Pikirannya kacau oleh bayangan Deandra, tiba-tiba ponselnya berdering kencang. “Halo?”
Verrel mengatur napas yang menderu. Memijit pangkat hidung sambil memejamkan mata.
“Halo? Apa benar ini dengan Tuan Verrel?”
“Ya. Siapa ini?”
“Saya Surya, tuan. Begini...ada yang mau saya bicarakan, tapi...”
Verrel menjauhkan ponsel dan menatap deretan nomor ponsel baru.
“Saya ingin bertemu tuan untuk membahas masalah ini, tuan.”
“Masalah apa?” tanya Verrel.
“Saya akan bertemu tuan besok pagi atau jam makan siang juga boleh. Lebih cepat lebih baik, tuan.” Surya bicara dengan penuh semangat.
“Kau pikir kau siapa? Beraninya mengaturku! Apa kau tak tahu siapa aku?”
“Saya tahu, tuan," potong seseorang diseberang sana.
“Karena itulah saya ingin bertemu tuan, ini menyangkut gadis yang tuan inginkan. Saya mau tuan puas dengan transaksi ini,”
“Kau temui asistenku besok.” ujar Verrel tak mau berbicara lebih lama dengan Surya.
“Baiklah tuan. Terimakasih sudah menerima telepon saya.” kata Surya.
Verrel menutup sambungan telepon, kesal dengan pria tak tahu diri itu. Menyesap sampanye sampai ludes. “Sial ini harus kuredakan sekarang.” Ia pun masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin.
...***...
Esok harinya, Frans mengatur pertemuan dengan Surya disebuah restoran yang punya ruang private. Sang asisten adalah orang kepercayaan Verrel, sudah mempersiapkan dokumen dan cek sesuai perintah bosnya. Ketukan di pintu mengalihkan tatapannya dari Ipad ditangannya. “Masuk.”
Seorang pelayan mempersilakan seorang pria berusia hampir paruh baya untuk masuk. “Selamat pagi, tuan.” pria itu menyapa Frans yang memasang wajah datar. Pria brengsek ini! gumam Frans.
“Silahkan duduk.”
Tanpa basi basi pria itu duduk didepan Frans sambil memasang senyum diwajahnya. Tanpa basa basi Frans menyodorkan sebuah map berisi lembaran dokumen dan sebuah pena,” silahkan baca dan tanda tangan."
Dahi pria itu mengeryit, mengambil map dan mulai membaca. Isi dalam perjanjian itu membuatnya terkejut, seringai serakah dan licik terpancar dari wajahnya. Saat melihat nominal uang yang tertulis di cek, wajah pria sialan itu berbinar. Setelah membaca seluruh dokumen, dia pun tersenyum puas. Ahhh….akhirnya aku dapat uang banyak, hutangku lunas! Batinnya.
“Apalagi? Cepat tanda tangani!” perintah Frans yang tak mau membuang waktunya lebih lama dengan pria itu. ‘Dasar brengsek! Manusia serakah! Kau akan rasakan akibatnya nanti! Tertawalah karena besok kau akan menangis!
Frans menyodorkan Ipadnya pada Surya “Silahkan tanda tangani.” Pria yang sudah tak sabar itu tanpa basa-basi untuk membaca isi dokumen di Ipad pun dengan cepat menandatangani surat perjanjian, dia pun tak sabar segera mencairkan cek dan menikmati uangnya. Manusia kejam! Hanya mencari kesenangan sendiri!
“Boleh saya bicara sebentar dengan Tuan Besar?’
“Untuk apa? Tuan Besar tidak mau bicara denganmu!” bentak Frans. “Kau sudah dapat apa yang kau mau! Sekarang pergilah dan jangan tunjukkan lagi mukamu.”
“Baiklah. Sampaikan terimakasihku pada Tuan Besar." sambil melangkah pergi meninggalkan tempat itu dengan langkah tergesa-gesa. Ponsel Frans berdering “Halo, tuan” ternyata Verrel yang sudah tak sabar ingin tahu apakah pria itu mau menandatangai surat perjanjian, langsung menghubungi aistennya itu. “Bagaimana? Semua lancar? Apa si brengsek itu sudah menandatangani dokumennya?”
“Sudah, tuan. Mana mungkin dia menolak. Si brengsek itu hanya peduli dengan uang.”
“Bagus. Sekarang kembali ke kantor. Aku mau kamu lakukan sesuatu.”
...******...
Di ruang kerja, Verrel terlihat puas dan senang. Sekarang aku tak perlu khawatir lagi, pikirnya. Pintu terbuka, Frans melangkah masuk. “Apa yang tuan mau saya lakukan?”
“Bawa gadis itu kerumah sekarang!” perintah Verrel tegas. Kini dia sudah mendapatkan apa yang diinginkannya.
“Baik, tuan. Saya akan jalankan perintah tuan. Gadis itu akan berada dirumah utama sebelum anda pulang dari kantor.”
“Satu lagi. Suruh beberapa orang untuk tetap mengawasi Surya dan istrinya.”
“Baik, tuan.”
Frans pergi meninggalkan gedung perkantoran dan mengemudikan mobilnya kearah rumah Deandra. Didalam rumah tersebut sudah ada Diah yang menunggu, sementara Deandra terbaring tak sadarkan diri didalam kamar. Tadi pagi Surya, Diah dan beberapa preman datang kerumah Deandra.
Menemukan gadis itu ada disana membuat mereka senang. Mereka ingin memberikan gadis itu pada Pak Broto. Karena gadis itu melawan dan meronta-ronta, mereka tega menganiaya gadis itu dan memberinya obat tidur. Beruntung anak buah sang tuan besar menghubunginya dan memberitahu keberadaan Deandra dan apa yang mereka lihat. Verrel sangat marah, dia menyuruh sang asisten untuk melakukan transaksi denfan Surya.
Sesampainya Frans didepan rumah sederhana itu, mobil hitam itu berhenti dan Frans keluar dari mobil. Melangkah masuk kedalam rumah itu yang disambut oleh Diah. Wanita itu memberikan obat penenang pada Deandra dengan mencampurkan didalam air minum.
“Kenapa gadis ini pingsan?” tanya Frans pada Diah. “Oh itu, tuan. Tadi dia mencoba bunuh diri jadi saya beri obat penenang.” jawabnya berbohong, karena memang Diah sengaja menaruh obat penenang di minuman Deandra.
Tanpa mengalami kesulitan Frans meraih tubuh gadis itu dan menggendongnya segera keluar dari rumah itu. Membaringkannya di jok belakang, Frans duduk dibelakang kemudi dan meninggalkan rumah itu menuju mansion utama milik Tuan Verrel.
Sesekali pria itu melirik ke jok belakang, memastikan jika ada pergerakan dari gadis yang sedang tidur. Sepertinya aku pernah melihat gadis ini? Tapi dimana ya? Ah, iya aku ingat. Gadis ini karyawan di kantor. Sudah kuduga, pasti Tuan Besar menyukai gadis ini, hingga berani untuk membelinya. Kenapa tuan besar menjadi seperti ini ya? Frans bertanya-tanya heran dengan sikap bos-nya itu.
Tanpa terasa mobil yang dikendarai Frans tiba di depan mansion utama, gerbang besi setinggitiga meter sudah terbuka. Frans menghentikan mobil didepan rumah. Sudah ada pelayan berdiri disana menunggu. Membuka pintu belakang dan menggendong deandra yang masih pingsan.
“Apa gadis ini yang dimaksud oleh tuan besar?” tanya Yuna kepala pelayan di mansion itu.
“Ya. Tunjukkan dimana kamarnya,”
“Baik.Mari ikut saya, tuan frans."
Yuna berjalan ke lantai dua dan berhenti di kamar yang berada disamping kamar Verrel. Frans mengernyitkan dahi. “Ini kamarnya? Kau tak salah, Yuna?” tanyanya ragu.
“Tidak, tuan. Memang kamar ini saya persiapkan sesuai perintah Tuan Besar,” kata Yuna. Frans masuk kedalam kamar itu dan membaringkan tubuh gadis itu diatas ranjang. Dia merasa heran, kenapa Verrel menempatkan gadis itu dimansion utama, di kamar yang bersebelahan dengan kamarnya? Ada apalagi ini? Semakin hari dia semakin dibuat bingung oleh sikap dan perubahan bos nya itu.
“Kau urus dia!”
Yuna mengangguk dan melakukan pekerjaannya. Melepas pakaian gadis itu dan menggantikan dengan pakaian baru. Gadis itu masih tak sadarkan diri, entah berapa banyak dosis obat penenang yang dibubuhkan Diah di air minum tadi.
“Wajah gadis ini tak asing, tapi dimana aku pernah melihatnya?” Yuna memperhatikan wajah gadis itu mencoba mengingat-ingat dimana dia melihatnya sebelumnya. ‘Cantik sekali gadis ini. Apa dia kekasih Tuan Besar? Mana mungkin, selama ini Tuan Besar tidak pernah berpacaran? Siapa gadis ini sebenarnya, kenapa Tuan Besar menyuruhku memberi kamar ini untuk gadis ini? Bahkan Tuan Besar memerintahku untuk membeli pakaian dan semua kebutuhan gadis ini. Pikiran Yuna sibuk menebak-nebak karena penasaran akan sikap Tuannya kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Widhiana 1974
lanjut
2022-11-16
0
Rizka Yulistiana
lagian klo mau kabur kenapa pulang ke rumah...,
gak jls bgd itu Bocah...
pdhal tdi pkirku stlh bisa lolos dri varel bkalan pergi jauh biar varel klimpungan nyari,mlh plng ke rumah,
ditemuin paman surya dan istrinya udh pasti lah..
2022-08-15
2
Indri Ani40
😩😩😩😩ketangkep LG kirain kabur DN peg keluar kota
2022-08-04
1