Bab 8. Informasi tentang Gerald

Ernest baru saja pulang kerja. Dia melihat Avril bermain dengan Hanna diruang bermain.

Ernest mengendap-endap masuk kedalam kamarnya. Avril menoleh kepadanya, dan dia langsung memberi tanda kepada Avril supaya dia diam dan Hanna tidak tahu kehadirannya. Avril mengangguk tanda mengerti.

Ernest mandi dan berpakaian kembali. Sedangkan Avril menyiapkan bekal untuk makan malam kakaknya. Dia juga membuatkan kopi yang dimasukkan ke dalam botol termos untuk dibawa kakaknya.

Saat Avril sedang memasukkan kota makanan dan botol minuman ke dalam tas kecil, tiba-tiba Hanna menghampiri Avril dan memasukkan beberapa bungkus coklat batang dan makanan ringan kesukaannya.

Avril terkejut,

“Ini bukan untukmu, Sayang. Mengapa kamu memasukkan makanan kesukaan kamu ke dalamnya?” Tanya Avril sambil berlutut dihadapan Hanna.

“Supaya Ayah tidak mengantuk dan agar dia tahu kalau aku menyayanginya” jawab Hanna dengan mimik wajah bersungguh-sungguh.

“Hmmm, kamu menggemaskan sekali,” puji Avril kepada keponakannya sambil membelai kepala Hanna.

Ernest yang kini sedang berdiri di belakang Hanna merasa terharu, dia menggendong putrinya dan menciumnya.

“Terima kasih sudah mengkhawatirkan ayah,” kata Ernest pada putrinya.

“Pulanglah dengan selamat,” katanya lagi.

“Wah, putri ayah sudah besar sekarang. Ayah pasti akan kembali,” jawab Ernest sambil tersenyum.

“Baiklah, Ayah pergi kerja dulu,” kata Ernest berpamitan dengan putrinya. Dia juga mengambil tas berisi bekal makanan dari tangan Avril. Dia juga mencium kepala Avril sebagai ucapan terima kasihnya.

“Bibi, kenapa Ayah sekarang sering pergi kerja dua kali?” Tanya Hanna.

“Ayah kamu ingin kota kita lebih aman dari sebelumnya, hebat kan?” kata Avril.

Hanna menganggukan kepalanya dan tersenyum.

*******

Ernest buru-buru keluar dari rumah, karena di luar sudah ada Daniel dan Sean menunggu di mobil.

“Maaf terlambat,” kata Ernest.

“Ketahuan oleh Hanna?” Tanya Daniel.

Ernest menunjukkan tas berisi bekal yang sudah disiapkan tadi.

“Apa itu?” Tanya Sean sambil merebut tas kecil itu dari tangan Ernest.

Ernest masuk ke dalam mobil yang dikemudikan oleh Daniel lewat pintu depan sambil tersenyum.

“Kamu punya pacar baru?” Tanya Sean setelah membuka isi tas bekalnya.

“Hah?! Kamu Serius, Ern?” Tanya Daniel dengan rasa tidak percaya.

Ernest menanggapinya dengan terkekeh.

“Itu Hanna. Hanna yang menyiapkan semuanya,” sahut Ernest sambil bangga.

“Hah?!” Kata Daniel dan Sean bersamaan. Mereka tercengang karena hampir tidak percaya apa yang baru saja dikatakan oleh Ernest.

“Wow, kini dia tidak menangis lagi saat kau tinggal kerja waktu malam? Hebat, dia sudah menjadi seorang gadis kecil sekarang. Selamat, Ern.” kata Sean. Daniel menepuk bahu Ernest berulangkali karena ikut merasa senang.

“Kita akan kemana sekarang, kawan?” Tanya Ernest segera mengingatkan tujuan mereka.

“Kami mendengar panggilan radio tadi, bahwa ada balapan liar malam ini di sekitar bawah jalan tol. Di sana sudah menunggu teman-teman kita juga. Kita mendapatkan bantuan, kawan. Apa kita akan memeriksanya kesana?” Kata Daniel.

Ernest beserta Sean pun mengangguk.

“Sebaiknya kita ke sana,” sahut Ernest.

“Baiklah kita berangkat,” kata Daniel sambil menjalankan mobilnya.

Sesampainya di titik pertemuan yang ditentukan oleh mereka sebelumnya, ternyata Mike sudah menunggu mereka disana. Ernest hampir tidak mengenali Mike, karena dia memakai pakaian yang tidak biasanya.

“Apa yang kamu pakai ini?” Tanya Ernest.

“Dia sedang menyamar menjadi salah satu bagian dari mereka,” Daniel menjelaskan. Ernest tersenyum kagum pada apa yang dilakukan Mike

“Kita langsung berpasangan untuk menyebar, mereka sudah ditempatkan di titik-titik jalur balapan, serta sudah menempatkan orang di tempat berkumpulnya mereka.” Mike memberikan penjelasan.

“Baiklah, aku akan bersama Sean,” kata Ernest seperti biasanya.

Daniel tersenyum.

“Baiklah, aku dengan Mike. Ada baju penyamaran di kursi belakang dalam mobil. Silahkan kalian pilih saja,” kata Daniel langsung pergi sambil memakai jaket kulitnya yang mempunyai lambang salah satu merk motor disana.

Ernest dan Sean langsung mencari pakaian penyamaran yang cocok untuk mereka. Setelah itu mereka langsung berbaur di segerombolan orang-orang yang hadir disana.

Suara musik mengalun dengan keras. Beberapa dari mereka sedang memegang botol minuman. Yang lainnya ada yang mengobrol, dan ada pula yang menari mengikuti alunan musiknya.

Daniel menghampiri salah satu dari mereka dan menanyakan nama seseorang, orang itu menunjuk ke arah yang berseberangan dengannya. Orang yang ditunjuknya itu sedang duduk diatas motornya sendirian sambil merokok dan memandangi kerumunan.

“Apakah kamu yang bernama Gerald?” Tanya Daniel pada orang itu saat menghampirinya. Orang itu terkejut dan turun dari motor.

Orang itu mengerutkan dahinya dan mengawasi Daniel dengan penuh rasa curiga.

“Gerald tidak hadir malam ini,” kata orang tersebut sambil membuang rokoknya.

“Kata orang yang di sana tadi, dia menunjuk ke arah sini saat saya menanyakan Gerald,” kata Daniel lagi.

“Apa kepentinganmu mencari Gerald? Apakah kamu Pasukan Khusus?” Tanya orang tersebut sambil melangkah mundur perlahan.

“Gerald sudah membawa beberapa barang kami dan belum dia kembalikan,” jawab Daniel beralasan.

Namun lelaki itu terus perlahan berjalan mundur, sementara Daniel tetap bersikap tenang.

Ternyata Ernest sudah berada dibelakang orang tersebut. Ernest dia langsung mengikat tangan orang itu dengan tali plastik saat orang itu mencoba untuk kabur.

“Ikut kami saja. Sebaiknya kamu tidak membuat keributan,” Bisik Ernest.

Kemudian orang tersebut dibawa ke dalam sebuah mobil milik Mike. Karena mobil Mike yang terdekat dari sana, dan hanya mobilnya yang tidak memiliki aksesoris Kesatuan Pasukan Khusus didalamnya.

Di dalam mobil.

“Kita harus membawanya menjauh dari sini, agar dia tidak memancing keributan untuk yang lain.” kata Mike sambil memutar kemudinya.

"Kamu siapa? Dan apa hubungannya dengan Gerald?" Tanya Ernest.

"Saya Gio, saya tidak mengenal Gerald," jawab pria yang mengaku bernama Gio tersebut.

“Kamu tahu dimana Gerald?” Tanya Ernest pada lelaki itu.

“Saya tidak tahu, "

"Jawaban yang salah," sahut Ernest.

"Maksudnya?"

"Setiap jawaban yang mengatakan tidak tahu, maka salah satu anggota keluargamu akan hilang," jawab Sean sambil mengancam.

Mike menahan senyumnya mendengar Sean memberikan ancaman. Baginya Sean terdengar lucu. Dia tidak bisa membayangkan wajah Sean saat itu.

Mike tanpa sengaja melirik ke arah jendela di kanannya saat ingin melihat spion kanannya. Kaca jendela itu memantulkan bayangan Daniel yang sedang menutup setengah wajahnya dengan telapak tangannya, mata Daniel menyipit dan garis matanya naik.

'Sudah pasti dia sedang menahan tawa juga,' pikir Mike.

"Sebaiknya kamu menjawabnya dengan benar, karena temanku itu suka sekali menghilangkan nyawa bahkan karena lapar," Ernest membantu Sean untuk menakuti Gio.

Gio mulai mengeluarkan banyak keringat karena ketakutan.

“Kenapa kalian tidak menanyakannya saja pada David?” Kata Gio.

“Siapa itu David? Dan apa hubungannya dengan Gerald?” Ernest bertanya pada Gio.

Daniel merasa ini waktu yang tepat untuk menghidupkan perekam suara dengan ponselnya, untuk merekam semua pembicaraan mereka dengan Gio.

“Cepat katakan, atau kamu akan aku tendang sekarang keluar,” kata Sean yang mulai menekan tombol untuk menurunkan kaca jendela mobil.

“Baik … Baik … akan aku katakan,” kata Gio.

“Gerald adalah anggota kelompok yang dipimpin oleh David. Mereka biasanya berkumpul di gedung tua dekat pom bensin ujung jalan tempat balapan tadi. Mungkin mereka sedang berkumpul disana. Sebaiknya kalian tanya mereka,” kata Gio terengah-engah karena suhu disekitarnya mulai naik dan dia merasa kepanasan.

“Baiklah, sebaiknya kamu antar kami bertemu dengan mereka,” kata Ernest sambil menepuk-nepuk bahu Gio.

“Tidak … jangan bawa-bawa saya. Saya mohon,” kata Gio memohon kepada mereka.

Mike menghentikan mobilnya. Dia menerima sebuah panggilan telepon yang mengatakan sedang ada kasus baru. Ernest melihat keluar jendela, dia merasa mengenali tempat itu.

“Daritadi kita hanya berputar-putar di sini? Kukira kita sudah sampai Miami,” kata Ernest mengeluh.

Mike mengendarai mobilnya kembali ke tempat di mana mobil Daniel diparkirkan.

“Sean, kita bertukar posisi ya. Kamu yang mengemudi,” kata Mike sambil membuka pintunya dan keluar dari mobilnya.

Ernest, Daniel dan Sean ikut keluar dari mobilnya. Mereka memastikan tidak ada jendela dan pintu yang terbuka. Lalu mereka berkumpul di depan mobil Mike.

“Telepon dari Mr. Jack tadi,” Mike memberi tahu.

“Ada apa?” Ernest bertanya dengan rasa penasaran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!