Bab 15. Pertanda Buruk

Di dalam perjalanan Ernest menerima panggilan dari ponsel miliknya.

Daniel : "Ern, kamu di mana sekarang? aku dengar kamu sedang tidak sehat. Benarkah?"

Ernest : "Aku baik-baik saja. Aku sedang bekerja di kantor untuk membuat laporan."  (tidak memberitahukan bahwa dia baru saja keluar dari kliniknya Lita).

Daniel : "Apakah kamu yakin kalau kamu saat ini baik-baik saja? Mr Jack bilang kalau semalam kamu … “

Ernest : "Sudahlah, tak perlu kau gubris yang dia katakan. Bagaimana perkembangan kasus kalian?"   (Ernest memotong kalimat Daniel.)

Daniel : "Aku hanya ingin memberitahukan bahwa nanti malam kami akan mengambil alat perekam gambar dan suara di dalam gudang itu. Karena laporannya untuk Mr Jack sudah siap. Tinggal menyertakan barang bukti saja. Nanti malam kita olah lagi laporannya dan besok kami akan serahkan. Agar surat perintah penangkapan Gerald dan kawan-kawannya bisa keluar,"

Ernest : "Nanti malam? Jam berapa? Apakah tidak berbahaya? Mereka biasa berkumpul tengah malam kan?"

Daniel : "Kita akan melakukannya jam 6 malam. Menurut informan kita, mereka akan mengadakan balap liar jam 7 malam ini. Jadi, tentunya mereka tidak akan ada di gudang itu."

Ernest : "Baiklah, aku akan ikut kalian. Semalam ada perampokan, dan hm  … “

(Ernest meminta mereka untuk mengajaknya bergabung bersama. Dia sangat bersemangat meskipun firasatnya merasa tidak enak. Namun Ernest tidak meneruskan perkataannya. Daniel sudah mengetahui maksud Ernest.)

Daniel : "Apakah tidak sebaiknya kamu istirahat saja, Ern? Atau kamu butuh bantuan kami untuk laporanmu?"

Ernest : "Ya, tentu saja. Aku membutuhkan bantuan kalian,"

Daniel : "Baiklah, aku kan meminta Mike untuk menyelidiki kasus kamu semalam."

Ernest : "Terima kasih, bro."

Daniel : "Baiklah. Sampai ketemu nanti malam. Akuakan menjemputmu seperti biasa."

******rw*******

Donny merayu seorang perawat untuk memberikan obat penahan rasa sakit yang kuat. Serta memaksa perawat itu untuk membuat perlindungan terhadap lukanya untuk berjaga-jaga karena malam ini dia akan melakukan aksinya.

“Ingatkan kepada pasukan kita, bahwa kita tidak boleh membunuh siapapun disana, kecuali nyawa kita terancam. Selama masih bisa dilumpuhkan, sebaiknya dilumpuhkan saja. Tetap saling mengawasi dan melindungi." Kata Donny kepada para pengawalnya.

“Dan perlu diingat lagi, misi kita hanya menegur mereka dan memberikan peringatan agar tidak mencoba untuk mengkhianati Bos Thomas. Kalian mengerti?"  Kata Donny  kepada para pengawalnya lagi.

"Kami mengerti Bos." Sahut para pengawalnya.

"Baiklah, sebaiknya kalian bersiap sekarang. Kita akan bergerak selepas petang," Kata Donny  kepada para pengawalnya lagi.

"Siap bos," Jawab mereka bersamaan.  Lalu mereka bergegas pergi.

Donny berjalan mendekati jendela dengan langkah yang tertatih, paha kanannya masih sakit akibat luka tembak para penyerangnya. Dia memandang jauh keluar sambil memikirkan siapa yang berani menyerang Thomas malam itu.

Donny juga merasa bersalah karena Thomas terluka saat menyelamatkannya. Apalagi Thomas sekarang sedang dalam kondisi kritis karena luka dalam pada perutnya.

Donny mencurigai bahwa malam itu pasti ada yang membuntutinya dan mengambil kesempatan untuk mencelakai Thomas dengan berpura-pura itu adalah motif perampokan. Padahal pertemuan itu sangat rahasia. Oleh karena itu Donny mencurigai salah satu rekan bisnis Thomas. Donny bersiap untuk perang.

Donny melarikan diri dari rumah sakit dibantu oleh para pengawalnya.

*****rw*****

Sementara Donny  dan pengawalnya melakukan penyerangan terhadap pesaing bisnis nya Thomas, Ernest melakukan persiapan bersama timnya.

"Ayah akan pergi lagi malam ini?" Tanya Hanna.

"Iya Hanna. Ini hari terakhir Ayah bertugas, karena kita akan pergi berlibur besok," Kata Ernest kepada Hanna.

"Maukah kamu membantu Ayah untuk menyiapkan apa yang perlu kita bawa untuk besok?" Ernest merayu Hanna dengan memberikannya sebuah harapan.

"Aku tidak tahu apa yang akan kita bawa, karena aku masih kecil." Hanna menjawab dengan polos.

"Siapa bilang kamu masih kecil. kamu adalah seorang gadis meskipun gadis kecil." Ernest menggoda Hanna.

Hanna cemberut mendengar perkataan Ernest.

"Baiklah … baiklah putri Ayah, saat melakukan persiapan tamasya kita, kamu boleh meminta bantuan kepada Bibi Avril." Kata Ernest sambil berjongkok di hadapan Hanna dan melirik ke arah Avril.

Avril mengerti arti pandangan Ernest kepadanya. Dia sedang meminta bantuan Avril untuk membujuk Hanna.

"Benar Hanna, Bibi akan membantumu." Kata Avril sambil memeluk Hanna dari belakang.

Namun Hanna masih tetap cemberut.

"Seharusnya kita mempersiapkannya secara bersama-sama. Seharusnya aku punya Ibu agar bisa menggantikan Ayah," Hanna merajuk kepada Ayahnya.

Ernest terdiam sesaat mendengarkan keinginan putrinya. Hatinya merasa terluka. Avril merasakan juga kesedihan kakaknya, namun Hanna tetaplah anak kecil.

"Baiklah, Ayah berjanji saat pulang nanti kita akan mempersiapkannya bersama-sama. Tapi persiapkan saja dulu milikmu baru setelah Ayah pulang nanti kamu bisa membantu Ayah mempersiapkan milik Ayah. Bagaimana Apakah kita sepakat?"  Rayu Ernest pada Hanna.

Hanna mulai tersenyum

"Tapi Ayah janjikan hari ini hari terakhir Ayah bertugas."  Hanna kembali memastikan kepada Ernest.

"Iya Ayah berjanji, hari ini adalah hari terakhir Ayah bertugas." Sahut Ernest sambil tersenyum lebar pada putrinya.

"Apakah kamu tidak salah mengucapkan janji Ernest." Tanya Avril khawatir.

Avril tidak mengetahui penyebabnya kenapa perasaannya merasa buruk, ketika mendengar janji Ernest janji itu seperti diucapkan untuk selamanya.

"Sudahlah tidak perlu diperdebatkan, aku hanya sedang membujuk anakku. Aku minta tolong kamu membantunya. Mungkin malam ini aku akan pulang terlambat. Jika aku tidak pulang malam ini, tolong dia diberitahukan bahwa kita akan tetap pergi setelah aku pulang," Pesan Ernest kepada Avril adiknya.

Avril mengangguk. Dia tidak tahu alasannya kenapa perasaannya sangat sedih. Padahal sudah biasa dia ditinggal pergi oleh Ernest untuk bertugas malam.

"Ayah pergi dulu ya …  teman-teman Ayah sudah menunggu di depan. Ayah tidak ingin mereka menunggu lebih lama lagi. Ayah takut nanti malam malah tidak bisa pulang karena Ayah datang terlambat," Kata Ernest mencoba memberikan pengertiannya kepada putrinya.

"Bilang saja sama teman-teman Ayah bahwa Ayah tidak bisa ikut malam ini karena akan pergi denganku besok." Jawab Hanna kembali pada pendiriannya.

"Tidak Hanna, bukankah kita sudah sepakat tadi." Kata Ernest terus membujuk Hanna.

"Baiklah aku akan membacakan mu dongeng sekarang, karena Ayah takut tidak bisa membacakan mu dongeng saat pulang karena kamu pasti sudah tidur duluan,"

"Baiklah Ayah." Kata Hanna senang.

"Avril, aku minta tolong katakan kepada mereka tunggu sebentar lagi."  Perintah Ernest.

Setelah membacakan buku cerita untuk Hanna, Ernest pamit kepada putrinya sambil mengecup keningnya.

Hanna berlari mengejar Ernest, dia membawakan kotak makan untuk Ayahnya.

Untunglah Ernest segera tahu, jadi, dia sempat menangkap Hanna dan memeluknya.

Hanna seperti tidak ingin berpisah dengan Ayahnya. Namun Avril cepat-cepat menggendongnya.

"Pergilah Kak, biar Hanna denganku." Kata Avril.

Malam itu tidak biasanya Hanna merajuk dan tidak ingin berpisah dengan Ernest.

Ernest merasa tidak tega karena Hanna menangis saat melepasnya. Ernest sempat memandang Hanna masuk ke dalam rumah saat digendong oleh Avril.

Setelah Hanna masuk ke dalam rumah, Ernest cepat-cepat masuk ke dalam mobil.

Di perjalanan Ernest jadi, melamun. Sejak pagi perasaannya sudah tidak enak, ditambah lagi Hanna yang menangis dan menghalang-halanginya pergi.

Tidak biasanya hanya bersikap begitu kepada Ernest.

'Mungkin dia belum mengerti kalau liburannya itu besok bukan malam ini.' Pikir Ernest menghibur dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!