Setelah Sean dan Daniel menyampaikan pesan-pesan mereka kepada Ernest, akhirnya mereka pun berpamitan pada Ernest yang merasa sedih karena kepergian mereka.
"Gunakan waktu yang tersisa ini sebaik mungkin," Pesan Sang Penjemput kepada Ernest sebelum akhirnya menghilang bersama rohnya Sean dan Daniel.
Sean, Daniel dan Thomas tersenyum saat Ernest mendapatkan Kesempatan Kedua.
*****rw*****
Ernest terus memandangi jam pasir itu. Dia sedang memikirkan sesuatu.
“Kamu sudah mendapatkan kesempatannya, kenapa kamu tidak menggunakan kesempatan itu untuk mengaktifkannya?’ Tanya Thomas yang merasa heran melihat Ernest mondar-mandir di depan jam pasirnya.
Thomas langsung menghampiri jam pasir itu. Melihat pergerakan Thomas, Ernest langsung bereaksi.
“JANGAN!!!”
Ernest langsung berlari dan menabrak Thomas hingga mereka terjatuh menembus beberapa lantai di bawahnya.
BRUUG!!!
Mereka mendarat dengan kasar di lantai 6. Ernest dan Thomas bingung dan celingukan.
“Kenapa kita ada disini?” Tanya Ernest bingung.
Thomas yang juga merasa bingung tadinya, kini dia tertawa. Ernest tidak tahu apa yang ditertawakan Thomas.
“Hei, kok malah tertawa,” kata Ernest protes.
“Wah, hebat sekali kita ini, bisa ke mana saja tanpa hambatan,” sahut Thomas.
Ernest malah merasa kesal.
“Jangan sentuh jam pasir milikku!” hardik Ernest.
Dia segera bangkit dan ingin melihat jam pasirnya lagi.
“Ah, aku ingin melihat jam pas…”
SHUUUT …
Tiba-tiba dia sudah berada di dalam kamarnya tepat depan jam pasir miliknya.
“ … sirku,” lanjut Ernest yang merasa syok.
“Hai, Ernest. Kamu di mana? Bagaimana caranya aku kembali?” Tanya Thomas.
Suaranya sangat keras sekali sehingga menembus lantai 10, di mana ada kamar Ernest. Suara itu mengakibatkan lampu di kamar Ernest berkedip mati dan hidup bergantian.
Ernest mengingat caranya dia pergi dan kembali.
“Aku akan mencobanya lagi. Ini hanya dengan kekuatan pikiranku saja,” Kata Ernest pada dirinya sendiri.
Ernest kembali ke tempat Thomas berada.
TRIIING!!!
"Aku berhasil … lihat, aku berhasil!" Ernest berseru sambil tersenyum lebar.
"Kamu kembali ke sini? Bagaimana caramu kembali ke sini?" Tanya Thomas terkejut dengan kemunculan Ernest yang tiba-tiba.
"Aku akan mencobanya kembali, pegang saja tanganku,"
"Apakah aku harus berpegangan tangan denganmu? ih … tidak mungkin, aku tidak …."
Ernest langsung memegang pergelangan tangan Thomas dia kembali memikirkan untuk kembali ke kamarnya, dan …
SHUUUT …
.
.
TRIIING!!!
.
.
Berhasil.
"AH!" Mereka terjatuh di lantai kamar Ernest.
Thomas bangkit dari lantai dan berdiri. Di merasakan punggungnya sangat sakit karena terjatuh.
Begitu juga Ernest yang terjatuh tidak jauh darinya. Dia mulai bangkit dan berdiri.
"Lihat aku berhasil, kan?" Ernest berseru kegirangan.
Thomas ikut tertawa, dia merasa gembira atas keberhasilan Ernest.
" Aku akan berlatih yang lainnya," Kata Ernest bersemangat
" Kamu ingin melakukan apa?" Thomas bertanya pada Ernest.
Ernest tampak berpikir sejenak.
Tiba-tiba seorang perawat laki-laki masuk, dia mendorong seperti rak kecil yang beroda. Pada rak pertama di atasnya terdapat beberapa alat medis, sedangkan pada rak kedua terdapat beberapa lembar berkas.
Dia menghampiri ranjang Ernest lalu mengambil beberapa berkas dan memeriksa isi berkas tersebut.
Tiba-tiba Ernest tersenyum kepada Thomas. Thomas menggeleng kepada Ernest.
" Tidak, itu tidak mungkin kau lakukan," seolah-olah Thomas membaca pikiran Ernest.
Tidak berapa lama kemudian, Ernest bagai kilatan cahaya biru yang menuju ke perawat itu dan tiba-tiba Ernest terpental jatuh. Begitu pula dengan perawat pria itu, dia pun jatuh tersungkur ke lantai.
Perawat itu segera bangkit berdiri, dia menoleh ke kanan dan ke kiri seperti kebingungan. Dia tidak tahu kekuatan apa yang barusan menabraknya hingga terjatuh ke lantai. Kekuatan itu seperti nyata saat mengenai tubuhnya.
Dia memberanikan diri untuk terus memeriksa Ernest meskipun tangannya gemetar dan dadanya berdegup kencang. Peluhnya membasahi dahinya meskipun ruangan itu terasa dingin sekali.
" Kau berhasil Ernest. Berhasil telah menakuti perawat itu." Thomas mengejek Ernest.
" Huh… jangan mengejekku! Aku akan mencobanya sekali lagi," Ernest segera bangkit dan mengambil ancang-ancang untuk kembali menabrakkan dirinya ke perawat itu.
" Jangan berbuat bodoh, Ern. Jangan mengganggunya, kamu hanya akan…. " Thomas belum menyelesaikan kalimatnya namun Ernest sudah menabrakkan dirinya ke perawat itu dan…
**BRUUGG!!! **
"... membuatnya ketakutan ." Lanjut Thomas menyelesaikan kalimatnya.
Sekali lagi Ernest jatuh terpental. Begitu pula dengan sang perawat itu.
Namun kali ini perawat itu langsung bergegas mendorong rak berodanya itu. Wajahnya tampak pucat pasi karena ketakutan.
" Lihatlah, benar saja kan apa yang aku bilang? Kamu sudah menakuti dia. Lebih baik kamu hentikan sekarang, cari cara lain untuk masuk ke dalam tubuh manusia, " Kata Thomas memberi saran.
" Br****ek! Sang Penjemput itu tidak memberiku tutorial untuk memasuki tubuh manusia. Kata dia, caranya sederhana tidak terlalu rumit seperti film atau novel. Nyatanya apa? aku tidak berhasil melakukannya, " Ernest mengeluh.
Thomas dan Ernest sama-sama terdiam memikirkan caranya.
" Mungkin memang harus minta izin dulu sama yang punya tubuh, " kata Ernest.
" Mana mungkin kamu bisa meminta izin, mereka kan tidak melihatmu. Kesalahanmu adalah memasuki tubuh yang masih memiliki roh," Kata Thomas sambil menertawakan Ernest.
" Ah benar juga, ha ha ha" sahabat Ernest sambil tertawa.
" Baiklah kita praktek langsung dengan memasuki tubuhku. Ayo kita ke ruanganku," ajak Thomas.
Ernest langsung memegang pergelangan tangan Thomas. Dia pergi ke ruangan Thomas dengan cara seperti yang sebelumnya dia lakukan.
Setibanya di ruangan Thomas, Ernest langsung mencoba menabrakkan diri ke tubuh Thomas.
SHUUUT …
.
.
BRUUG!
.
Masih tidak berhasil juga.
" Tidak berhasil lagi, apa yang harus aku lakukan?" kata Ernest dengan cemas.
Thomas ikut merasa cemas.
" Bagaimana cara kita untuk menanyakannya kepada Sang Penjemput," Tanya Thomas kepada Ernest.
Namun Ernest menggelengkan kepala dengan lemah dan putus asa.
" Ayolah Bro, jangan menyerah. Kita coba cara lain saja dulu." Kata Thomas memberikan semangat kepada Ernest.
Berbagai cara dicoba oleh Ernest. Termasuk cara yang disarankan oleh Thomas. Namun dia tetap tidak berhasil masuk ke dalam tubuh Thomas. Akhirnya di merasa kelelahan dan duduk di lantai kamar itu. Tubuhnya bersandar ke dinding.
“Bagaimana caranya ya?” Kata Thomas sambil berpikir keras.
“Mungkin karena kamu tidak tulus mengizinkanku masuk ke sana,” sahut Ernest.
“Aku tulus kok, makanya aku menyarankan semua cara padamu.” Kata Thomas yang tidak terima dengan tuduhan Ernest.
“Lalu apa masalahnya? Dari cara terhalus sampai cara terkasar sudah kita coba.” Kata Ernest putus asa.
Mereka terdiam lagi untuk beberapa saat, lalu mereka saling berpandangan.
“Jam Pasir!” Kata mereka bersamaan.
“Benar, mungkin itu kuncinya,” kata Thomas kepada Ernest, namun Ernest sudah menghilang.
Ernest berdiri di hadapan jam pasirnya. Dia ragu-ragu untuk melepas kerannya. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya dia mau melepaskan kerannya, dan ...
.
WHUUSS!
.
Asap berwarna putih kebiruan muncul dari bawah kaki Ernest membumbung tinggi dan mengitari Ernest, untuk beberapa menit kehilangan kesadaran. Ernest sedikit melayang dan berputar seiring gerakan asap yang mengitarinya.
Beberapa saat kemudian, Ernest pun terjatuh seiring asap tersebut menghilang. Dia seperti sudah mengalami mimpi atas peristiwa yang baru saja dialaminya. Dia mematung sejenak mengembalikan kesadarannya hingga penuh.
Kini jam pasir itu pun aktif.
Sekarang dia kembali ke kamar Thomas dengan membawa jam pasirnya. Wajahnya pucat karena cemas.
“Aku - ber - hasil meng - aktif - kannya “ Kata Ernest terbata-bata sambil menunjukkan jam pasirnya kepada Ernest.
Thomas ikut gugup melihat jam pasir itu sudah aktif.
“ Jangan khawatir, kamu coba dulu saja, apakah ini bisa berhasil,” sahut Thomas.
Ernest bersiap untuk mencobanya. Dia kelihatan ragu-ragu saat akan melakukannya.
“Ayolah, waktu terus berjalan,” desak Thomas.
SHUUUT …
.
.
ZLEB …
.
Dia berhasil memasuki tubuh Thomas. Ernest membuka matanya dan melihat kedua tangannya. Tentu saja itu bukan tangan miliknya, tapi milik tubuh Thomas. Ernest sangat senang dan dia segera melepaskan alat bantu yang tersambung ke tubuhnya. Setelah itu dia melompat kegirangan.
Tanpa disadari olehnya, perbuatan itu membuat kode sendiri untuk memanggil para perawat dan Dokter.
Thomas yang menyaksikannya pun turut gembira. Mereka saling berpelukan.
Tidak berapa lama kemudian Dokter dan perawat pun tiba di kamar Thomas diikuti oleh para pengawal dan Donny yang sedang berjaga di depan kamar Thomas, mereka melihat Thomas yang sedang melakukan gerakan memeluk seseorang. Oleh karena itu tubuh Thomas dipaksa untuk berbaring kembali dan diperiksa oleh mereka secara detail untuk beberapa saat.
“Syukurlah, anda sudah kembali pulih sepenuhnya. Anda bisa pulang, namun tidak hari ini. Karena kami masih akan melakukan pengawasan terhadap kesehatan anda untuk tahap terakhir,” kata Dokter itu.
“Terima kasih, Dok.” sahut Ernest, Thomas dan Donny secara bersamaan.
Dokter dan para perawat itu pun keluar ruangan diikuti oleh Donny dan para pengawalnya yang ingin mendapatkan keterangan tentang kesehatan Bos-nya yang tiba-tiba sadar.
Ernest kemudian memeluk Thomas lagi.
Setelah euphoria nya mereda, mereka pun tenang kembali.
“Baiklah, sekarang kamu harus berlatih untuk menjadi aku agar mereka tidak mencurigai kamu,” kata Thomas.
“Baiklah, mari kita berlatih,” sahut Ernest semangat.
*****rw*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments