Menghadapi seorang gadis yang masih suci memang menyita kesabaran seorang Verrel Aditya Ceyhan. Biasanya pria itu dipuja-puja semua wanita, namun kali ini dia harus bersabar menuntun gadis itu dengan sabar. Diakuinya gadis itu sangat cantik, kepolosan wajahnya dan bola mata nya yang bening sungguh memikat Verrel.
Menghadapi gadis ini suatu tantangan baru bagi Verrel, apalagi Deandra terus memberontak dan tak mengijinkannya untuk menyentuh, belum lagi tatapan ketakutan dari mata gadis itu, membuat suasana hati Verrel tidak menentu. Tangisannya terasa seperti sayatan pisau, perih.
Verrel menggeram, gadis yang berada dalam kungkungannya itu masih meronta dan tak mau membuka mulutnya. Padahal ia sangat ingin menikmati rasa dari kehangatan gadis itu. “Buka mulutmu, gadis sialan!” bentak Verrel. Ada apa dengan gadis tak tahu diri ini? Kenapa dia tidak luluh dengan ketampananku? Apakah gadis ini pikir dia orang terhormat? Kalau dia gadis baik-baik, takkan dia berada diatas ranjangku saat ini. Pikiran Verrel sedikit kacau menghadapi gadis didepannya.
Biasanya, dengan wanita manapun, semua takluk hanya dengan melihat ketampanannya, apalagi saat menatap kedua matanya yang hitam dan mempesona. Apalagi dia menjanjikan uang yang banyak dan kepuasan pada mereka. Belum pernah ada yang menolak seorang Verrel Aditya Ceyha, seorang CEO tampan, tajir melintir dan terkenal sebagai pewaris tunggal Ceyhan Group.
Bahkan tak jarang saingan bisnisnya enggan berurusan denganya, karena seorang Verrel dikenal kejam dan tegas. Dia bisa mendapatkan semua yang diinginkannya, uang dan kekuasaan yang dimiliki oleh keluarga Ceyhan tidak ada tandingannya.
Tetapi, kenapa gadis perawan satu ini menolak dan membangkang? Dia bahkan terus berusaha menghindar? Apakah gadis ini menganggap Verrel tidak pantas untuk menyentuhnya? Penolakan gadis itu membuat Verrel sangat marah, darah dalam tubuhnya mendidih. Ia merasa terhina atas penolakan Deandra yang terang-terangan. Verrel Aditya Ceyhan selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan. Amarahnya membuat Verrel ingin memberikan pelajaran pada gadis itu untuk menyerahkan diri. Dia tidak bisa terima penolakan ini, harga dirinya serasa dicabik-cabik.
Dengan tatapan nyalang, ia mengunci semua pergerakan Deandra. Ia menindih tubuh gadis itu, memberikannya dua pilihan yang tidak menguntungkan gadis itu. “Pilihlah! Kau mau disiksa dulu sebelum bercinta atau sesudahnya?” Sorot mata tajam menghunjam tertuju pada Deandra, membuatnya diam membeku. “Atau kau mau kukembalikan pada pamanmu?”i
Perih. Ia tak bisa memilih. Karena semua sama-sama tidak ia inginkan, lebih baik baginya bungkam. Sakit...sangat sakit. Belum pernah Deandra membayangkan ini akan terjadi padanya. ‘Kenapa ini harus terjadi padaku Tuhan? Apa salahku hingga mendapat perlakuan seperti ini? Pertanyaan itu terngiang di benaknya. Dia sadar kalau dia tidak bisa melawan pria itu, ia memejamkan mata, menerima takdir yang akan terjadi padanya.
Emosi Verrel semakin memuncak, Deandra tak kunjung menjawab. Bahkan dengan beraninya gadis itu malah memejamkan mata. Pria itu merasa terhina, belum pernah ada seorang wanitapun berani bersikap seperti itu padanya. Seringai mengerikan penuh emosi tersirat di sudut bibir Verrel.
Pria itu kemudian beralih menekan leher Deandra, hingga gadis itu membelalakkan mata dan meronta. Cengkraman itu membuatnya tak bisa bersuara atau memohon ampunan. “Aku sudah memberimu pilihan, tapi kau sudah menyia-yiakan waktu.” Verrel mendekatkan wajahnya pada Deandra lantas menggigit telinganya perlahan namun berubah menjadi brutal.
“Tolong….hentikan, Tuan!” Deandra menjerit namun hanya didalam batin. Bibir Verrel turun ke leher Deandra. Ia bermain-main di leher itu, menghisap kulit putih mulus itu dengan liar sembari menggigit dengan penuh tekanan, meninggalkan stempel kepemilikan diseluruh leher gadis itu.
Verrel sangat marah, membuatnya buas dan liar sebagai pelampiasan pada gadis itu. Gairahnya semakin mendera, tapi dia masih ingin bermain-main dengan gadis itu dan menumpahkan amarahnya.
Perlahan Verrel melonggarkan cengkeraman tangannya di leher Deandra. Kesempatan itu dipergunakan Deandra untuk menghirup udara, napasnya tersengal diiringi batuk berkali-kali, sungguh menyiksanya.
'Tuhan, tolong aku' lirihnya dalam hati mencoba menetralkan debaran dadanya yang diliputi ketakutan. Akankah aku akan mati disiksa iblis ini? Dia benar-benar kejam! Pria ini iblis!
Mata hitam Verrel menatap tajam Deandra. “Kau….masih mau membangkang hah?” bertanya dengan suara datar dan dingin.
“Saya mohon, Tuan. Sa..saya--.”ujar Deandra dengan suara bergetar. Tawa mengerikan menggema di ruangan kamar itu. Tawa Verrel terdengar menghina gadis malang itu. “Apa kau bilang? Kau sudah kubeli mahal dan kau milikku!” sorot mata tajam milik Verrel seakan menghakimi bahwa hanya dirinyalah yang layak menentukan siapa dan bagaimana nasib Deandra.
“Ingat itu. Kau yang sudah menentukan pilihan. Menyerahkan tubuhmu padaku. Apa gajimu tidak cukup, hingga kau menjual tubuhmu..ha!” Tangannya memegang dagu gadis itu, “Kau sama saja dengan wanita lainnya.”
Dia sudah tidak punya pilihan, ini jelas kesalahannya yang begitu bodoh terjerat dalam permainan si tuan besar. Verrel terus mencumbunya hingga akhirnya dia kehilangan sesuatu yang berharga yang selama ini dia pertahankan. Kesuciannya terenggut oleh pria kejam yang sangat dibencinya selama ini. Benci, rasa benci itu semakin besar. Dia menangis meratapi semua yang terjadi, kenapa Tuan Verrel melakukan ini padaku? Kenapa dia sangat membenciku?
Terlukis senyum puas diwajah Verrel, kini gadis itu utuh miliknya. Dia merasa sangat marah pada Deandra atas apa yang dilakukannya hari ini. Verrel mengira jika gadis itu melakukan ini dengan sengaja untuk membuatnya marah. Gadis itu bahkan tidak tahu jika semua gerak geriknya diawasi. Namun Verrel tidak punya pilihan lain, dia lakukan ini untuk mengikat Deandra. Pria itu sudah berjanji tidak akan pernah melepaskan Deandra selamanya.
Deandra berusaha turun dari ranjang, namun tubuhnya ditahan oleh Verrel. “Mau kemana?”
“Sa---saya mau pulang, Tuan.”
“Tidak bisa. Kau hanya bisa pergi setelah kuijinkan.”
“Tuan sudah dapat apa yang tuan mau! Saya mau pulang!” teriak Deandra sambil menangis. Rasa sakit di tubuhnya dan sakit hati membuatnya menggigit tangan Verrel yang memeluknya.
Gerakan cepat tangan kekar pria itu membalikkan tubuh Deandra. Kini keduanya terbaring diranjang saling berhadapan. Tangannya mengunci tubuh gadis itu, membuatnya tak bisa bergerak.
Mata Deandra menatap tajam penuh amarah. “Apa maumu, tuan?”
“Kenapa? Kau tidak suka menuruti perintahku? Kenapa selalu membangkang?” tanya Verrel.
“Aku membencimu! Hiks...hiks….hiks.”
Pria itu mengecup puncak kepala Deandra “Berhenti menangis. Aku tidak suka!”
Tanpa disadarinya, deandra merapatkan kepalanya kedada pria itu, tangisnya perlahan berhenti. Tangan Verrel mengelus punggung polos gadis itu, membuatnya merasa tenang dan tanpa sadar deandra mendaratkan ciuman didada Verrel.
“Apa kau mengagumiku sekarang? Kau tidak malu? Lihatlah kau bahkan tidak mengenakan pakaianmu?”Verrel tersenyum melihat perubahan sikap gadis yang berada dalam pelukannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Evi Fatriyana
kok ak rasa plot critanya kaya gak tersusun dengan baik jadi critanya agak sulit diresapi tapi jujur critanya nya bagus thor semangat author
2023-11-11
1
Ayu Les Tari
pemanasanya lamaaaa di ulur ulur tpi endingnya gk memuaskan
2022-11-27
2
Ayu Les Tari
tulisanya terlalu panjang bnget di ulur* gk sampek*
2022-11-26
2