat keluar dari mobil.
"Adek ! Salim dulu !" ucapku kesel juga menahan malu karena di kacangin. Tanganku sudah di depan wajah Cakra tanpa menerima penolakan. Jika dia menolak Aku berencana ngambek nanti.
Cakra menatap tanganku lalu alisnya terangkat satu.
" Nanti mbak pulang, kan ? Nggak usah Salim yah. kita juga nggak akan berpisah lama, Kan ? Mbak nggak nginep di pondok, Kan ? " Seketika aku mlongo tak percaya.
Mulai dari kapan adiknya berubah tambah menyebalkan ? dan tidak mempunyai tata Krama ?
"Cuma tinggal cium tanganku kenapa harus komentar abot alot sih ! " hidung sudah kembang kempis menahan malu karena penolakan Cakra.
"Ha ha ha bercanda Mbak !" Cakra tertawa terbahak bahak hingga semua giginya nampak. Bocah tengil itu bahagia telah berhasil membuat kesal mbaknya.
" Waalaikumsalam ... Tuh udah Aku cium tanganmu." Dia masih tertawa terpingkal-pingkal.
Aku keluar mobil dengan membawa wajah kesal. Pagi - pagi udah jadi korban kejahilannya.
" Dasar adik kurang ajar," makiku dalam hati .
" Nanti nggak usah di jemput !"
" Iyee tau. so good bye, "pamitnya di akhiri kiss by masih dengan wajah tengilnya Lalu menutup kaca mobil.
Tanganku langsung mengelus dada ketika melihat adik dari kaca mobil sebelum meninggalkan pelataran pondok.
Aku menghela nafas panjang. Sebenarnya ada keinginan dalam hati ingin mengajak Cakra untuk Sowan dengan Abah Ibrahim.
Sebelum besok benar - benar masuk di pesantren setelah lulus SMA. Tapi selalu saja di tolak mentah mentah dengan seribu alasan.
"Nggak sopan kan kalau aku sowan sama pak kiyai. Pakai celana sobek sobek begini, nanti khawatirnya aku nggak bisa pulang
karena pak kiyai ingin mengangkat aku jadi anaknya karena aku kelewatan ganteng, " kata Cakra pede kemarin saat Aku mengajaknya di acara selapanan .
Adikku yang satu ini memang selalu narsis tapi hanya di depan keluarga juga di depanku. Kalau di depan orang asing judes dan cuek, nauzubillah!
Namun Aku tidak bisa menyalahkan perkataan Cakra yang katanya ganteng. Memang dia memiliki wajah rupawan dan model rambut yang mirip opa - opa Korea hidung mancung, bibir tipis juga kulit putih tambah sempurna dengan tubuh jangkungnya.
Namun sangat tidak mungkin jika Abah Ibrahim mengadopsi Cakra. Karena empat putra Abah ibrahim juga tidak kalah tampan. Apalagi Gus Faisol putra pertama berusia 25 tahun beliau adalah idola mbak mbak santri.
"Stylish anak muda jaman sekarang mbak" kata Cakra jika di tanya model apa yang sedang di pakai dan baju kebesaran dan celana jins sobek di lutut .
Dan Aku hanya ber oh ria karena sejujurnya juga tidak tau apa yang nge tren di jaman masa kini.
...----------------...
Dalam Pondok
Sekarang Kakinya sudah menapak di atas kramik putih pondok putri. Terlihat jelas gedung dua tingkat. Telinganya mendengar keramaian berasal dari mbak mbak pondok.
" Mbak gendis... !"pekik mbak pondok alias teman satu kamar dengannya bernama Ririn.
Gadis yang tiga tahun lebih muda dariku tersenyum lebar begitu melihat kedatanganku.
" Hai ... gimana kabar kamu juga pondok ?" tanyaku seraya memeluk Ririn
"Sepi nyeyet kaya kuburan mbak rasane pondok Iki. Setelah mbak memutuskan keluar dari sini," wajah Ririn di buat sesedih mungkin seakan merasa kehilangan setelah Aku mukim.
" Ahh bisa aja kamu ... " Aku langsung merangkul bahu Ririn. Mengajak Ririn agar ikut masuk ke dalam pondok putri.
" Ehhh the geng opo anane udah pada Sampek ? " kakiku menelusuri setiap kamar.
" Udah mbak. Mereka semua udah ngumpul di aula utama."
Senyum di bibir semakin lebar begitu sampai di aula utama. Hatinya bergemuruh. Melihat ke tiga temanku sedang asik berbincang sampai tidak menyadari kehadiranku.
" Assalamualaikum ukhti ukhti... "
Mereka ber tiga langsung menoleh ke belakang dimana Aku berdiri.
" Masyaallah gendis !" pekik tiga wanita bersamaan dengan wajah terkejut. Suara mereka memenuhi aula semua orang yang ada disana menatap kami dengan tatapan tidak biasa.
"maaf semuanya, " ucapnya lirih meringis malu dengan tingkah temanya yang bar bar. Aku langsung membentangkan kedua tangan lebar. Wanita berwajah gula Jawa coklat manis yaitu Malika sepupuku langsung menghambur di pelukan memekik senang.
" Kebangetan orang Magelang situ kok datengnya paling
akhir " wanita bernama Malika berasal dari Jepara mengajukan komentar. Tidak setuju jika Aku yang berasal dari Magelang paling dekat pondok malah datangnya paling terakhir.
" Maaf ... biasa anak sibuk jadi waktunya mepet, " Aku mengangkat dua jari berbentuk V
"Sok sibuk ! " cibir malika
Aku mengulum senyum melihat mulut Malika komat Kamit tidak jelas seperti dukun lagi baca mantra.
Kakinya melangkah maju mendekati ibu muda memangku balita yang tak lain Tia.
" Wah Tante gendis udah dateng nih, " sambut Tia berasal dari tanggul angin dengan suara khas anak kecil.
Ibu muda itu menuntun tangan putranya untuk salim. Dengan senang hati Aku mencium tangan mungil berkulit putih. Senyum terbit dari baby begitu kucium pipi gembul merasa gemas.
" Baby Dio udah tambah gede ... sekarang udah bisa apa aja nih ?" tanyaku menirukan anak kecil.
" Dio udah bisa berjalan Tante..." sontak langsung mencubit pipi gembul milih Dio lagi.
Baby Dio langsung tergelak.
" Ihhh pengen aku cubit terus pipi ini, " kataku gemas mencubit semua badan Dio terlihat gemuk.
Aku memeluk Tia anak anggun ( orang gunung ) yang disambut hangat olehnya.
Lalu berpindah pada Fatin bumil yang sekarang wajah dan tubuhnya berubah melar .
" Fa ... udah berapa bulan ? Udah besar, yha ?" tanganku menyentuh perut Fatin pelan dia tidak menyangka teman yang dulunya langsing kini sekarang sudah mengandung.
"Ini ... baru nginjak enam bulan, " jawab Fatin santai dengan kaki selonjor tangan kanannya memegang roti sedangkan tangan kirinya mengelus perutnya yang besar .
Mulutku menganga melihat Fatin yang terus ngemil
Apakah semua bumil selalu merasa lapar ? melihat Fatin yang tidak berhenti ngemil roti bahkan di dalam tasnya ada banyak berbagai macam jajanan .
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Azra Vieanfa
insyaallah
2022-07-14
0