Bab 11. Barang Bukti

Malam ini, sesuai rencana Ernest dan rekan-rekannya sudah berada di tempat pengintaian di depan markas David.

Mereka tampak lebih siap dari sebelumnya, bahkan mereka terlihat memakai rompi anti peluru.

“Bagaimana, apakah kalian berhasil memasang alat penyadap itu?” Tanya Ernest pada Sean dan Daniel. Dia sangat penasaran bagaimana timnya berhasil masuk ke dalam sana dan memasangnya tanpa ketahuan oleh oleh David dan kawan-kawannya.

“Ya, ini sungguh menegangkan. Kita mengintai tanpa izin atasan dengan peralatan ilegal,” kata Daniel sambil tertawa.

“Maaf aku tidak bisa ikut membantu kalian,” kata Ernest tersenyum.

“Kami paham. Yang kami tidak mengerti adalah statusmu disini apa. Kedudukanmu sekarang di bawah kami, tapi kamu senior kami, hahaha,” kata Daniel masih terus bercanda.

Yang lain pun menertawakan perkataan Daniel. Ernest ikut menertawakan dirinya sendiri juga.

“Semoga saat kasus ini selesai , kamu bisa kembali ke tim kami lagi, Ern,” tawa di bibir Daniel menghilang.

Wajahnya kini serius. Dia bersimpati dengan keadaan Ernest sekarang. Dia memeluk Ernest.

“Hei sudahlah, aku baik-baik saja,” Jawab Ernest berusaha melepaskan pelukannya Daniel.

Bukannya lepas dari pelukan Daniel, tapi Sean, Charlie dan Mike malah ikut memeluknya juga.

“Kita harus satu tim lagi,” kata Sean.

“Benar, mari kita selesaikan ini bersama,” Sahut Daniel.

“Kami rindu kepemimpinan Bapak lagi,” kata Charlie.

“Saya tidak begitu banyak mengenalmu, tapi saya senang jika ada Anda di dalam tim kami, Pak.” Mike ikut berbicara.

Ernest terharu mendengar keinginan rekan-rekannya.

“Baiklah, mari kita selesaikan misi ini dengan baik,” kata Ernest sambil melepaskan pelukan mereka.

Ketika mereka kembali ke posisi mereka masing-masing di dalam mobil, mereka agak canggung jadinya. Namun, mereka berusaha tetap fokus melihat ke arah target mereka.

“Memang sebaiknya kita memakai mobil van ini untuk pengintaian, isinya komplit dan nyaman.” Ernest memecah kecanggungan di antara mereka.

“Charlie yang meminjamnya kepada Mr. Jack.” Kata Daniel.

“Charlie? Kok bisa dikasih?” Kata Ernest heran.

“Karena kalau aku yang meminjamnya, dia pasti akan curiga kalau kamu ikut dalam pengintaian ini,” kata Daniel.

“Jadi, Jack tahu kalau kalian melakukan pengintaian malam ini? Tapi kenapa kalian tidak bersama dengan divisi pembunuhan?” Tanya Ernest.

“Kami beralasan untuk mengintai kasus yang lain, Ern.” Jawab Sean.

“Lihat ada yang datang dari arah selatan,” kata Mike memperingatkan mereka.

Seketika Ernest, Daniel dan Sean terdiam. Mata mereka mencari kedatangan seseorang yang dimaksud Mike dan terus memandang kedepan.

“Aku sarankan kepada kalian, setelah malam ini kalian harus segera berkoordinasi dengan Jack,” bisik Ernest tanpa tahu rekan-rekannya yang memandangnya sambil tertegun.

“Mr. Jack tidak akan mau membantu kami untuk kasus ini,” jawab Sean pesimis.

“Kita lihat nanti,” Sahut Daniel ketika melihat Ernest akan berdebat dengan Sean. Ernest pun terdiam.

Satu jam kemudian, David dan kawan - kawannya sudah berkumpul tepat diwaktu yang sama dengan kemarin.

Begitu pula dengan Gerald. Namun, kali ini dia tidak membawa kotak kayu lagi, tapi sebuah kantung parasut kecil, bersama kedua orang kawannya. Mereka orang yang sama seperti kemarin Ernest dan kawan-kawannya lihat.

“Mereka sudah berkumpul, target sudah datang. Sebaiknya kalian bersiap untuk memasang perlengkapan kalian untuk mendengarkan pembicaraan mereka,” Mike memperingatkan para rekannya.

Mereka segera memasang headset mereka untuk mendengarkan pembicaraan di dalam bangunan itu.

Mike mengatur volume dari laptopnya agar rekan-rekannya bisa menerima suara dengan baik pada masing-masing perangkat yang mereka gunakan.

Mereka membicarakan barang bawaan Gerald dan teman-temannya. Ternyata barang-barang yang dibawa Gerald adalah barang hasil kejahatan dia dan teman-temannya.

Mereka mendapatkannya dengan cara melakukan pungutan liar, merampas, taruhan dan mencuri.

“Sebaiknya kamu berhenti dari kebiasaanmu, Gerald.”

“Benar, tuduhan perampokan saja membuat kami merasa tidak tenang karena didatangi oleh Pasukan Khusus,”

“Benar … Kamu jangan membuat masalah lagi. Kamu tidak perlu menghilangkan nyawa,”

Merasa disudutkan oleh kawan-kawannya, Gerald merasa tidak nyaman.

“Mereka itu melihat wajahku,” kata Gerald sambil menyeringai mencari alasan.

“Itu alasanmu saja, seharusnya kamu menutup wajahmu seperti kami.”

“Dia sebenarnya sudah menutupnya, namun penyakit gila dia kadang kumat dan membukanya.” kata seorang lelaki yang tampak kesal dengan Gerald.

“Dia itu bukan pencuri, tapi tukang begal nyawa orang,” kata temannya marah.

Gerald tertawa.

“Dengar, Gerald. Aku tidak merasa nyaman dengan perbuatanmu,”

“Kalau kamu tidak tega, seharusnya jangan dilihat,” sahut Gerald tertawa terbahak-bahak merasa ada yang lucu.

“Seharusnya jangan kamu lakukan\, breng***!!!” Kata kawannya berteriak sambil meninju Gerald.

Gerald terhuyung dan hampir jatuh. Namun, Gerald masih saja tertawa meskipun hidungnya sudah mengucurkan darah.

“Lihat, dia sudah gila!” Kata orang yang meninjunya tadi.

Matanya penuh amarah dan putus asa.

“Aku keluar, hari ini aku berhenti. Kalian tidak perlu membayarku hari ini,” lelaki itu mengangkat tangannya. Setelah itu dia berbalik badan dan melangkah keluar.

“Hei, ayolah. Jangan seperti itu. Aku kan hanya ingin bersenang-senang dengan mereka,” sahut Gerald.

“Diamlah, Gerald!” Teriak David.

“Bukan seperti itu caranya bersenang-senang! Kamu tidak pantas mengatakannya seperti itu,” kata David memperingatkan.

Namun, Gerald tidak mempedulikan perkataan David.

Lelaki itu mengurungkan langkahnya yang sudah mendekati pintu keluar. Dia berbalik badan dan berlari menyerang Gerald.

“Hei … apa-apaan kalian, malah saling serang. Kita ini satu kelompok.”

“Dia yang satu kelompok dengan kalian, bukan saya! Selama ada dia, aku tidak akan kembali.” Kata lelaki itu setelah puas memukuli Gerald. Kali ini dia benar-benar pergi meninggalkan Gerald yang tidak lagi bisa bangun karena pingsan.

Ernest dan rekan-rekannya tersenyum mendengar pembicaraan itu. Pengintaian selama 3 jam ternyata membuahkan hasil.

Ernest menulis di kertas dan menunjukkan kepada Mike.

  Apakah kamu sudah merekam semua pembicaraan mereka?    Begitu isi pesan Ernest.

Mike tersenyum, dan mengacungkan jempol.

Mereka semua bergembira melihat jawaban Mike.

Baiklah, kita harus segera pergi setelah satu jam pria itu pergi .  Ernest kembali menulis pesan di atas kertas ditujukan pada timnya.

Mereka berhasil keluar dari tempat itu tanpa diketahui oleh David dan kawan-kawannya.

“Apakah kamu sudah menyimpannya di tempat yang aman, Mike?” Tanya Ernest cemas saat mobil mereka sudah berada di jalan utama.

“Sudah, Pak. Ini barang bukti yang sangat mahal,” sahut Mike.

“Bagaimana dengan alat yang kita pasang? Apakah mereka akan menemukannya?” Tanya Ernest lagi.

“Sebaiknya alat itu segera kita ambil sebelum mereka menemukannya,” kata Daniel.

“Jadi, kapan akan kita ambil?” Tanya Sean mendahului Ernest.

Ernest menutup mulutnya kembali, karena pertanyaannya sama dengan yang ditanyakan oleh Sean.

“Kita tanya Komandan Mike. Dia pemimpin strategi disini,” goda Daniel kepada Mike.

Mike tersenyum malu-malu mendengar pujian Daniel.

“Besok atau lusa alat itu akan segera kehabisan dayanya, karena alat itu adalah rakitan. Jadi, sebaiknya kita segera mengambilnya. Karena didalamnya terdapat chip yang bisa kita jadikan bukti fisik. Sementara aku simpan hasil rekaman ini di laptop pribadiku,” kata Mike menjelaskan.

“Artinya, kita harus segera mengatur rencana kembali,” kata Daniel.

Mereka menyetujui pendapat Daniel.

“Baiklah, kita kembali ke rumahku saja, kita susun rencana berikutnya disana sambil mengolah barang bukti. Aku akan memasak makan malam buat kalian. Besok aku tidak harus bangun pagi, karena aku akan bertugas malam,” kata Ernest sambil tersenyum dan disambut gembira oleh rekan-rekannya.

“Lalu, siapa yang akan mengantar sekolah Hanna?” Tanya Sean.

“Besok aku akan bawa istriku dan anakku pindah ke rumahmu, agar Hanna tidak kesepian dan terurus,” Sahut Daniel sambil tertawa.

“Biar Charlie saja yang mengantar Hanna, dia pasti bangun pagi esok,” sahut Mike yang masih sibuk dengan laptopnya.

Mereka langsung menoleh ke arah Charlie. Mereka mendapati Carlie yang tertidur dan sudah mendengkur, sehingga mengundang tawa mereka lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!