Ring! Ring!
Ponsel Verrel berdering sesaat sebelum dia melangkah ketempat parkir. Dia bisa melihat Deandra sedang berdiri disana. “Halo. Ada apa kau meneleponku malam-malam begini!”
“Selamat malam Tuan Besar. Maaf kalau sudah menganggu” terdengar suara pria.
‘Apa maumu, brengsek!”
“Saya hanya ingin menanyakan tentang penawaran saya, tuan.”
“Tidak tertarik!” kata Verrel ketus.
“Baiklah, tuan. Kalau Tuan menolak maka penawaran akan saya berikan pada orang lain.” kata pria itu yang tak lain adalah Surya, pamannya Deandra.
Tiba-tiba Verrel teringat tentang tua bangka yang disebutkan oleh Jack dalam pesan singkatnya tadi sore. Jack mengatakan jika pria tua itu telah memberikan uang pada Surya untuk membeli gadis itu. Rasa marah membuat matanya berubah merah, tangannya mengepal ‘Kurang ajar kau Surya! Gumamnya dalam hati.
“Dimana gadis itu sekarang?” tanya Verrel.
“Ada dirumah saya, tuan.” kata Surya berbohong, dia tak tahu jika Deandra masih diarea parkir menunggu sang tuan besar.
“Ha..ha...ha...ha. Berani sekali kau berbohong, brengsek!” suaranya terdengar menyeramkan seperti singa yang siap menerkam.
“Saya tidak bohong, Tuan.” dengan percaya diri tinggi Surya berusaha menyakinkan.
“Dia dirumahmu kau bilang?”geram atas kebohongan pria brengsek itu.
“Bagaimana bisa gadis itu ada dirumahmu, kalau dia ada bersamaku sekarang!” teriak Verrel yang membuat Surya terkejut.
Verrel memperhatikan gerak gerik gadis itu dari tempatnya berdiri.
"A--Apa maksud, Tuan?" Surya sangat terkejut mendengar ucapan si Tuan Besar. Dia tahu Deandra bekerja disana tapi dia tak menyangka kalau dia kalah cepat. Tapi Surya tidak kehilangan akal.
“Bisa saya bicara dengannya, tuan?” tanya pria itu sedikit bergetar. Ketahuan berbohong pada Tuan Besar berarti hukuman berat menunggunya. Tapi dia tak mau jika dipermainkan oleh si tuan besar.
“Baik, jika kau tak percaya,” Verrel berjalan kearah Deandra, begitu sudah berada tepat didepan gadis itu “Bicaralah.” sambil memberikan ponselnya pada deandra. Bigung tidak tahu apa yang terjadi, deandra mengambil ponsel dari tangan Verrel dan “Halo,”
Mendengar itu adalah benar suara deandra, wajah Surya pucat dan sebelah tangannya menutup mulutnya, matanya membesar.
“Deandra, ini paman. Kau dimana?”
Tak kalah kagetnya mendengar suara pamannya “Ya, paman. Aku sedang bersama Tuan Verrel.” seraya melirik pada Verrel yang masih menatapnya tajam.
“Ada apa, paman?” Masih kebigungan, Ada apa ini? Kenapa paman menghubungi Tuan Verrel? Kini dia semakin ketakutan dan cemas. Belum sempat Deandra menjawab, tangan Verrel dengan cepat meraih ponselnya “Sudah kau dengar?” bentak Verrel sambil mengakhiri pembicaraan.
...*...
Surya yang panik dan ketakutan, berjalan mondar mandir ditempatnya mencoba memikirkan sesuatu. Jika Deandra bersama Tuan Besar sekarang berarti aku tidak dapat apa-apa bahkan akan dituntut Tuan Broto untuk mengembalikan uangnya. Ya, dia sudah menawarkan keponakannya pada seorang pria kaya yang sudah berumur.
Dia menekan nomor tuan besar dan menghubunginya namun tidak mendapat jawaban. Tak kehilangan akal dia pun mengirimkan pesan singkat ‘Maaf, Tuan. Jika Tuan sudah bersama keponakan saya sekarang, berarti Tuan menyetujui penawaran saya. Saya tunggu pembayarannya, Tuan.’
...*...
Verrel membuka pintu mobil sport putihnya dan mempersilahkan deandra masuk. Perlakuan tuan besar ini benar-benar membuat deandra makin heran dan bigung. Tidak ada penjelasan apapun yang diterimanya dengan yang baru saja terjadi.
“Kau mau kuantar kemana?” tanya Verrel sambil melajukan mobilnya keluar dari gedung perkantoran miliknya. Deandra hanya dia karena dia tak tahu harus kemana malam ini.
“Hei! Kenapa kau diam!”
“Ehmmm….maaf, Tuan. Sebenarnya sa--”dengan suara bergetar mendengar si tuan besar membentaknya lagi. Matanya lurus menatap fokus ke jalanan, sementara tangan kekarnya mengenggam erat kemudi mobil. Melirik ke gadis yang duduk disebelahnya, terlihat pipi gadis itu sedikit basah oleh airmata. Tangan kirinya mengusap airmata di pipi deandra yang membuat gadis itu terkejut.
“Aku tahu kau bigung. Kau tidak mungkin pulang kerumahmu. Aku akan membawamu kesuatu tempat.” kata Verrel menjawab semua kebigungan deandra.
“Maaf, Tuan. Ada hubungan apa antara pamanku dan Tuan?” bertanya dengan keraguan tak mau membuat singa besar disampingnya marah.
“Ehmmm….apa kau tidak tahu? Pamanmu tidak mengatakan apapun padamu?”
Deandra mulai berpikir tentang kejadian beberapa hari ini, ancaman paman dan bibinya serta penawaran dari tuan besar. Apa tuan besar yang dimaksud adalah Tuan Verrel? Tanyanya dalam hati. Tidak ada perbincangan yang terjadi diantara keduanya setelah itu, mereka diam dan larut dengan pikiran masing-masing.
Verrel yang masih memikirkan penawaran Surya. Dia bukanlah seorang yang suka diatur oleh orang lain apalagi itu tentang mengambil keputusan. Tapi Surya melakukan itu padanya, membuatnya sangat marah dan geram.
Namun, membayangkan jika gadis yang duduk disebelahnya itu akan dijual pada seorang tua bangka brengsek, membuat Verrel makin marah. ‘Daripada gadis ini jatuh ke tua bangka itu, lebih baik dia bersamaku’ pikirnya. “Toh gadis ini juga sangat cantik.’
Tidak disadarinya bahwa sejak ada deandra sikapnya aneh, bahkan sang asisten pribadinya pun tidak habis pikir dengan kelakuan atasannya itu yang dianggapnya aneh dan langka. Tak berapa lama, mobil sport putih itu sampai di sebuah apartemen. Verrel keluar dari mobil bersama deandra. Gadis itu yang masih bigung, memandang gedung apartemen mewah dihadapannya.
“Kita mau kemana, tuan?’
“Jangan banyak tanya. Ikuti saja perintahku!” kata Verrel sambil menarik tangan gadis itu masuk kedalam gedung apartemen. Melihat kedatangan sang tuan besar, beberapa petugas keamanan dan juga karyawan menundukkan kepala sebagai penghormatan yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Verrel.
Gedung Apartemen mewah “La Viesta Sky” adalah gedung apartemen termewah di negri ini dan salah satu gedung apartemen milik keluarga Ceyhan. Verrel terus berjalan sambil menarik tangan deandra masuk kedalam lift. Keduanya masih diam, hingga lift sampai dimana penthouse milik Verrel berada.
Begitu pintu terbuka dan melangkah masuk, mata deandra terbelalak melihat betapa mewahnya apartemen itu. Verrel memperhatikan wajah kagum gadis itu. ‘Dasar gadis bodoh, mulutnya sampai menganga’
“Sudah selesai?” tanya verrel melihat gadis itu yang terkagum-kagum.
“Ehmm...maaf, Tuan. Apartemen ini bagus sekali.” kata nya dengan mata membulat. Berjalan kearah sofa besar yang berada di tengah ruangan menghadap ke jendela besar terbuat dari kaca sehingga memperlihatkan pemandangan indah diluar sana. Menjatuhkan tubuhnya diatas sofa warna hitam yang lembut itu,
Verrel yang ada di bar yang terdapat di ruangan itu, meraih sampanye, menuangkan ke gelas dan menyesapnya habis. Menyodorkan sebotol air mineral pada deandra sambil duduk disamping gadis itu. “Kau lapar?”
“Tidak, Tuan, Tadi saya sudah makan.”
“Boleh saya bertanya, tuan?” Deandra bertanya.
“Kau mau tahu kenapa pamanmu menghubungiku?”
“Iya, betul sekali, Tuan. Apa Tuan kenal pamanku?”
Verrel menghela napas dan menatap gadis disampingnya, menceritakan perihal Surya yang berhutang banyak padanya. Soal hutang judi, hutang perusahaan dan rumah orangtua deandra yang digadaikan padanya sebagai jaminan hutang.
“Ja-jadi? Orang yang dimaksud pamanku itu--?”
“Ya, aku. Dia sudah bilang padamu?” tanya Verrel.
Mendadak deandra bersimpuh dihadapan Verrel sambil merapatkan kedua tangannya didada memohon “Saya mohon, Tuan. Saya tidak mau!”
“Lantas apa maumu?” tanya Verrel.
“Tuan bisa memotong gajiku setiap bulan, tapi tolong jangan ambil rumahku. Itu satu-satunya peninggalan orangtuaku yang tersisa.” kata deandra, airmata mulai menetes jatuh dipipinya. “Tapi tolong, Tuan. Jangan sakiti aku.” katanya memohon.
Verrel kembali menarik napas dalam-dalam. “Kau bisa memilih! Aku atau tua bangka itu!”
“Ma-maksudnya apa, tuan?” bertanya kaget.
Verrel meraih ponsel, membuka pesan dari Surya dan menunjukkannya pada deandra, membuat gadis itu sangat terkejut. “Apa?” bola matanya membulat, dia tidak punya pilihan lain. Dia mendongakkan wajahnya menatap Verrel, keduanya saling menatap. Tiba-tiba verrel menundukkan kepalanya dan mencium bibir gadis itu. Cup!
Deandra terpelongo mendapat ciuman mendadak dari sang tuan besar, diam terpaku. Kemudian Verrel memegang kedua bahu gadis itu dengan erat “Kalau aku menyetujui permintaanmu untuk memotong gajimu setiap bulan, pamanmu tetap akan menjualmu pada tua bangka itu, kau tidak punya pilihan lain!”
“Kau harus pilih bersamaku atau tua bangka itu,”
“Memilihmu tidak akan mengubah apapun, tuan,’ kata deandra.
“Setidaknya kau melayani seorang pria kaya dan tampan. Atau kau lebih suka melayani tua bangka itu?” tanya verrel yang membuat deandra merinding membayangkan dirinya bersama seorang pria yang lebih pantas jadi kakeknya.
Tapi, jika ia memilih tuan besar maka dia akan tersiksa, mengingat kabar yang didengarnya tentang kebuasan pria ini. Ibarat makan buah simalakama, dia dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit.
“Jika saya memilih tuan, apakah tuan janji tidak akan menyakitiku?”
“Ha..ha….ha...ha. Kau berani tawar menawar denganku? Kau tentukan saja pilihanmu!”
Meraih lengan deandra yang masih berjongkok didepannya, menarik gadis.
“Lepaskan, Tuan! Saya tidak mau!” teriak deandra berusaha melepaskan diri. Namun Verrel tidak peduli dengan teriakannya dan terus menariknya naik ke lantai dua, berhenti didepan sebuah pintu dan membukanya.
“Diam! Ini sudah malam!” Sambil membuka pintu dan menarik tubuh deandra. Sambil meringis kesakitan karena genggaman kuat dilengannya namun kembali matanya melotot saat melihat kamar tidur itu. Sangat mewah, dengan ranjang besar yang terletak ditengah ruangan. Terdapat sofa besar warna biru tua dekat jendela.
“Kau tidur disini malam ini!” kata Verrel melepas genggamannya dari lengan deandra sambil menatapnya tajam. “Apa aku akan sendirian disini, tuan?” kata deandra. Tapi, pertanyaan itu justru disalah artikan oleh Verrel. Dia tersenyum menyeringai sambil menatap tajam deandra. ‘Berarti dia sudah memutuskan pilihannya’ pikir pria itu.
“Kamu tidak sendirian. Aku akan menemanimu.”katanya menurunkan nada suaranya.
“Hah?” Tidak, tidak tuan. Saya tidak mau tidur denganmu.”
“Kau tidak punya pilihan Deandra. Hari ini atau besok, kau tetap akan tidur bersamaku.” Verrel mengingat penawaran dari Surya.
“Maksud, tuan?”
Verrel menghela napas dalam-dalam, “Kau sudah membuat pilihan bukan?.” membuat wajah gadis itu pucat seketika. Apakah pria ini salah paham akan ucapanku tadi? Tapi dia benar, aku sudah tidak punya pilihan lain. Bersamanya atau pria tua itu….issshhhhh dia mendadak mau muntah membayangkan jika pria tua bernama broto itu menyentuhnya.
Verrel bukan tak melihat gerak gerik gadis itu. Bagaimanapun dia menginginkan gadis itu, entah kenapa tubuhnya bereaksi berbeda setiap kali melihat gadis cantik itu, ada hasrat yang bergelora menuntut pelepasan, yang gilanya lagi dia tidak pernah merasakan hasrat bergelora ini sebelumnya. Dia akan dapatkan gadis itu meskipun dengan memaksanya.
“Biar saya tidur di sofa saja, tuan.”
“Kau tidur disini, aku tidur dikamarku. Jangan takut, aku tidak akan menagih hutangmu malam ini.” Lagi-lagi kalimat itu membuat deandra merinding merasa takut dan cemas. Apartemen itu mempunyai dua kamar. Kamar utama milik Verrel dilengkapi dengan ruang kerjanya. Sesekali dia datang ke apartemen ini bersama wanita yang disewanya, itupun bisa dihitung beberapa kali saja, karena biasanya dia membawa wanita sewaannya ke hotel.
“Tapi—Tuan.”
“Jangan membantah!”
Takut akan kena bentak, Deandra hanya terdiam dan menganggukan kepala. ‘Sejak kemarin sikap pria kejam ini sedikit lembut, lebih baik aku menurutinya.’ Membaringkan tubuhnya kembali setelah melihat Verrel keluar dari ruangan itu dan setelah 30 menit tidak terlihat kalau pria itu kembali, dia merasa dirinya aman, Deandra pun memejamkan matanya dan tidur pulas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Bzaa
pilih verrel aja , muda, kaya tampan drpd yg tua, belum tentu setia pula😃😉
2023-11-04
2
Meili Mekel
sabar deandra
2022-08-02
2
Wulan Dari
yg sabar dea yach ttp tersenyum... lbh baik kmu pilih tuan varel yg tmpan dr pd si tua bangka broto
2022-07-11
2