Surya dan istrinya Diah berusaha mencari Deandra, setelah tahu jika gadis itu bekerja, mereka mau minta uang padanya. Namun kedua orang itu tidak menemukan keberadaan Deandra, sejak deandra tinggal sementara dirumah Rosa. Surya dan Diah pun tak tahu dimana tempat kerja deandra.
Siang ini terlihat Deandra sedang berada didalam taksi menuju sebuah restoran untuk membeli makanan pesanan sang Tuan Besar. Tiba di restoran Emperor, dia masuk kedalam dan seorang pelayan menyambutnya :Selamat siang, nona. Sudah ada reservasi?”
“Belum. Saya hanya ingin mengambil pesanan makanan Tuan Verrel.”
“Baiklah. Mari silahkan langsung kekasir, nona.” kata pelayan itu mengarahkannya ke kasir diikuti oleh Deandra dari belakang.
Makanan yang dipesan Tuan Besar sudah siap, pelayan tadi langsung memberikannya pada Deandra. “Berapa total semuanya?” tanya Deandra.
“Tidak perlu, nona. Restoran ini milik Tuan Besar.”
“Oh begitu, saya tidak tahu. Terimakasih ya. Saya permisi dulu” jawabnya sambil melangkah keluar dari restoran. ‘Huh….dasar pria galak. Kalau restoran ini miliknya kenapa tidak delivery saja? Menyusahkan aku saja’
Diah yang ada didalam mobil, siap meninggalkan restoran tempatnya bertemu dengan teman-teman sosialitanya melihat Deandra keluar dari pintu restoran. “Deandra! Deandra! Tunggu!”
Mendengar ada yang memanggil namanya, diapun langsung menoleh. Bola matanya membulat dan mulutnya menganga terkejut melihat bibinya ada disana. Buru-buru dia masuk kedalam taksi yang masih menunggunya.
Namun belum sempat dia menutup pintu taksi, Diah sudah berdiri disana dan menahan pintu. Dengan cepat tangannya menarik kasar lengan Deandra “Sini kamu. Saya mau bicara, penting!”
“Lepasin bi. Dea buru-buru mau balik ke kantor.”
“Hanya 5 menit! Ini hal penting, paman dan bibi sudah mencarimu kerumah tapi kamu tidak pernah ada. Ponselmu juga tidak bisa dihubungi. Kemana saja kamu hah?” bentak Diah.
“Maaf, bi. Saya keluar kota ada tugas dari kantor beberapa hari.” jawabnya berbohong karena dia tidak mau paman dan bibinya tahu keberadaannya sekarang. Ponselnya juga sengaja tidak diaktifkan supaya tidak bisa dihubungi oleh siapapun. Sementara dia memakai ponsel baru yang dibelinya dari uang bonus.
“Dengar baik-baik. Preman itu datang dan mengancam akan mengusirmu dari rumah itu jika tidak bisa melunasi hutang.”
“Tapi bi, saya tidak berhutang apapun. Paman yang menggadaikan rumah itu, kenapa saya yang harus bayar?”
“Ya sudah.Kalau kau tak mau menebus kembali rumahmu, segera angkat barang-barangmu keluar! Kecuali---” Diah mengeryitkan kening pura-pura berpikir.
“Kecuali apa bi?
“Mereka mengajukan syarat, jika kau mau menebus rumahmu kembali.”
“Apa syaratnya? Saya akan lakukan asal bisa menebus rumah itu.”
Diah tersenyum licik ‘sepertinya rencanaku bakal berhasil dan aku akan dapatkan uang yang banyak dari gadis bodoh ini’ pikirnya.
“Kau jadi jaminan hutang!”
“Hah? Jaminan hutang? Maksudnya apa, bi?” tanya gadis itu terkejut.
“Kau harus jadi jaminan untuk tuan besar.”
“Apa? Bibi sudah gila ya? Aku tidak mau.” betapa terkejutnya deandra mendengar syarat yang harus dia penuhi untuk menebus rumahnya. Dia tidak tahu jika itu hanya akal-akalan dari Diah.
“Ya sudah, kalau tidak mau. Segera keluarkan barangmu dari rumah itu. Mereka memberi waktu paling lama 3 hari untuk memberi jawaban.”
Wajah Deandra berubah pucat dan sedih. Bagaimana mungkin aku menyerahkan tubuhku sebagai bayarannya? Ya, Tuhan kenapa jadi begini? Tapi jika aku menolak, maka aku kehilangan rumah peninggalan orangtuaku. Satu-satunya yang tersisa.
“Kau pikir-pikir saja dulu. Toh tidak ada ruginya, kau serahkan dirimu pada tuan besar dan kau dapatkan kembali rumahmu.” Diah melangkah menuju mobilnya dan duduk dibelakang kemudi. Dia memandang taksi yang ditumpangi Deandra sudah meninggalkan tempat itu.
Aku sangat yakin, dia takkan menolak. Ha ha ha ha….kalau sampai dia menerima tawaran itu, aku akan dapat uang yang banyak. Rumah itu tetap tergadai. Senyum kemenangan diwajahnya memikirkan rencananya pasti berjalan mulus. Dia tahu betul Deandra takkan membiarkan rumah itu jatuh ketangan orang lain.
Sepanjang perjalanan ke kantor, pikiran gadis itu kacau dan sangat terpuruk. Dia tidak diberikan pilihan lain kecuali menyerahkan kesuciannya pada Tuan Besar. ‘Siapa tuan besar itu? Bagaimana kalau pria itu sudah sangat tua? Aduh—bagaimana ini? “Mbak, mbak sudah sudah sampai” kata supir taksi menyadarkan Deandra dari lamunannya. “Oh maaf mas. Ini uangnya,” keluar dari taksi dan melangkah tergesa-gesa masuk kedalam gedung.
...****...
Sesampainya dilantai teratas dimana ruangan direktur berada, terlihat sekretaris Verrel menatapnya dengan sinis, “Lama banget sih, sudah ditungguin dari tadi.”
“Maaf, mbak. Jalanan tadi macet.”
Setelah mengetuk pintu ruang direktur dan dipersilahkan masuk, gadis itu meletakkan paper bag berisi makanan diatas meja sofa. Verrel sudah ada disana, duduk sambil melipat kedua tangan didada. “Kenapa lama!” tanya Verrel. Deandra menundukkan kepala, menghindari tatapan tajam Verrel yang menatapnya intens. Dia bisa melihat wajah gadis itu yang memerah seperti menahan amarah. “Ada apa denganmu? Kenapa lama?
“Maaf, Tuan. Tadi jalanan macet.”
“Apa tadi kau habis berkelahi? Kau marah sama siapa? Sama saya?” Verrel berpikir Deandra marah padanya karena menyuruh staff nya memberi banyak pekerjaan pada Deandra, ditambah lagi menyuruhnya mengambil pesanan makan siangnya ke restoran.
“Tidak, Tuan. Mana berani saya marah pada, Tuan.” jawabnya.
“Ehm. Siapkan makananku!”
Deandra mengambil sekotak makanan dan memberikan pada Tuan Verrel. Tanpa sengaja tangan Verrel menyentuh tangan gadis itu saat mengambil sendok yang disodorkannya, membuat wajahnya merona merah.
“Ambil satu kotak makanan itu untukmu. Kau tidak bawa bekal hari ini bukan?”
“Iya, Tuan. Terimakasih.” katanya sambil melangkah hendak keluar ruangan setelah mengambil satu kotak makanan. ‘Pantas saja dia pesan 3 kotak, aku pikir untuk dia semua.’
“Mau kemana kau!”
“Saya ijin, Tuan. Mau makan di pantry.”
“Makan disini saja, apa kau takut kumakan?” katanya membuat gadis itu kaget. Ini kedua kalinya dia makan siang bersamanya.
“Baik, Tuan.”
Makanan dari restoran itu sangat lezat. Restoran tersebut adalah milik dari keluarga Ceyhan dan merupakan restoran terbaik. Yang makan disanapun kalangan tertentu karena harga makanan terbilang mahal. Selain itu harus melakukan reservasi terlebih dahulu.
Deandra yang tidak ingin berlama-lama bersama pria itu diruangannya, makan dengan cepat membuatnya tersedak, uhuk!
“Pelan-pelan makannya! Kau seperti tidak pernah makan enak.”
“Maaf, Tuan.” wajahnya memerah. Melihat sebuah tangan kekar yang menyodorkan minuman kaleng padanya. Dia terkejut karena perlakuan Verrel yang baik padanya hari ini. Meskipun dia selalu diberikan banyak kerjaan, setidaknya hari ini dia tidak dibentak.
Setelah keduanya selesai makan siang, deandra yang melihat ada satu kotak makanan tersisa langsung bertanya “Maaf, Tuan.Ini ada satu kotak makanan lagi. Sayang kalau dibuang”
“Siapa yang suruh buang, hah? Itu untukmu.”
“Tapi saya sudah makan,Tuan.”
“Kau boleh makan lagi nanti. Kau akan kerja lembur hari ini.” kata Verrel sambil berjalan kembali ke meja kerjanya. “Terimakasih, Tuan.” Deandra membersihkan meja, membuang kotak bekas makanan ke tempat sampah diluar ruangan. Sekretaris yang melihat gadis itu keluar dari ruang direktur, langsung menatapnya tajam dan sinis. Ini bukan pertama kalinya dia melihat Deandra berada diruang direktur untuk waktu yang cukup lama.
Dia membenci Deandra, belum pernah ada seorang wanitapun yang berada diruangan itu cukup lama. Apalagi hanya berdua, makan siang bersama sang direktur, sang idola semua wanita. Dia saja yang sudah bekerja selama 3 tahun sebagai sekretaris, hanya masuk keruangan itu jika dipanggil itupun hanya sebentar. Boro-boro diajak makan siang.
Deandra tak mempedulikan tatapan si sekretaris. Dia masuk kembali keruangan Verrel “Maaf, Tuan. Kalau sudah tidak ada keperluan lagi, saya ijin kembali kerja.” berdiri terpaku karena Verrel hanya diam menekuni dokumen dihadapannya. Dia menekan tombol menghubungi sekretarisnya “Sonya, bawa berkas-berkas tadi.”
“Baik, Tuan.”
Pintu diketuk dan terbuka, sang sekretaris membawa tumpukan berkas file ditangannya. Hanya dengan isyarat tangan dari sang direktur, Sonya meletakkan semua berkas diatas meja dan melangkah keluar ruangan dengan melirik tajam pada Deandra.
“Kau mengerti pakai komputer? Kau bisa mengetik?”
“Bisa, Tuan.”
“Kau kerjakan semua berkas ini, pakai laptop ini,” kata Verrel sambil memberikan sebuah laptop padanya. “Kau kerjakan disini. Duduk disana.” tunjuknya kearah sofa.
“Baiklah, Tuan.” membawa laptop dan semua berkas meletakkannya diatas meja sofa. Banyak juga berkas yang harus dia kerjakan. Semua harus diketik ulang karena ada berkas yang dicoret-coret pertanda sudah dikoreksi, ada berkas untuk meeting dan presentasi, ada juga berkas laporan. Tuan Verrel meminta gadis itu untuk menyelesaikan hari ini juga.
...******...
Diah sampai dirumahnya, langsung masuk dengan tergesa-gesa mencari Surya sang suami. “Mas, kamu dimana?” Wanita itu terlihat senang karena sudah menemukan Deandra. “Ada apa sih teriak-teriak?” tanya Surya.
“Coba tebak, tadi aku ketemu siapa?”
“Ya, ketemu teman arisan sosialitamu.”
“Bukan itu. Tadi aku ketemu Deandra didepan restoran!”
“Benarkah?”
“Iya. Sepertinya anak itu banyak uang sekarang. Nyatanya dia bisa beli makanan di restoran mewah itu.”
“Memangnya kamu tahu dimana dia bekerja?”
“Tidak. Tapi---tadi aku mengancamnya.”
“Memang kamu bilang apa sama anak itu?”
Diah pun menceritakan semuanya pada Surya. Mendengar penjelasan istrinya, wajah pria itupun langsung berbinar. “Bagus itu. Kalau begitu aku akan menghubungi Tuan Besar.”
“Iya mas. Buruan ajukan penawaran pada Tuan Besar.”
Surya masuk kedalam kamar untuk mengambil ponselnya dan menghubungi Jack. Salah satu orang kepercayaan sang Tuan Besar di lapangan.
“Apa kau mau bayar hutangmu!” teriak Jack saat menerima telepon dari Surya.
“He..he...he. Saya ada penawaran untuk Tuan Besar.”
“Berani kau tawar menawar? Kau sudah kuperingatkan harus menyerahkan jaminan atas hutang-hutangmu!”
“Sabar, tuan. Justru saya mau menawarkan jaminan untuk tuan besar.”
“Jaminan apa yang kau punya?” tanya pria besar menyeramkan itu.
“Aku ingin bertemu langsung dengan Tuan Besar untuk membicarakannya.” Surya pikir jika dia bertemu langsung maka ia bisa mengajukan penawaran tinggi.
“Tidak bisa. Kau cukup bicara denganku! Katakan apa yang kau tawarkan?”
“Baiklah. Aku akan kirim penawaranku padamu sekarang.” kata Surya menyudahi pembicaraan. Tak butuh waktu lama, dia mengirimkan email berisi penawarannya, jaminan hutangnya adalah seorang gadis berparas cantik.
Ting!
Notifikasi pesan masuk ke ponsel Jack. Dia pun langsung menghubungi si Tuan Besar. “Halo,”
“Ada apa Jack?”
“Surya menawarkan sesuatu sebagai jaminan hutang. Dia baru saja mengirim detailnya padaku.”
“Bilang pada pria brengsek itu, SAYA tidak tertarik!”
“Tapi, Tuan. Lebih baik Tuan lihat dulu penawaran si Surya.”
“Kirimkan sekarang!”
“Baik, Tuan.” Jack segera mengirimkan penawaran jaminan hutang dari Surya. Bahkan, Surya mengatakan jika tuan besar tidak tertarik pada penawarannya, maka dia akan memberikan penawaran itu pada orang lain.
...*****...
Verrel memperhatikan gadis itu yang sedang fokus didepan komputer. ‘Gadis pembangkang ini ternyata rajin juga’. Dia teringat kejadian kemarin sore, saat dia meminta salah satu staff nya untuk menyuruh Deandra memfotocopy dokumen yang sangat banyak. Sampai-sampai kakinya pegal kelamaan berdiri, saat itu Verrel melihat tingkah Deandra dari CCTV yang terhubung ke Ipadnya. Deandra yang kesal mengumpat-umpat sambil menghentak-hentakkan kaki kelantai. Tingkahnya yang sangat lucu membuat Verrel tertawa. Tawa yang tidak pernah terdengar selama ini, membuat sang asisten pun terheran-heran. Ada apa dengan sang atasan yang sering bertingkah tidak wajar.
“Kau kerjakan semua sampai selesai! Jangan pergi kalau belum selesai!” seraya melangkah menuju pintu. “Tuan mau kemana?” tanya Deandra.
“Sejak kapan kau mengurusiku?”
“Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud lancang. Kalau diijinkan biar saya kerjakan berkas-berkas ini diruangan lain saja,”
“Tidak bisa! Kau tunggu disini.”
“Baik, Tuan.”
Deandra seorang diri diruangan direktur yang luas itu. ‘Tuan Verrel mau kemana ya? Kenapa aku disuruh menunggu disini? Kalau ada barang hilang pasti aku lagi yang disalahkan. Atau, jangan-jangan dia mau menjebakku?
Tak lama setelah Verrel pergi, Sonya masuk kedalam ruangan “Kenapa kamu masih disini?”
“Iya, mbak. Tuan menyuruhku mengerjakan semua berkas ini.”
“Kerjakan diruangan lain!” bentak Sonya.
“Maaf, mbak. Tapi Tuan tidak mengijinkan saya keluar dari ruangan ini.” jawabnya sambil mengeryitkan dahi. ‘Kenapa sonya bersikap sinis padaku? Apa dia suka pada pria itu?
“Ada hubungan apa kamu sama Tuan Besar?”
“Maksudnya?”
“Halahhh tidak usah pura-pura. Semua wanita menyukai Tuan Besar. Pasti kamu menggodanya iyakan? Mana ada wanita yang menolak Tuan Besar” ucapnya ketus menuduh Deandra.
“Maaf, ya mbak. Saya disini untuk bekerja. Bukan menggoda Tuan Besar! Emangnya saya salah apa sama mbak Sonya? Kenapa mbak selalu ketus dan sinis sama saya?” geram dengan kata-kata Sonya, diapun berdiri sambil mengepalkan tangan. ‘Siapa juga menggoda manusia galak kejam itu.’ katanya dalam hati.
Tiba-tiba ponsel Sonya berdering, ada panggilan masuk dari Tuan Verrel, setelah telepon tersambung, terdengar suara Tuan Verrel yang marah “Sedang apa kau diruanganku?” ternyata Verrel mengawasi Deandra dari cctv yang tersambung ke ponselnya. Dia melihat sonya masuk keruangannya dan terlihat memarahi deandra. Sonya ketakutan saat Verrel mengetahui dia sedang ada diruangannya.
“Ma-maaf Tuan. Tadi saya mau mengambil berkas.”
“Keluar dari sana. Jangan ganggu wanita itu bekerja.”
“Baik, Tuan.” katanya sambil melangkah keluar ruangan.
‘Sialan seharusnya aku tahu kalau Tuan Besar mengawasi gadis itu. Mana mungkin dia meninggalkannya seorang diri disana tanpa mengawasinya. Tolol! Tolol! Pasti nanti aku kena marah lagi sama Tuan Besar, pikirannya kacau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Bzaa
tuan besar memang meresahkan 😉
2023-11-04
1
❤⃟ˢ ͪ◦•●◉✿ REMBULAN ✿◉●•◦
aih dasar sekertaris tak tau malu 😪😒
2022-08-07
4
Meili Mekel
sonya cari masalah
2022-08-02
1