“Ros, cepetan ini sarapan sudah siap,” Pagi ini Deandra memasak nasi goreng kampung untuk sarapan, mengisi kotak bekal makan siang dengan nasi, sayur lodeh, ayam goreng rempah dan sambal bawang. Deandra selalu membawa bekal makan siang untuk berhemat. Dia juga membuat stok sambal dan ayam ungkep disimpan di lemari pendingin. Jadi dia tak perlu repot-repot.
“Wah, enak banget ini.” kata Rosa duduk menyantap sarapannya. Deandra juga menyiapkan bekal makan siang untuk Rosa. “Nih bekal makan siangmu.” katanya. Deandra suka masak dan rasa masakannya memang sangat enak. Rosa selalu membantu sahabatnya didapur.
“Makasih. Selama loe tinggal disini, gue tambah sehat. Masakanmu enak banget.”
“Udah buruan, entar kita telat lho,” kata Deandra.
Saat tiba dikantor, Deandra sedikit bernapas lega, terlihat situasi aman. Tak ada tanta-tanda kalau dia dipecat. Sikap orang-orang dikantor juga biasa, dia pun makin yakin kalau tak ada seorangpun yang melihat kejadian kemarin. Melanjutkan pekerjaan seperti biasa. Sedang asyik mengerjakan pekerjaan, Katarina sudah berdiri disampingnya “Deandra, kamu diminta ke kantor pusat, supir kantor akan mengantarmu kesana. Bawa barang-barangmu sekarang.”
“Ada apa ya mbak?” heran dan takut muncul karena disuruh ke kantor pusat.
“Ini perintah dari atasan,” katanya tanpa menjelaskan siapa yang menyuruh Deandra pergi ke kantor pusat. Terlihat wajah pias gadis itu. Apa aku dipindah? Atau dapat promosi? Tidak mungkin dapat promosi aku kan baru belum lama kerja disini, kantor pusat berarti kantor Tuan Verrel? Wah gawat ini, pikirnya. Bagian HRD yang menerima telepon dari Frans pagi tadi sempat heran, kenapa Deandra dipindah ke kantor pusat, gadis itu belum lama bekerja disana. Namun, itu perintah kantor pusat, dengan alasan bahwa disana kekurangan staff disalah satu divisi.
...*****...
Dikantor pusat, setelah meeting pagi. Verrel terlihat sibuk dimeja kerjanya. Mendongakkan kepala melihat kearah jam menunjukkan pukul 9.30. Dia teringat sesuatu, meraih ponselnya menghubungi seseorang “Kau cari tau tentang wanita itu! Aku tunggu segera!” perintahnya pada salah satu orang kepercayaanya. Satu jam kemudian ponselnya berdering “Tuan, saya sudah mendapat info tentang wanita itu dan sudah saya kirimkan pada Tuan.”
“Kerja bagus.” meraih Ipadnya dan mengecek file yang dikirimkan oleh orang suruhannya. Senyum tipis disudut bibirnya setelah membaca info tentang wanita itu. Tangannya memijat dahinya, ada sesuatu yang dipikirkannya.
Menelepon Frans memintanya datang keruangannya.
“Apa kau sudah kerjakan perintahku?”
“Sudah, tuan. Sebentar lagi wanita itu akan sampai.” kata Frans.
“Hem...suruh dia langsung menemuiku.”
“Baik, Tuan.” Frans menerima telepon dari supir yang membawa Deandra. Mereka sudah tiba didepan gedung kantor itu. “Pak Diman, suruh wanita itu langsung keruangan direktur.”
“Dia sudah sampai, tuan.” lapor sang asisten. Dia merasa heran, siapa wanita itu sebenarnya.
Di lobi utama, resepsionis yang sudah menerima perintah untuk mengarahkan Deandra setelah sampai disana, nampak berjalan bersama gadis itu menuju lift. Sesekali wanita berambut sebahu itu melirik kearah Deandra yang berdiri disampingnya. Pintu lift terbuka, wanita itu mempersilahkan Deandra masuk “Silahkan, nona. Ruang direktur dilantai 30.” Siapa gadis ini? Kenapa dia bertemu direktur? Apa dia salah satu keluarga Tuan Besar? Pikirnya.
Tak lama lift tiba dilantai 30, lantai tertinggi dimana ruangan direktur berada. Ketukan dipintu terdengar setelah ada suara dari dalam menyuruh masuk, Deandra membuka pintu dengan gugup, sejak diperjalanan dia sudah merasa cemas, kantor pusat berarti bertemu si manusia galak, batinnya.
Melangkah hati-hati masuk dalam ruang itu, saat matanya menatap sekeliling ruangan, dia berdecak kagum melihat interior yang mewah. Frans mempersilahkan gadis itu duduk disofa, dia memperhatikan wajah gadis itu ‘Tunggu dulu, sepertinya wajah gadis ini tak asing. Sementara Frans sibuk dengan pikirannya dimana dia pernah melihat gadis itu sebelumnya Aha, aku ingat sekarang. Bukankah gadis itu yang berciuman dengan Tuan Besar di lift? Waduh gawat ini. Verrel berdiri dari duduknya, matanya menatap tajam dan melangkah mendekati Deandra lantas duduk disofa. Gadis itu terlihat pucat ketakutan. Jemarinya bertautan slaing meremas.
Dengan isyarat tangannya pada Frans, sang asisten pun keluar dari ruangan dengan bigung. Dia masih berdiri dibalik pintu yang tertutup mencoba mencuri dengar percakapan didalam. “Jangan berdiri disana Frans!” teriak Verrel yang tahu asistennya masih berada diluar. Sang asisten bergegas pergi sebelum diamuk karena menguping. “Kau tahu apa salahmu!” bertanya dengan suara keras. “Maaf, tuan. Saya tidak tahu,”suara dan tubuhnya gemetar, keringat dingin mulai bergulir didahinya. Verrel menatap gadis itu tanpa berkedip. Entah mengapa dia sangat kesal dan amarahnya memuncak pada gadis itu tapi dia merasa hal itu sangat menyenangkan.
“Pertama : kau sudah membuatku marah. Kedua, apa kau lupa apa yang kau lakukan kemarin?”
“Maksud, tuan?”
“Kau dihukum. Mulai hari ini kau akan bekerja disini.”
“Apa? Kenapa, Tuan? Kemarin tangan saya tak senga….” kalimatnya terpotong oleh Verrel “Mau terima hukuman disini atau dipecat!”
Deandra mendongakkan kepala menatap Verrel. Mata mereka bertemu, Verrel marah dan Deandra juga marah tak terima dihukum karena dia merasa tak bersalah. Bagi Deandra yang bersalah adalah Verrel yang sudah menciumnya lantas membentaknya. Ponselnya berdering, ada panggilan masuk dari Arion.
“Ya, ada apa?”
“Apa betul Deandra pindah ke kantor pusat?” tanya Arion. Tadi dikantor cabang dia meminta Katarina untuk menyuruh Deandra membawa bahan presentasi, dia terkejut saat Katarina bilang kalau Deandra ke kantor pusat atas perintah Tuan Verrel.
“Ya, dia ada disini. Kenapa?” dengan nada datar dan dingin.
“Aku perlu dia untuk presentasi, kenapa kau suruh dia kesana?”kata Arion kesal.
“Kau saja yang presentasi atau suruh Katarina! Gadis ini sedang menjalani hukumannya!”
“Hukuman? Maksudmu apa Verrel?”pria itu semakin bigung.
“Dia melakukan kesalahan besar padaku kemarin saat dikantormu. Aku berbaik hati tidak memecatnya tapi dia harus dihukum.”
“Baiklah. Aku tidak tahu kesalahan apa yang sudah diperbuatnya tapi jangan sakiti Deandra.”sambungan telepon langsung ditutup Verrel. Tatapannya tak beralih dari Deandra yang tertunduk. Tiba-tiba perutnya berbunyi, LAPAR! Dia sangat malu karena suara perutnya terdengar kencang, dia melirik pada Verrel yang menyipitkan matanya menahan senyum saat mendengar perut gadis itu berbunyi. ‘Aduh kenapa perutku bunyi? Bikin malu, padahal aku sarapan tadi pagi’
“Kau lapar? Baru jam 1 sudah lapar!.”kata Verrel.
Dia hanya menganggukkan kepala. “Maaf, Tuan. Tapi ini sudah lewat jam makan siang.’
“Kau tak berhak mengaturku. Kalau tak kuijinkan kau tak boleh makan.”
“Memangnya kau mau makan dimana hah?”bertanya seraya melirik arlojinya. Sudah jam 1.
“Jika diijinkan saya mau makan di pantry, tuan.”
“Apa? Makan di pantry? Apa kau mau memasak di pantry?
“Bu..bukan, Tuan.” Saya bawa bekal makan siang dari rumah.”
“Makan disini! Perintah Verrel.
“Tapi...Tuan.”
“Cepat makan. Setelah itu baru kau mulai kerjakan hukumanmu.”
Perasaannya campur aduk antara bigung, cemas, takut, marah. Dia segan memakan bekalnya diruangan itu. Ini ruang direktur, mana mungkin aku mengotorinya? Tapi kalau aku menolak bakal kena marah lagi, bisa-bisa hukumanku tambah berat.’
“Maaf, Tuan. Apa Tuan tidak makan siang?”
“Tidak. Kau makan saja dan tutup mulutmu!”
Deandra membuka bekal makan siangnya, Verrel masih duduk disofa seberang. Aroma makanan menggugah selera.. Indra penciuman Verrel tergoda oleh aroma sedap itu. Dia menatap kearah bekal makan siang gadis itu ‘sepertinya enak’ pikirnya.
“Apa kau masak semua ini?” tanya Verrel.
“Iya, Tuan. Setiap hari saya bawa bekal makan siang.” jawabnya. Dia merasa sedikit tenang karena Verrel tidak membentaknya lagi. Ya….untuk saat ini. “Kalau Tuan lapar. Saya tak keberatan koq makanan ini untuk, Tuan. Saya bisa makan roti saja.”
Verrel sebenarnya juga sudah lapar, apalagi melihat makanan didepannya yang terlihat lezat tapi. Terbersit idenya “Suapi aku!”
Mata Deandra membulat kaget “A..apa Tuan?”
“Apa kau tuli? Suapi saya. Ini hukuman pertamamu.”
Dalam hati Deandra mengumpat ‘Dasar manusia aneh, galak, licik. Sudah membentakku, mencium ehh sekarang makan siangku juga dia mau,minta disuapin lagi.’ Ya, Tuhan kuatkan aku.
Dengan ragu Deandra mengambil makanan dengan sendok dan menyodorkan pada Verrel “Tunggu, kau makan dulu! Pasti ada racunnya!”
“Ya, ampun Tuan. Mana mungkin saya taruh racun dimakanan sendiri?”
“Berani membangkang? Cepat makan!”
“Baik, Tuan.” memasukkan makanan kemulut dan mengunyahnya. Beberapa saat setelah menelan. Lantas Verrel berkata “Kau tidak mati. Berarti aman. Suapi saya sekarang!”
Geram! Ya, gadis itu sangat geram. Menyuapi Tuan Verrel pakai sendok yang kupakai? Bukankah itu artinya bibir ke bibir secara tak langsung? Ciuman tak langsung? Ya, Tuhan. Sungguh gila manusia galak ini, batinnya.
Perlahan, dia memberikan suapan pertama pada Verrel. Melihat kearah wajah pria itu, seperti apa reaksinya setelah makan masakan Deandra. “Not Bad.” katanya. “Lanjutkan!’
Deandra pun menyuapi Verrel hingga hanya tersisa sedikit saja dirantang “Sudah, kamu habiskan sisanya. Perutku sakit!” sambil pura-pura memegang perutnya. Padahal Verrel makan dengan lahap, dia suka masakan rumahan itu karena memang enak sekali.
Saat Deandra menyuapi Verrel, ada sepasang mata membelalak melihat pemandangan itu. Frans yang ingin masuk keruangan untuk mengambil dokumen, tak percaya apa yang dilihatnya. ‘Apa-apain itu? Kenapa Tuan Besar bertingkah aneh? Disuapi oleh gadis itu? Tempo hari dia mencium gadis itu. Lantas sekarang???? Ini betul-betul aneh bin ajaib. Dia menutup kembali pintu dan pergi. Frans masuk keruang kerja pribadinya, duduk dibelakang meja kerja sambil menghela napas dalam-dalam. Dia tak habis pikir dengan kelakukan sang Tuan Besar beberapa hari ini.
Selesai acara suap menyuapi…..hukuman Deandra dimulai. Verrel menyuruh seorang staff untuk membawa gadis itu keruangan arsip. Disanalah dia bekerja, tak pantas disebut bekerja karena berulang kali dia disuruh diberi banyak kerjaan, belum selesai satu kerjaan sudah diberi kerjaan lain, naik turun lift. Sisa hari itu dihabiskannya bertumpu pada kaki. LELAH, sangat lelah itu yang dirasakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
❤⃟ˢ ͪ◦•●◉✿ REMBULAN ✿◉●•◦
🤣🤣🤣 frans heran se heran heran nya
2022-08-07
3
Meili Mekel
mmng dasar
2022-08-02
2
Endang Winarsih
bener bener bikin ngakak 🤣 🤣
2022-08-01
3