Ernest mulai bertugas di divisi barunya. Hari ini dia harus berpatroli ke daerah barat. Daerah barat adalah tempat Thomas bermarkas.
Setelah dia berkeliling menyusuri daerah barat bersama seorang rekannya, dia tidak langsung kembali ke kantor Kesatuan Pasukan Khusus.
Ernest teringat pesan Tuan Smith yang disampaikan melalui Mr. Jack untuknya, bahwa dia harus membawa berita itu langsung kepada Thomas dengan mengunjungi kediamannya.
Dia mengajak rekannya untuk menyempatkan diri mampir ke markas Thomas, hanya sekedar untuk menyapanya sejenak.
Awalnya Ernest ditolak oleh para pasukan pengamanan Thomas yang berjaga di depan markasnya. Namun, setelah Donny melihatnya, dia dipersilahkan masuk untuk menemui Thomas. Namun, hanya Ernest saja yang diizinkan untuk masuk ke dalam gedung mewah sebagai markas Thomas.
Ernest meminta temannya untuk menunggu saja dimobil patroli. Kepalanya menyembul dari jendela ke dalam mobil agar dia bisa bicara dengan rekannya itu.
“Aku tidak akan lama, karena aku hanya ingin menyampaikan berita dari Tuan Smith. Kalau ada apa-apa denganmu, segera panggil bantuan atau beri tahu saya,” kata Ernest kepada rekannya.
“Baiklah, saya mengerti,” rekannya mengacungkan jempol sambil tersenyum pada Ernest.
Donny mengajak Ernest untuk masuk melewati gerbang utamanya setelah Ernest selesai berbicara dengan rekannya.
Ernest berhenti sejenak memandang ke sekeliling area gedung itu.
“Wow, cukup luas,” gumam Ernest.
Donny yang mendengarnya hanya tersenyum.
“Ayo, silahkan lewat sini,” Donny memberi petunjuk kepada Ernest.
“Semoga kamu membawa kabar baik untuk Thomas,” kata Donny.
“Kamu mengingatku?” Tanya Ernest.
“Kami mengenalmu lebih dari yang kamu kira,” jawab Donny dengan dingin.
‘Wow … di dunia mereka ini bukan sesuatu yang mengejutkan lagi.’ Pikir Ernest.
“Bayi baru lahir pun kalau kami inginkan, pasti kami sudah memiliki banyak informasi tentangnya,” kata Donny seolah - olah mengetahui pikiran Ernest.
Ernest hanya mengangguk-angguk pada perkataan Donny. Itu artinya mereka menginginkan Ernest, meskipun dia tidak tahu untuk apa informasi tentang dirinya dicari.
“Halo, apa kabar, Ernest? Apa yang kamu membawamu ke tempatku?” Tanya Thomas ketika dia melihat Ernest sudah berada di hadapannya.
“Aku hanya ingin menyampaikan, pengaduan Anda tentang George. Laporan itu sudah diproses dan George sedang menjalani proses hukumnya.” kata Ernest masih tetap berdiri di hadapan Thomas.
“Hanya itu yang ingin kau bicarakan?” Tanya Thomas tersenyum sambil menuangkan minumannya.
“Ya, tentu saja. Anda bisa menanyakan hal ini langsung kepada Tuan Smith. Tapi, saya sudah berjanji dengan anda bahwa kalau saya akan menyelesaikan kasus ini dalam 3 hari dan saya sudah menepatinya.” Ernest tidak pernah merasa seperti ini, dia merasa demam panggung di hadapan Thomas yang terlalu santai menghadapinya.
“Oh iya, sebaiknya Anda berhati-hati. Saya tidak tahu informasi ini bermanfaat atau tidak untuk Anda. Sepertinya George punya seseorang yang berpengaruh di belakang dia. Tidak mungkin dia hanya iseng melakukan itu, apalagi dia seharusnya tahu siapa Anda,” kata Ernest lagi.
“Saya tahu,” Jawab Thomas sambil tersenyum kepada Ernest.
“Duduklah dan minum dulu,” kata Thomas akhinya mempersilahkan Ernest untuk duduk dan menawarkan minum kepadanya.
Ernest ragu menerima tawarannya, karena kini sudah waktunya dia kembali bertugas.
“Tidak, terima kasih atas tawarannya, Pak. Saya sedang bertugas. Saya kemari karena Tuan Smith meminta saya untuk menyapa anda dengan memberitahukan hal ini. Kebetulan saya sedang bertugas di sekitar sini. Jadi, saya mampir ke tempat Anda,” Ernest menjelaskan.
Thomas dan Donny tertawa mendengarkan alasan Ernest. Ernest hanya membalasnya dengan senyuman.
“Baik, Pak. Saya permisi.” Ernest mengangguk hormat pada Thomas. Ernest melangkah keluar dari ruangan Thomas.
“Jika kamu membutuhkan bantuan kami, silahkan kamu katakan saja pada kami ya. Jangan ragu,” kata Thomas sebelum Ernest menghilang dari pandangannya.
Ernest hanya tersenyum mendengarnya.
Donny menemani Ernest berjalan ke arah luar markas Thomas. Namun, Donny terus berbicara di telepon dengan Thomas. Setelah menutup teleponnya, Donny menyampaikan pesan dari Thomas.
“Ernest, besok malam ada belasan kotak berisi barang impor akan turun dipelabuhan Area-C. Thomas ingin kamu hadir disana dan menemaninya ke pelabuhan di negara bagian Area-C jam 10 malam.” Kata Donny kepada Ernest.
Ernest terdiam merenungi undangan itu. Dia teringat rencana pengintaian bersama rekan-rekannya malam ini dan besok malam.
“Sampaikan kepadanya, untuk malam ini aku tidak bisa. Bukan karena ingin menolak, tapi aku benar-benar tidak bisa. Aku sudah berjanji pada putriku ingin menemaninya menonton besok malam, dan aku sudah menundanya terlalu lama. Sampaikan maafku padanya, waktu berikutnya akan aku usahakan bisa. Oke?” Jawab Ernest ketika sudah berada di samping pintu mobilnya.
Donny mengangguk dengan tersenyum.
“Baiklah akan ku sampaikan,” kata Donny sebelum Ernest pergi.
Ernest masuk ke dalam mobil.
“Maaf kalau kamu jadi menunggu lama,” kata Ernest kepada rekannya.
“Tidak apa-apa, aku baik-baik saja,” jawab rekannya.
Lalu mereka meninggalkan tempat itu.
Setelah Ernest pergi, Thomas yang mengamati mereka dari balkon atas, kemudian segera menghubungi Donny.
“Ya, Boss,” kata Donny sambil menerima panggilan di teleponnya.
“Kamu lambat sekali sampai tidak terpikirkan tentang orang yang di belakang George. Saya minta kamu segera cari tahu siapa orang di belakang George sebelum keberangkatan kita besok malam,” perintah Thomas kepada Donny.
“Baik, Boss,” Jawab Donny.
Donny segera mengumpulkan pasukan andalannya. Dia meminta mereka melakukan apa yang Thomas minta.
“Segera kalian laporkan kepada saya apa yang kalian dapatkan. Semua informasi itu harus dicetak sebagai informasi fisik untuk Tuan Thomas. Laksanakan,” kata Donny sebagai penutup perintahnya kepada mereka.
“Baik, Pak. Kami akan laksanakan,” kata mereka sebelum mereka pergi dari hadapan Donny.
Thomas masuk kembali ke dalam ruang kerjanya. Dia tampak gelisah.
“Sudah 3 tahun bisnis impor ini berjalan tanpa gangguan. Siapa yang ingin mengusiknya?” Gumam Thomas sambil menepuk-nepuk gulungan kertas surat kabar di tangannya.
“Kenapa tidak terpikirkan olehku tindakan George?” Gumam Thomas sambil melempar surat kabar yang dia pegang.
Donny masuk ke dalam ruangan Thomas.
“Tom, kita ada makan malam beberapa jam lagi dengan relasi kita. Apakah kamu ingin disiapkan sesuatu?” Tanya Donny.
“Siapkan saja yang seperti biasanya.“ Jawab Thomas singkat.
“Apakah Ernest bersedia?” Tanya Thomas pada Donny.
“Tidak,” jawab Donny sambil menggeleng.
“Dia sudah punya janji dengan putrinya besok malam. Tapi, dia berjanji akan meluangkan waktu dikesempatan yang akan datang,” Donny menambahkan.
“Benar yang dikatakan oleh Smith, dia memang bukan orang yang mudah tergiur. Nyatanya dia tidak langsung memanfaatkan kesempatan ini.” Kata Thomas berkata kepada dirinya sendiri.
“Mungkin dia tipe orang yang jual mahal, Tom,” sahut Donny.
“Tidak, bukan begitu. Sepertinya Ernest tidak mengetahui bahwa kedatangannya kesini adalah bagian rencana dari Smith. Karena kalau dia tahu aku ingin merekrutnya, sudah pasti dia tidak akan mau,” kata Thomas sambil menghisap rokoknya.
“Don, siapkan saja keperluan untuk makan malam nanti. Aku ingin istirahat sebentar.” Kata Thomas meninggalkan Donny di dalam ruang kerjanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments