Bab 18. Koma

Tiga hari kemudian sejak Ernest dinyatakan koma.

Ernest terbangun dari tidurnya. Dia terkejut saat membuka matanya, dia sudah berada di rumah sakit. Namun tidak ada siapa-siapa di sana yang menunggunya. Dia dalam keadaan sedang sendiri disana. Dia menoleh ke arah jendela, langit sudah terang dan cahaya matahari masuk ke dalam ruangannya.

“Kenapa tidak ada yang menjengukku, ya?” Gumam Ernest.

Dia turun dari ranjangnya, tubuhnya kini hanya memakai pakaian piyama dari rumah sakit. Dia merasa tubuhnya ringan dan baik-baik saja. Hanya terasa sedikit kaku pada otot-ototnya.

Dia hanya teringat terakhir dia dibawa oleh Mr. Jack dengan mobil ambulans ke rumah sakit. Dia memeriksa tubuhnya sendiri, ternyata sudah tidak ada bekas luka. Padahal dia ingat betul malam itu dia tertembak lebih dari satu kali.

“Apakah penembakan itu hanya mimpi? Tapi kalau bermimpi, kenapa sekarang aku berada di rumah sakit?” Kata Ernest pada dirinya sendiri.

"Di rumah sakit mana ya aku sekarang? Hanna pasti menungguku karena aku sudah berjanji padanya untuk pergi berlibur hari ini." Ernest mencari ponsel miliknya, namun dia tidak menemukan apapun barang miliknya.

“Pasti mereka membawanya pulang,” katanya sambil menghela nafas.

Dia berjalan ke arah jendela kamarnya. Dia memandang ke arah luar jendela sambil menikmati pemandangan dari lantai atas rumah sakit itu.

Tiba-tiba seseorang menyapanya.

"Hai jagoan sedang apa kamu di sini?"

Ernest menoleh ke arah sumber suara, dan tersenyum padanya.

"Oh Tuan Thomas, apa kabarmu? kamu terlihat sangat sehat. Apakah lukamu sudah membaik?" Tanya Ernest sambil tersenyum.

Dia merasa senang seseorang mengunjunginya.

Thomas membuka kemeja piyamanya sambil berjalan menghampiri Ernest. Ernest melihatnya dari jarak dekat saat Thomas berputar sangat perlahan di hadapannya.

"Lihat … tak ada luka di sini. Jadi, tentu aku baik-baik saja." Kata Thomas sambil tertawa.

"Hai … Bagaimana bisa?" Tanya Ernest tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Kalau kau sudah membaik, lalu mengapa masih disini?” Tanya Ernest lagi. Dia merasa keheranan.

Namun Thomas hanya tertawa dan berdiri di sisi Ernest sambil memandang keluar jendela.

"Bukankah tadi malam kamu sangat terluka parah?" Tanya Ernest penasaran sambil terus memandang wajah Thomas.

"itu bukan tadi malam, Tapi beberapa malam lalu. kamu sudah tidur selama 3 hari," Sahut Thomas sambil tersenyum.

"Tiga hari? Apakah ini sudah tiga hari?" Tanya Ernest bingung.

Thomas hanya menjawabnya dengan mengangguk.

"Hana pasti sedang menungguku, dia pasti marah karena dia ingin berlibur bersamaku," Kata Ernest panik dan cemas.

Dia mencari pakaiannya.Namun dia teringat, tidak ada barang miliknya lagi disana.

"Kamu mencari apa? pakaian ya? untuk apa? kamu mau ke mana?" Tanya Thomas dengan santai.

"Kenapa pertanyaanmu seperti itu?" Ernest balik bertanya.

Dia tidak menyukai cara Thomas bertanya kepadanya, seolah apa yang dilakukan dan dipikirkannya bukanlah suatu hal yang penting.

Thomas hanya tersenyum memandangnya.

"Tenang saja, Hanna dan Avril sudah dijaga oleh Mr. Jack. Sekarang Mr. Jack tinggal bersama dengan adik dan anakmu. Dia sudah tidak lagi bertugas di kesatuan pasukan khusus karena diberhentikan sebagai sanksi atas kelalaiannya kepada kalian," Thomas memberitahukan kabar itu kepada Ernest.

Ernest terkejut dengan kabar pemberhentiannya Mr. Jack, sahabatnya.

Tapi Ernest tidak merasa heran jika Thomas mengetahui segalanya karena Thomas mengenal baik beberapa orang di kantornya. Sehingga Ernest tidak meragukan informasinya.

"Sebaiknya kamu lebih bersemangat untuk hidup dan lupakan rasa sakitmu. Jika kamu menyayangi Hanna dan Avril," Kata Thomas tiba-tiba.

"Sejak tadi saya tidak mengerti apa yang kamu katakan. Sebenarnya apa yang ingin kamu sampaikan?" Ernest merasa tidak sabar menghadapi Thomas.

Thomas membalikkan badannya lalu menunjuk ke atas ranjang milik Ernest.

"Lihat di sana. itu jawabannya," Kata Thomas.

Ernest bingung, karena di dalam ruangan itu hanya ada satu ranjang dan dia baru saja turun dari ranjang itu. Tapi mengapa ada orang lain yang tidur di atas ranjangnya.

Ernest menghampiri ranjangnya untuk melihat dari dekat siapa yang tidur di atasnya.

Betapa terkejutnya Ernest saat melihat tubuh siapa yang berada di atas ranjang tersebut. Tubuh itu adalah dirinya.

Untuk beberapa saat Ernest terdiam untuk mencoba mencerna apa yang sudah terjadi. Dia berusaha mengumpulkan kepingan ingatannya.

"Aku berada disini, tapi disana itu juga tubuhku. Apakah aku telah mati sekarang?" Tanyanya sambil meneteskan air mata.

Dia terus memandangi tubuh itu, tubuh yang tersambung dengan banyak selang yang terhubung dengan alat-alat bantu lainnya.

"Apakah kamu tidak menyadarinya sekarang ini tubuh kita lebih ringan, tidak lagi ada luka, dan tidak ada lagi rasa sakit. kamu pikir kita ini adalah raga?" Kata Thomas sambil mencibir.

Ernest memikirkan Avril dan Hanna bagaimana caranya mereka hidup tanpanya.

"Sudah aku bilang tenang saja sudah ada Mr. Jack yang menjaganya." Kata Thomas seolah tahu apa yang dipikirkan oleh Ernest.

Tiba-tiba Ernest memikirkan sesuatu.

"Hei, tunggu dulu. Jika aku telah mati, lalu kamu apa? Kenapa kamu bisa melihatku dan berbicara denganku? Apakah kamu telah mati juga?" Tanya Ernest kepada Thomas.

"Aku adalah sama sepertimu," Thomas menoleh kepadanya dan menjawabnya dengan tersenyum.

"Kamu telah mati?" Tanya Ernest mengulanginya.

Namun Thomas tidak menjawabnya.

"Tenang kita belum mati, kita hanya berada di antara hidup dan mati. Makanya aku ingin memintamu tetap bersemangat untuk terus hidup," Thomas menambahkan.

Tiba-tiba datang lagi dua orang lagi ke dalam ruangan Ernest.

Ernest yang sudah menyadari dirinya itu apa tidak berani menyapa kedua orang tersebut. Namun kedua orang itu malah menyapa Ernest.

Ernest yang bingung menatap wajah dua orang tersebut, dia merasa seperti pernah mengenali wajah mereka.

"Mereka itu Sean dan Daniel," Kata Thomas memperkenalkan pada Ernest.

"Apakah Sean dan Daniel yang kamu maksud adalah anggota timku?" Ernest bertanya tak percaya.

Kedua orang itu mengangguk dan tersenyum pada Ernest.

Ernest merasa heran, kenapa wajah Thomas tidak berubah sama sekali. Sedangkan Sean dan Daniel tampak berbeda. Sayangnya dia tidak bisa melihat wajahnya sendiri dari pantulan kaca jendela itu.

Seketika Ernest meneteskan air mata kembali, dia tidak mengetahui alasannya kenapa hatinya terasa sakit dan sangat sedih saat memandang wajah kedua orang tersebut.

"Kenapa wajah kalian kembali muda? aku ingat sekarang ini adalah Sean dan Daniel sewaktu muda dulu. Apa sebenarnya yang terjadi dengan kalian? Kalian baik-baik saja kan?" Kata Ernest lagi sambil menghampiri kedua rekannya itu.

Ernest ingin memeluk mereka namun tidak bisa.

"Mengapa aku tidak bisa memeluk mereka, Thomas? Bukankah kita ini sama?" Ernest semakin panik menghadapi dunia barunya.

"Mereka telah tiada di dunia ini, mereka telah tewas pada malam kamu koma," Kata Thomas sambil menghampiri Ernest. Thomas menepuk-nepuk punggung Ernest.

“Mereka hanya ingin mengucapkan salam perpisahan padamu,” Kata Thomas perlahan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!