Bab 7 Suara dalam mimpi

Andre masih dalam mobil, hanya matanya saja yang bergerak mengamati gadis yang kepalanya tertutup. Ditangannya terdapat susunan rantang plastik.

"Aku sedih banget loh, Sa!" Aya masih tidak rela pulang ke hotel.

"Ada waktu lain lagi." Mayra tersenyum.

"Nomor ponselnya jangan diganti ya, aku akan sering menelpon."

Mayra mengangguk, bibirnya berwarna pink muda tanpa lipstik terus tersenyum.

Mereka hampir mendekat ke mobilnya Andre. Andre refleks membuka kaca mata hitamnya.

"Ini... sepertinya aku pernah melihat ni cewek." Andre bicara sendiri.

"Tapi, dimana ya?" ia bingung, pikirannya tidak sanggup memutar kejadian dimana ia pernah bertemu.

Lantas ia keluar, tangannya membuka pintu mobil bagian belakang.

"Non Kanaya!" ia menyapa sopan adik dari Bos-nya.

"Ya, Kak." Sahutnya dengan ekspresi datar. Ia kesal gara-gara kakaknya menyuruh ia pulang cepat.

Aya masuk, "bilangin bi Siti makasih masakannya." ujarnya sambil menunjuk ke rantang yang tadi dipegang Mayra.

"Iya, hati-hati ya!" Mayra balas melambaikan tangannya.

Andre tertegun, suara Mayra juga tidak terdengar asing ditelinga nya. Matanya beralih menatap Mayra lagi, ia memberanikan diri melihat dengan jelas. Tetapi belum juga muncul jawaban di kepalanya.

Mayra menjadi risih ditatap sedemikian rupa oleh pria didepannya. Memang wajah Andre juga sangat tampan. Tingginya juga merupakan idola setiap wanita. Pakaian kasual nya semakin membuatnya bersinar. Sehingga ada sekelompok gadis yang nongkrong di kios ujung gang mendapat tontonan gratis.

Mayra mengangguk sedikit, sebagai sapaannya. Andre menjadi kelabakan, ia tertangkap basah mengamati anak gadis orang.

"Kak Andre, lama banget sih." Panggil Aya dari dalam mobil.

"Permisi Nona!" Andre berpamitan. Ia menjadi tertarik pada sosok Mayra.

"Baik, Tuan." Mayra juga membalas.

Mobil Andre bergerak mundur, barulah Mayra beranjak.

"Kak Mayra, cowoknya ganteng ya. Kaya lagi sepertinya." Salah satu gadis yang duduk di kios mengganggu Mayra.

Ia sudah mulai akrab dengan tetangga sekitar. Apalagi dengan anak- anak gadis dibawahnya, mereka merasa suka dengan Mayra yang tidak sombong.

"Ketahuan nih ya, tadi mengintip ya?"

"Mana ada mengintip, Kak. 'Kan jelas dari sini." Gadis yang lain yang menjawab.

Mayra tertawa pelan, sehingga gigi rapi putihnya terlihat. Manis sekali, mereka saja yang sesama perempuan ikut apalagi laki-laki. Contoh tadi, Andre bisa terpesona dengan sekali melihat.

"Kakak... jangan tertawa gitu dong, nanti aku jatuh cinta." Tiba-tiba seorang remaja laki-laki muncul disampingnya, lalu ikut duduk dengan mereka.

"Hah?" Mayra bengong.

"Iya, Kakak cantik banget tau!" giliran anak gadis lagi yang menyahut.

"Pasti pacar Kak Mayra ganteng banget, banyak uang lagi. Pasti Kakak sangat disayang." Mereka bertingkah lucu. Dari mereka ada yang memegang kedua pipinya sendiri. Matanya merem-merem melek.

Mayra bukan marah, bahkan ini suatu hiburan baginya. Tingkah mereka sangat menggemaskan.

"Kalian ini ngaco aja. Emang pernah lihat aku jalan sama cowok nggak?" Mayra balik mengganggu mereka.

"Enggak juga sih Kak. Tapi siapa tahu kan?" kepala mereka mengiyakan serentak.

"Hust, ada-ada deh. Udah, ah. Kakak pulang aja, nanti bertambah lagi gosip kalian. Nggak baik lho!" Mayra beranjak pulang sambil tersenyum geli.

"Kak, kenalin sama kita-kita ya kalau punya pacar?!" anak remaja cowok sedikit berteriak karena Mayra mulai menjauh.

Mayra berbalik, jempolnya terangkat ke atas seraya tersenyum.

"Asseekk!" jawab mereka rame.

Mayra menepuk dahinya, kepalanya menggeleng.

"Lucu sekali mereka." Gumamnya sambil terus melangkah menuju rumah.

_____

Aya membanting pintu kamar hotel. Arthur menggaruk kepalanya, ia tahu jika adiknya sedang marah. Ia sengaja berdiri di pintu kamarnya yang bersisian dengan kamar Aya. Adiknya itu hanya melewatinya tanpa melirik sedikit pun.

Andre yang berjalan di belakang ikut terkejut. Ia berpura-pura tidak melihatnya ketika mata Arthur melirik tajam ke arahnya.

"Kamu... " dagunya digerakkan ke arah Andre.

'Kena lagi deh' Andre berkata dalam hati.

Sambil mengusap tengkuknya dengan sebelah tangan, ia berjalan mendekat. Padahal ia sudah hendak bersembunyi saja ke kamarnya.

"Ya, Bos!"

"Apa bas,bos!" Arthur mendelik.

"Jadi apa lagi?" Andre menyandarkan tubuhnya ke dinding.

"Kenapa Aya?" tanya Arthur.

"Apalagi kalau bukan kamu yang nyuruh pulang dia cepat." Andre memojokkan Arthur.

"Emang salahnya gara-gara itu?" Arthur balik bertanya.

"Menurut mu?" Andre ikutan kesal.

"Kau bujuk dia!"

"Apa? kau mau aku dilempar ke bawah? nggak... nggak... aku ogah." Andre semakin geram pada sahabatnya itu.

"Terus?" Arthur kebingungan.

"Aku temenin aja di pintu."

"Itu sama dengan nggak!"

Keduanya asyik berdebat, tingkah keduanya seperti anak-anak yang dicuekin anak kecil cewek yang mereka sukai.

Di depan pintu kamar Aya, terjadi saling mendorong. Arthur menyuruh Andre saja yang mengetuk pintu. Andre juga sebaliknya.

Tanpa sengaja tangan Arthur menekan pegangan pintu. Ternyata tidak terkunci dari dalam.

"Aya?"

"Non Kanaya?"

Mereka serentak memanggil, keduanya terkejut melihat pemandangan di dalam kamar.

Mulut Aya belepotan kecap yang berasal dari sambal ikan bakar yang sedang dimakannya. Ia dengan santai duduk di lantai tanpa beralas apapun. Ini hal yang tidak pernah dilihat Arthur seumur hidupnya ketika dirumah mereka.

"Apa!" Aya tetap berlaku cuek.

Andre mengelap air liurnya yang tanpa sengaja mengeces. Arthur sampai menyenggol lengan Andre.

Aya cuma melirik keduanya yang berdiri dekat pintu masuk.

"Apa lihat-lihat? mau? makanlah!" Aya malah dengan santai menawari mereka. Mana mau mereka-nya, pikirnya lagi.

Dua piring bersih tertindih di samping rantang berisi sayur asem yang setengahnya telah habis di makan Aya. Entah sejak kapan ia mengambilnya dari pihak dapur hotel. Andre sendiri tidak melihatnya.

Andre dengan cepat duduk. Arthur sampai terbengong.

"Terima kasih Non Aya."

"Mm" Aya cuma bergumam.

Tanpa basa-basi lagi Andre mengambil piring mengisi nasinya. Ikan bakar tersisa dua ekor, diambil satu dengan sambal kecap disiram diatasnya. Sedikit ia menyendok sayur yang di rantang satunya lagi.

Jadilah piringnya berisi nasi ikan bakar berkuah. Arthur masih mematung, hatinya ingin ikut makan tapi egonya lebih mendominasi.

Keduanya makan dalam diam, terlihat sangat lahap. Aya sesekali melirik kakaknya. Masa bodoh baginya, siapa suruh tadi memaksa pulang seperti anak kecil saja.

Andre tidak tahan, ia memberanikan diri bertanya.

"Non, ini masakan dari rumah nona tadi ya?" tanya Andre.

"Iya, dia jago masak. Enak 'kan?" Aya merespon baik. Andre menjadi lega.

Arthur masih menyimak sambil terus mengamati gerakan mulut keduanya makan.

"Enak banget Non. Kalah dengan ikan bakar di restoran-restoran mewah."

"Jelas beda dong." Aya dengan semangat memuji.

"Udah cantik, pintar masak lagi." Andre terus bersuara.

"Kak Andre merhatiin dia ya? awas kecantol lho." Aya menggoda sahabat kakaknya.

"He he... sedikit Non." Andre tersenyum.

"Tapi ingat lho Kak, dia cewek baik-baik. Dirumah aja dia tetap pake jilbabnya."

"Wah, bagus itu Non. Akan ku jaga seperti berlian di istanaku kelak."

" Kak Andre berlebihan deh." Aya jadi tertawa mendengar lelucon Andre.

"Serius Non Aya."

"Hmm... " terdengar deheman Arthur.

"Bos, enak banget. Coba deh, tuh ada sisa satu ekor lagi."

Memang tersisa satu ikan bakar lagi di rantang yang lebih besar dari yang lain.

Tanpa bantahan Arthur duduk dekat adiknya. Tangannya meraih piring, mengambil sedikit nasi dan secuil ikan.

Andre mencibir, 'nggak tau aja dia ini enak'.

Mata Arthur mencari keberadaan sendok di antara rantang-rantang yang berserakan di lantai.

Andre yang mengerti langsung berseru, "Bos nggak ada sendok, adanya garpu."

Aya melirik sang kakak dengan tersenyum sinis.

"Garpu? mana?"

"Ini!" Andre mengangkat tangan kanannya yang penuh dengan sambal.

Arthur bergidik, ia pakai sendok. Yang benar saja, gerutunya dalam hati.

"Makan ikan bakar dengan sendok? emang Sultan Arthur, ckckck." Ujar Aya dengan menggeleng kepalanya.

Ia sudah lapar sekali, gara-gara menunggu adiknya pulang dengan sengaja tidak makan dulu.

Sekarang di depan mata, dua orang beda jenis ini seenaknya saja lahap.

Menarik napas beratnya, Arthur mulai menyuap dengan kaku. Tangannya seakan tidak bisa menampung nasi. Lalu, matanya seakan ingin meloncat keluar dari tempatnya. Ini luar biasa enak, sambalnya terasa sekali diindra pengecap nya.

Seakan rasa gengsi tadi melebur bersamaan dengan lezatnya makan siang kali ini. Nasi, ikan bakar plus sambal sudah pindah semua ke piringnya. Tidak ketinggalan sayur asem. Isi piringnya sudah berwarna kecoklatan. Arthur lupa dengan dua makhluk di hadapannya yang terkaget-kaget akibat ulahnya.

"Coba nggak nyuruh pulang cepat, lebih dari ini aku bawa pulang." Celetuk Aya tiba-tiba.

"Kita ke sana lagi sekalian makan malamnya." Andre bersorak senang.

"Tuh, nggak izin Bos!" Mulut Aya menyindir kakaknya.

"Boleh, asal aku ikut." Arthur menjawab tanpa menoleh. Ia tidak ingin melewatkan betapa nikmatnya di setiap kunyahan dalam mulutnya.

Andre dan Aya melongo, mereka ingin memastikan lagi pendengarannya. Seorang Arthur ikut makan malam - yang menurutnya itu tidak pantas seorang 'Dia' berada?

"Apa Bos?" Andre mengulang lagi.

Aya memerhatikan kakaknya dengan seksama.

"Perlu ku ulangi lagi?!" Arthur mendelik tajam.

"Yes!" Aya dan Andre berteriak senang.

"Tunggu! jangan senang dulu. Mereka mau nggak kita numpang makan lagi."

"Kita bawa apa yang dibutuhkan, Non."

"Oiya, aku lupa."

"Kak, minta uang buat belanja." Aya beralih pada kakaknya.

"Pakai uang dia dulu." Arthur seenaknya saja menunjuk Andre.

"Oh, Tuhanku!" Andre kena korbannya lagi.

"Tenang Kak Andre, nanti bulan depan dapat bonus lebih."

"Kalau iya sih, Non. Kalau nggak... "

"Terserah aku, yang Bos-nya siapa." Arthur menyela.

"Tekor deh, Non." Ujar Andre sendu.

Aya tertawa lepas, Arthur dan Andre saling pandang. Ada kelegaan tersendiri baginya ketika melihat adiknya kembali ceria.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!