Tuan Verrel dikenal sebagai pebisnis handal. Dia selalu punya ide cemerlang untuk menciptakan produk terbaru dan mempunyai tim kerja yang handal. Produk-produknya selalu mengguncang pasaran, selalu ada ide cemerlang untuk memunculkan produk yang tak bisa terkalahkan oleh perusahaan lain. Tak ada seorangpun yang berani mengusiknya. Verrel terus berjalan menuju ruangannya. “Selamat pagi,Tuan,” ucap karyawan bersamaan.
“Hmm. Frans keruanganku sekarang!” Verrel melangkah masuk keruangannya. Ruangan CEO berada dilantai teratas gedung yang didesign dengan kaca membentang, memperlihatkan pemandangan kota. Siapapun akan menikmati pemandangan dari ruangan itu, namun tidak bagi Verrel. Dia lebih memilih menghabiskan waktu untuk bekerja dan bersenang-senang dengan wanita malam.
“Bagaimana persiapan untuk peluncuran produk baru?
“Semua sudah siap, Tuan. Model yang dipilih untuk mempromosikan pun sudah sesuai standar perusahaan,” jawab Frans. Dia selalu bicara tanpa bertele-tele, sudah bekerja lama dengan Verrel membuatnya paham betul keinginnan bos nya.
“Bagus. Kamu handle semuanya seperti biasa,” melirik Frans yang masih berdiri dihadapannya. “Jangan ada satu kesalahanpun!” imbuhnya lagi.
“Baik,Tuan. Kalau begitu saya mohon undur diri,” pamitnya.
Dengan gerakan satu tangan Verrel memberi isyarat pada asistennya. Dia mulai membuka dokumen dihadapannya, menelaah satu persatu lalu menandatangani dan membubuhkan stempel perusahaan.
Tiba-tiba bayangan seorang gadis menganggu ketenangannya. Sial! Umpatnya seraya membanting dokumen diatas meja. Teringat wajah memohon gadis itu, rintihan dan desahannya. Mata sayu yang memandangnya penuh harap agar Verrel tak menyentuhnya. Bayangan kejadian pagi tadi, membuat gairahnya muncul lagi. Sial! Sial! Sial! Umpatnya.
Kenapa wajah gadis bodoh itu terus hadir mengangguku? Menggoyang-goyangkan kepalanya berusaha keras menghapus ingatannya dari Deandra. Sekuat apapun dia mencoba, namun bayangan wajah gadis itu terus bermain-main, membuat konsentrasinya terganggu. Ini pertama kali dalam hidupnya, seorang gadis bisa menganggu pikirannya.
Verrel melangkah ke kamar mandi yang berada diruangannya, membasuh wajah. Menatap kearah cermin didepannya, lagi-lagi wajah deandra dengan senyum manisnya muncul disana. Tanpa sadar tangannya memukul cermin itu hingga pecah. Telapak tangannya berdarah terkena pecahan kaca.
Ini sungguh keterlaluan, pikirnya. Gadis itu sudah membuatku kacau. Kembali keruang kerjanya, membalut luka tangannya dan mencoba kembali bekerja. Meskipun sangat sulit baginya untuk konsentrasi.
...****...
Ditempat lain, Deandra terjaga dan menatap sekelilingnya. Ya, ampun ini bukan rumahku! Dimana aku? Wajahnya nampak ketakutan. Berusaha duduk diatas ranjang yang ditidurinya, setelah menyempurnakan pandangannya, napasnya terengah-engah. Apa aku kembali pada pria brengsek itu? gumamnya.
Tapi, ini bukan kamar hotel, ini juga bukan apartemen pria brengsek itu, tapi ini kamar seorang laki-laki. Sesaat setelah mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Desain ruangan itu memang khas laki-laki. Ia melirik kearah nakas, ada bingkai foto seorang laki-laki disana. Jantungnya berdetak kencang serta ketakutan merasukinya. Ssshhhh…..rasa sakit kembali menyerang area feminimnya. Astaga! Cobaan apalagi ini?
Pintu kamar terbuka, seorang pria masuk membawa nampan. Pria itu berjalan menghampiri Deandra dan meletakkan nampan di nakas.
“Kamu sudah merasa baikan?’ ucap lelaki itu panik.
“Apa yang terjadi padamu?” tanyanya lagi sambil menyentuh lengan Deandra yang langsung ditepis gadis itu.
“Jangan sentuh aku!”sambil menyilangkan tangan didepan dada seraya menatap waspada pria didepannya.
“Jangan takut. Aku hanya ingin menolongmu. Jauhkan pikiran burukmu.” Namaku Billy,” mengulurkan tangan pada Deandra sambil menyunggingkan senyum.
Deandra tak langsung membalas, ia menatap wajah lelaki itu berulang-ulang untuk memastikan Billy tidak berbahaya.
“Ha.ha...ha. Kamu terkesima lihat wajah tampanku ya? Sampai begong.” candanya mencairkan suasana tegang diantara mereka. Deandra masih merasa cemas berada diruangan berdua dengan lelaki tak dikenal. Terlebih setelah pengalaman buruk yang dialaminya.
“Percayalah! Aku tidak berniat menyakitimu. Aku menemukanmu pingsan didepan hotel. Aku sempat berpikir kalau aku tadi menabrakmu sampai pingsan. Ternyata tidak! Kau pingsan tidak jauh dari mobilku.” jelasnya.
“Ini apartemenku. Maaf jika membawamu kesini tanpa persetujuanmu. Aku tidak tahu harus apa, aku tidak tahu alamat rumahmu. Jadi kupikir lebih baik membawamu kesini.” mencoba menenangkan deandra atas situasi sebenarnya.
Deandra mencoba mengingat apa yang terjadi. Berpikir sejenak, dia ingat berjalan keluar hotel, mencoba menghentikan taksi saat dia melihat sebuah mobil mengarah kedekatnya. Dia ingat menghentikan mobil yang dia pikir taksi. Setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi. ‘Ahhhhh…..mungkin pria ini supir taksi?
“Kamu supir taksi?”tanya Deandra.
“Ha..ha….ha apakah ada supir taksi setampan aku? Apa tadi kamu mengira mobilku adalah taksi?” candanya.
“hiks...hiks….hiks...”tangis Deandra pecah.
“Ssstt….hei hei hei! Sudah jangan menangis.” mencoba menenangkan Deandra. Mungkin sesuatu yang buruk telah menimpa gadis ini pikirnya. Deandra menengadahkan wajah dan memandang lelaki itu. Dia bukan Verrel.
“Kamu lihat! Kita tidak pernah bertemu kan,” ucap Billy. Deandra menjawab dengan menggelengkan kepala.
“Makanlah dulu. Pulihkan tenagamu. Setelah itu kita ke dokter,” kata Billy mengambil makanan diatas nakas dan memberikannya pada Deandra.
“Terima kasih. Tak perlu repot membawaku ke dokter.”
“Tapi kamu keliatan sangat lemah. Sebenarnya apa yang terjadi?” tanyanya lagi.
“Hmmm….tidak ada apa-apa. Lebih baik aku pulang.”
“Baiklah. Habiskan makananmu setelah itu akan kuantar pulang,”
Sebenarnya Deandra keberatan diantar pulang oleh Billy. Namun kondisinya terlalu lemah dan dia takut pulang naik taksi, sesuatu yang buruk menimpanya lagi. Rasa sakit dan perih mendera area feminimnya, membuatnya tak nyaman berada lama-lama di apartemen lelaki itu.
Dengan sabar Billy menuntun Deandra ke mobil. Memasang safety belt. Sampai disuatu pertigaan, Deandra minta turun, mengucapkan terimakasih dan melangkah pergi. Billy heran dengan sikap gadis itu, namun dia tak bisa memaksa untuk mengantar gadis itu sampai didepan pintu rumahnya. Setelah berjalan cukup jauh, Deandra mengambil jalan pintas menuju rumahnya.
Tiba didepan rumahnya. Membuka pagar depan dan menguncinya kembali. Rasa takut menguasai dirinya. Setelah berada didalam rumah, dia langsung mengunci pintu, melangkah masuk ke kamar tidur, melemparkan tas keatas meja.
Melangkah masuk ke kamar mandi yang ada dikamar tidurnya, menanggalkan semua pakaian, membuang asal, berdiri dibawah pancuran dan menggosok tubuhnya dengan menuang sebanyak mungkin sabun mandi. Dia ingin menghilangkan sisa yang tertinggal dari tubuh pria itu. Ia menatap tanda merah disekujur tubuhnya yang ditinggalkan Verrel, menorehkan rasa sakit ditubuh dan hatinya.
“Laki-laki sialan! Bajingan!” teriaknya meraung meratapi nasib. Bagaimana kelanjutan masa depannya yang sudah tak perawan lagi?
Tergiang ucapan lelaki itu “Aku membayar mahal tubuhmu. Aku takkan melepasmu.” Amarah deandra membara, menyudahi mandi dan mengenakan pakaiannya. Menjatuhkan tubuhnya yang lelah tak bertenaga diatas ranjang, memejamkan mata tertidur lelap.
Ya, itulah yang dibutuhkannya saat ini.Tidur untuk memulihkan tenaga yang habis terkuras oleh keganasan Tuan Verrel. Tak mungkin dia masuk kerja hari ini dengan kondisi mengenaskan tanpa tenaga sedikitpun. Jika mungkin, dia tak ingin lagi bekerja diperusahaan itu. Dia membencinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
sandi Gelau
jahat lagi paman dia..
2023-03-12
2
Aisyah Muhammad
ya emang kan si verel nyuruh dia istirahat, kaga usah masuk kerja, Lo nya aja yg malah kabur
2022-11-13
1
Aisyah Muhammad
bego Lo deandra udah tau paman dan bibi Lo jahat,. malah balik lg kesitu, kecuali Lo di bawah pengawasan bodyguard nya si verel baru aman, ntar Lo malah di jual sm bandot tua, sukurin Lo baru tau rasa
2022-11-13
1