Bab 2 Tuan Munir murka

Hari terus berganti. Sudah tiga Minggu sejak pernikahan Tini, Mayra belum juga menemui sahabatnya sesuai janjinya waktu itu.

Ia ingin sekali pergi ke rumahnya. Tapi, ancaman Anjani membuat ia urungkan niatnya. Terakhir Tini menelponnya empat hari yang lalu, katanya ia akan pindah ikut suaminya.

"Mayra, aku akan pindah. Awal bulan ini Mas Indra mulai masuk kerja lagi." Tini mengutarakan maksudnya.

"Iya, Tin. Sekarang kamu sudah jadi istrinya, ya harus ikut suami kan." Mayra menyemangati sahabatnya, walau ia sendiri sungguh sangat kehilangan.

"Kamu kapan ke rumahku?"

"Mmm..aku..aku kabari nanti ya, Tin." Mayra tidak bisa memastikan waktunya. Pun belum tentu ia bisa datang.

"Ya udah, aku tutup dulu ya. Mas Indra udah pulang dari jum'atan."

Setelah hari itu mereka belum saling menghubungi. Terakhir Tini menelpon pada hari Jum'at. Ini sudah empat hari berlalu. Berarti tinggal dua hari lagi sebelum keberangkatan Tini dan suaminya.

Mayra tidak tahu harus bagaimana. Jika ia nekat, pasti ketahuan keluarga pamannya Tini. Di raihnya ponsel di atas meja yang ada di kamar, meja bekas tetangga yang dijadikan meja belajar oleh adiknya.

Mayra mengirim pesan saja pada Tini. Kalau menelpon ia tidak dapat mengelak paksaan Tini nanti. Satu kalimat sudah terkirim. Lama ia tunggu tidak ada balasan dari sahabatnya. Di taruhnya kembali ponselnya, lalu ia beranjak keluar. Hari sudah sore, ia hendak menyiapkan makan malam. Ibu bapaknya belum pulang dari sawah.

Masakan sederhana rumahan telah terhidang di meja sebelah kompor. Tempe goreng campur terong ungu, dilalap sambal terasi. Ada sisa tiga potong ikan lele di kulkas satu pintu mereka, lalu digorengnya saja. Sedangkan untuk kuahnya, masih ada sisa sayur asem tadi siang.

Nanti setelah ibadah magrib akan ditata di lantai yang di alasi tikar. Makan secara lesehan, tidak mengurangi rasa syukur mereka pada Yang Maha Kuasa. Diluar sana bahkan tempat tinggal pun tidak punya.

Setelah membersihkan diri, ia ganti baju di kamar. Di rumah cuma ia sendiri. Terdengar orang memberi salam dari luar. Itu bukan suara adik laki-lakinya. Tapi siapa, pikirnya. Bergegas ia kenakan kerudung bulat warna hitam.

Pintu depan selalu ia kunci, jika ia sendiri di rumah. Bapaknya berpesan seperti itu. Mayra mengintip dari celah gorden jendela samping pintu. Ia sangat terkejut ketika tahu siapa yang datang. Ia ragu ingin membukanya, tapi jika dibiarkan tidak mungkin juga. Karena tadi ia pun sempat menjawab salam dari arah dalam. Ah, Mayra betul-betul ceroboh, rutuknya dalam hati.

Dengan berat hati dibuka juga pintunya.

"Wa - Waalaikumsalam, Indra?" dengan agak terbata, Mayra menjawab sekali lagi salamnya.

Ternyata yang datang Indra, suaminya Tini. Mayra tidak tenang, matanya melihat ke kanan ke kiri. Kalau-kalau ada yang melihat mereka berdua depan rumah. Ia tidak ingin ada fitnah.

Indra tahu saat ini Mayra sedang gelisah.

"Maaf, Mayra. Aku datang hanya ingin memberikan ini." Ia keluarkan amplop warna putih yang diberi perekat diluarnya.

"Tini yang menyuruh aku kesini." Indra melanjutkan lagi.

Mayra menyambut amplop dari tangan Indra. Ia ingin supaya Indra segera pulang. Ia sungguh sangat takut, kedua adiknya pun belum pulang. Yang laki-laki sedang memberi les pada anak dikampung sebelah. Lumayan bisa menghemat pengeluaran orang tuanya buat keperluan sekolah. Sedangkan yang bungsu membantu bibinya buat kue pesanan orang yang mengadakan hajatan.

Itulah mereka, sangat mengerti akan orang tuanya. Mereka tidak manja, apapun ingin mereka kerjakan asal itu baik. Walaupun orang tuanya tidak pernah menyuruh mereka bekerja.

"Oh iya, maaf aku tidak bisa menyuruhmu buat mampir." Mayra berharap Indra bisa memakluminya.

"Gak apa-apa, aku pun harus segera pulang. Tidak enak juga sama tetangga." Sahut Indra cepat.

Indra langsung pamit, buru-buru ia berjalan keluar dari pekarangan rumah Mayra. Tanpa mereka ketahui, tadi disaat Indra memberikan amplop pada Mayra, ada seorang laki-laki yang memergoki mereka dari jauh. Usia orang tersebut hampir seumuran bapaknya Mayra.

Ketika Indra hendak keluar, orang itu langsung berbalik arah cepat. Lalu menghilang di antara jalan sempit dekat jalan lintas desa. Rumah Mayra letaknya agak ke dalam, harus melalui gang sempit baru sampai ke rumahnya.

Mayra segera menutup pintu. Sesaat setelah itu orang tuanya pulang, beriringan dengan kedua adiknya.

Azan magrib berkumandang, mereka bergegas berwudhu. Dan harus antri, karena sumur yang dipagari terpal warna biru itu dijadikan kamar mandi sekaligus tempat wudhu. Dan tentu saja tempat buang air besar terletak terpisah disebelahnya.

Mereka shalat berjamaah. Adik laki-laki Mayra yang bernama Arman menjadi imam. Bacaan surah adiknya sangat fasih dan suaranya pun merdu. Siapapun yang mendengarnya akan tersentuh, begitu syahdu alunannya. Teringat akan Sang Pencipta, tanpa daya upaya selain atas KuasaNya.

Selesai shalat dan berdoa yang diikuti petuah-petuah dari bapaknya, Mayra beranjak ke dapur. Ia siapkan makan malam segera yang dibantu oleh adik perempuannya. Bapaknya datang langsung duduk, ibunya dan adik laki-laki menyusul.

Tidak ada pembicaraan yang serius, hanya obrolan ringan saja. Selesai makan, Mayra membawa piring kotor ke tempat cucian. Kebiasaannya langsung mencucinya jika selesai makan. Ia tidak suka melihat peralatan makan atau masakan menumpuk di ember.

"Mbak, biar aku saja yang cuci piring. Mbak udah capek masak tadi." adik perempuannya menawarkan diri membantu.

"Apa kamu enggak capek juga? pesanan kue nya banyak ya?"

Mayra tetap melanjutkan kerjaannya, ia yang menyabun dan adiknya giliran membilasnya.

"Iya Mbak, banyak. Kapan ya kita bisa juga adakan hajatan gitu?!"

"Insya Allah, kalau ada rejeki pasti kita sanggup. Yang penting usaha dan doa itu harus seiring jalan!" Mayra menjawab dengan lembut.

Adiknya mengangguk setuju.

Tiba-tiba terdengar pintu yang diketuk keras dari luar. Mereka semua terkejut. Mayra dan adiknya saling pandang. Bapak dan ibunya sedang istirahat santai, sambil menonton berita di TV yang bentuknya mirip kubus itu. Tv yang ada tonjolannya dibelakang.

Bapak Mayra bangkit menuju pintu. Setelah tahu siapa yang mengetuk, pintu segera dibuka.

"Tuan Munir!" Sapa bapaknya Mayra.

Ibunya juga mendekat ke pintu, adik laki-lakinya juga ikut keluar dari kamarnya.

"Mari masuk, Tuan!" Bapak Mayra mempersilahkan masuk.

Orang-orang desa memanggil dengan sebutan Tuan, karena orang terkaya di desa dan berkuasa walaupun jabatannya bukan sebagai kepala desa. Tapi cukup disegani orang-orang.

"Aku tidak mau masuk, cukup panggilkan saja anak gadismu itu!" Tuan Munir berkata dengan suara sedikit tinggi. Matanya memerah.

Mereka bertiga bingung siapa yang dimaksud,

Mayra atau adiknya yang bernama Mirna.

"Tuan, sebaiknya kita bicarakan di dalam saja, mari!" Bapak Mayra masuk terlebih dulu. Tuan Munir serta satu orang lagi mungkin orang kepercayaannya ikut masuk dan duduk. Hanya digelari tikar pandan yang pinggirannya warna-warni.

Wajah tidak bersahabat tuan Munir membuat bapak Mayra langsung menanyakan maksud kedatangannya. Beliau tidak ingin anaknya bermasalah.

"Tuan ingin menjumpai putri saya yang mana? Saya mempunyai dua orang putri." Bapak Mayra ingin memastikan.

"Itu, yang jadi temannya Tini."

Bapak Mayra mengerti yang dimaksud. Berpaling ke arah anak laki-lakinya yang langsung bangkit memanggil kakaknya di dapur.

"Mbak, ada tuan Munir di depan. Katanya ingin menjumpai Mbak. Wajahnya serem gitu."

Mayra sangat terkejut, hampir gelas ditangannya terjatuh. Ia teringat kedatangan Indra tadi sore ke rumah. Bahkan surat dari Tini pun belum di bacanya.

Ia lalu beranjak ke depan. Tak lupa dengan mengenakan kerudungnya.

"Assalamualaikum," Mayra memberi salam.

"Waalaikumsalam." Yang di ruang tamu menjawab serentak.

Wajah tuan Munir seperti saat tiba tadi, tidak ada kesan ramah. Padahal yang jadi tamu disini siapa.

"Nak, tuan Munir ini ada keperluan denganmu." Bapak Mayra berucap, tatapannya ingin tahu sesuatu.

Mayra mengangguk, ia duduk berdampingan dengan ibunya. Ia menundukkan kepala, ibunya tahu putrinya seperti sedang gelisah.

"Aku sudah pernah katakan padamu, jangan dekati Tini lagi!" tuan Munir melihat ke arah Mayra dengan tatapan tajam.

Mayra tidak berani melihat ke atas. Bapak ibunya bingung, adik perempuannya yang juga ikut duduk, melihat ke arah kakak laki-lakinya. Arman mengangkat kedua bahunya, tanda ia tidak tahu apa-apa.

Tuan Munir menjadi sangat marah, karena Mayra tidak menjawab. Ia hanya terus menundukkan kepalanya. Ia seperti tidak menghargai dirinya, tuan Munir berpikir seperti itu.

"Atau kamu ingin aku..."

"Baik Tuan, baik. Saya akan menjauhi Tini. Saya tidak akan mengunjunginya lagi di rumahnya." Mayra memotong perkataan tuan Munir dengan cepat. Bapaknya mengerutkan dahinya, kenapa Mayra tidak sopan begitu.

"Mmm, baik. Dan kamu juga harus tahu diri, ada batasan dengan orang yang telah beristri!"

Ternyata tuan Munir tidak mempermasalahkan soal Mayra yang langsung memotong perkataannya tadi. Mungkin karena terlalu terbawa emosi, jadi tidak memperhatikan hal-hal kesopanan atau tidak.

Ucapan tuan Munir barusan membuat sorot mata Mayra seperti orang melotot, padahal bukan. Tidak ada yang memperhatikannya, karena hanya se perkian detik saja. Setelah itu ia kembali menundukkan kepalanya.

Mata tuan Munir masih menatap orang-orang di depannya dengan tajam. Setelah melihat ke arah orang bawahannya itu, tuan Munir bangkit berdiri. Langsung pamit, tanpa salam atau basa basi lainnya, kedua orang itu segera keluar dari pintu halaman.

"Aku bahkan lupa buatkan minum." adiknya, Mirna menepuk dahinya. Tidak ada yang berkomentar atas celetukannya,semua mata tertuju pada Mayra.

Banyak yang ingin diketahui bapaknya, anak sulungnya selama ini ternyata memiliki masalah, tapi dipendamnya sendiri.

Bersambung

Nantikan bab berikutnya ya, makin seru loh! Tolong juga beri sarannya ya!

Terpopuler

Comments

Eliani Elly

Eliani Elly

lanjut

2023-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!