Punggung tangan Verrel menyentuh pipi halusnya, membuat gadis itu membuka mata dan terbangun. “A-Anda siapa?” tanya gadis itu panik. Ruangan yang gelap hanya ada sedikit cahaya dari luar, membuatnya tidak bisa melihat jelas wajah orang didepannya.
Ia seketika terperanjat dan menyilangkan tangannya di depan dada. Sepasang bola mata bening yang indah milik Deandra bergerak gelisah kala mendapati dirinya ada disebuah kamar dengan seorang pria. Dia tak bisa melihat jelas wajah pria itu. Matanya menyipit mencoba untuk mengenali wajah seseorang didepannya.
Verrel berdecih. “Aku adalah Tuanmu,” jawabnya. “Dan tugasmu sekarang adalah melayaniku dengan baik.” Deandra membelalakkan mata. Apa tadi katanya? Melayani? Siapa juga yang mau melayani pria seperti dia? Tapi…..tunggu! Aku seperti mengenal suara itu! Apa yang dia maksud melayani?
Jangan-jangan pria itu adalah Tuan Verrel? Apa yang terjadi? Deandra mencoba mengeluarkan kata-kata dengan hati-hati "Apakah itu anda, Tuan Verrel?"
"A-apa yang Anda maksud? Sa-saya tidak mengerti.” Bibir Deandra bergetar, berusaha mengingat-ingat. Namun, kenapa tiba-tiba ia berada disini? Terakhir yang ia ingat adalah ia sedang berjalan keluar dari tempat parkir, setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi.
Saat pikiran Deandra berkelana, gerakan cepat Verrel menarik gadis itu kedalam pelukannya. “Lepaskan saya! Anda siapa berani memeluk saya seperti ini?” Ia memberontak. Tangannya memukul dada bidang Verrel yang berotot dan polos. Tentu saja pukulan itu tak seberapa, hanya dianggap sebagai pijatan oleh pria yang kini sedang mendekapnya erat.
“Jangan berisik gadis bodoh! Diam! Kau tahu apa kesalahanmu, hah?” bentak Verrel sambil menatap tajam Deandra dan semakin mengeratkan dekapannya. “Diamlah! Kau akan mendesah keenakan jika sudah merasakan sentuhanku!”
Layani aku! Oh Tuhan? Apakah dia mengira aku seorang---? “Tolong! Lepaskan saya!” teriak Deandra sekuat tenaga berusaha melepaskan diri namun sia-sia. “Tuan, kenapa anda lakukan ini padaku? Apa salahku, tuan?”
Apa-apaan ini? Kenapa semua seperti ini? Kenapa aku bisa ada disini? Mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum dia berakhir dikamar ini. Pria yang sudah bergairah itu tak mempedulikan rengekan Deandra. Amarahnya tak terbendung lagi, entah apa yang merasukinya hingga bersikap seperti itu pada Deandra.
Tanpa basa-basi ia mendekatkan wajahnya dan mencium Deandra dengan brutal. Ia menekan bibir itu sekuat mungkin agar si empunya tak berdaya. Namun ia tidak menyangka jika gadis itu malah menggigit bibirnya.
Plak!
Satu tamparan keras mendarat di pipi Deandra kala Verrel mendorongnya jatuh ke atas ranjang. Pria itu marah dan menindih tubuh Deandra yang berusaha melepaskan diri. Dia mengunci pergerakan tangan dan kedua kaki Deandra yang berontak. “Berani sekali kau menamparku!”
Hiks...hiks..hiks
Tangisnya pun pecah tak terbendung lagi. "Saya tidak mau, Tuan. Tolong hentikan." kata Deandra sembari menangis.
“Diam kau, gadis sialan!” bentak Verrel menggebu. Tetapi, Deandra tak mengindahkan peringatan itu. Tangan Verrel menarik dagu Deandra yang meringis kesakitan. Ada bulir-bulir air mata keluar dari sudut matanya yang membuat Verrel tertegun. "Jangan menangis!"
Namun hal itu tidak berlangsung lama. Tangan Verrel mengelus kedua pipi Deandra secara bergantian sambil menyeringai. Mencoba untuk bersikap lembut pada gadis itu.
“Menurutlah jika kau tak ingin kesakitan,” ucap Verrel datar dengan tatapan tajam pada gadis yang sudah tidak berdaya di bawah tubuhnya. “Saya mohon, Tuan.Lepaskan saya,” pinta Deandra sendu dengan sisa-sisa tenaganya. Namun, permintaan lirih itu tidak dipedulikan oleh Verrel yang sudah berada dipuncak gairahnya.
Lagipun, buat apa dia harus memenuhi permintaan gadis itu, dia sudah membayar mahal untuk tubuh gadis itu apalagi gadis itu sudah membuatnya sangat marah dan mengacaukan hidupnya hari ini.
“Aku sudah membayar mahal tubuhmu. Jadi, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Atau, mungkin aku tidak akan pernah melepasmu” Ucapan itu diiringi dengan seringai menakutkan yang baru pertama kali Deandra lihat.
Hati Deandra berdenyut nyeri dan sangat sakit. Apakah tadi ia bilang? Kenapa dia begitu marah? Atau jangan-jangan….Tanpa aba-aba Verrel kembali mencium Deandra. Gerakan tangannya membuka perlahan pakaian yang gadis itu kenakan.
Pria itu semakin menekan, mendesak masuk untuk merasakan kehangatan yang lain. Verrel mengeram kala Deandra tak kunjung membuka mulutnya dan tidak membalas. Ia memberikan gigitan kecil di bibir itu hingga si empunya membuka tanpa suara.
Ia menjulurkan lidahnya untuk merasakan semua rasa yang ditawarkan. Tanpa menghentikan pergerakan kedua tangannya yang kini turun ke bawah. Masuk kedalam kain tipis yang tidak sepenuhnya menutupi **** ***** Deandra. Ia melepaskan ciuman liarnya, menatap wajah Deandra sekejap sebelum bangkit dan mengambil posisi diantara kedua kaki gadis itu. “Sial!”
Dia menghentikan aktifitasnya, perasaannya campur aduk antara marah, kesal, kasihan dan tak tega melihat gadis itu menangis. Namun, seorang Verrel yang terkenal kejam dan sadis tak akan membiarkan dirinya takluk oleh airmata seorang perempuan.
“Jangan menangis. Aku tidak suka,” ucap Verrel dengan suara pelan. Verrel menatap tajam wajah gadis itu yang menangis, tangannya mengusap airmata yang jatuh bergulir membasahi wajah cantik Deandra. "Sudah hentikan tangisanmu."
Ada rasa perih dihati pria itu melihat gadis didepannya menangis, belum pernah dia merasa kasihan pada siapapun selama ini, tapi berbeda dengan gadis ini. Disatu sisi, dia membenci deandra, itu menurutnya. Bukankah jarak antara benci dan cinta hanya setipis kulit ari?
Verrel benci gadis itu yang sangat keras kepala dan pembangkang. Bahkan berani keluar dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuannya. Namun, dia menyukai hal itu karena itu berarti dia akan mendapatkan sesuatu yang ia inginkan.
Ia ingin melindungi Deandra meskipun dengan cara yang salah, bahkan gadis itupun tidak sadar atas apa yang dilakukan oleh Verrel. Deandra membenci pria itu yang selalu berbuat sesuka hatinya. Keduanya saling membenci dengan alasan masing-masing.
Dengan gerakan cepat, ia mengambil posisi di kedua kaki Deandra. “Jangan Tuan! Saya mohon, jangan lakukan ini.” Deandra mencoba bangkit dan menahan tangan Verrel yang memegang kedua kakinya.
Gigi pria itu menggeletuk dan terlihat semakin marah, ia menggigit bibir Deandra membuat sudut bibir itu berdarah. Deandra merasakan pedih dibibirnya, dia kesulitan untuk bernapas.
Dia mencoba untuk meronta dengan sisa tenaga yang tersisa. Namun, sia-sia saja, melawan seorang pria bertubuh besar dan tinggi bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika pria itu sedang berselimut kabut gairah membara. “Tidak. Tolong lepaskan aku!.” Teriakan itu hanya menggema di batinnya saja. Pria yang memangut liar dengan penuh birahi itu tak memberikan jeda sedikitpun, dia terus menekan dan menuntut pembalasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Widhiana 1974
lanjut cha
2022-11-16
0
Yohana Woleka
Serahkan sudah hatimu pada bos yang sudah membelimu dari pamanmu.Dan bersama mengatur yang terbaik.
2022-08-20
1
Yuli Purwa
Dea nurut aja lho sm Verrel 🤭🤭
2022-07-17
1